Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kunjungan Dinas PPPA ke rumah siswi korban bullying. (IDN Times/istimewa)
Kunjungan Dinas PPPA ke rumah siswi korban bullying. (IDN Times/istimewa)

Intinya sih...

  • Koordinasi dengan provinsi untuk penanganan lebih lanjut, termasuk sosialisasi ke sekolah.

  • Sempat difitnah hamil dan diejek miskin oleh teman sekelas, membuat MR semakin tertutup.

  • Pendampingan psikolog sangat penting untuk memberikan penguatan mental kepada MR yang menjadi korban bullying.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kota Bandar Lampung turun tangan mendampingi MR (17), siswi kelas 12 SMAN 9 Bandar Lampung diduga menjadi korban bullying.

Akibat perundungan yang dialaminya, MR sudah dua pekan tidak bersekolah dan memilih berdiam diri di rumah orang tuanya di Kelurahan Sukamenanti Baru, Kecamatan Kedaton.

Kepala Dinas PPPA Kota Bandar Lampung, Maryamah, mengatakan langsung membawa psikolog untuk memberikan penguatan mental kepada MR.

“Saya datang dengan psikolog. Semua yang dirasakan MR sudah mulai keluar. Rasa minder itu pasti ada, berbeda dengan teman-temannya. Nah, di sinilah pendampingan psikolog sangat penting,” katanya, Rabu (17/9/2025).

1. Koordinasi dengan provinsi

Ilustrasi kolaborasi. (Pexels.com)

Maryamah menyebut, pendampingan ini baru langkah awal. Ia akan berkoordinasi dengan Dinas PPPA Provinsi Lampung untuk penanganan lebih lanjut, termasuk sosialisasi ke sekolah.

“Pendalaman terhadap kejiwaannya nanti ada tahap berikutnya. Ini masih awal, tapi kami ingin MR tetap bersemangat untuk sekolah,” jelasnya.

Ia menegaskan, pemulihan MR memerlukan dukungan banyak pihak, mulai dari keluarga, sekolah, hingga lingkungan sekitar.

“Tidak semudah itu. Penguatan ini perlu dukungan semua pihak. Intinya, MR harus tetap sekolah dan bisa menjadi orang hebat,” katanya.

2. Sempat difitnah hamil dan diejek miskin

Ilustrasi Bullying. (Pexels.com/Mikhail Nilov)

MR mengaku sering mendapat ejekan dari teman sekelas sejak awal masuk sekolah. Ia bahkan difitnah hamil dan kerap dipanggil “miskin hama”.

“Setiap ada kerja kelompok, saya selalu ditolak ikut. Waktu program Makan Bergizi Gratis (MBG), saya sempat tidak dapat jatah karena nama saya tidak ada di daftar. Lalu ada yang nyeletuk, wajar orang miskin senang dapat makan gratis,” katanya.

3. Kondisi tertutup

Ilustrasi berdoa. (Pexels.com/Pixabay)

Ibu MR, Endang (40), menambahkan anaknya semakin tertutup sejak kejadian pembullyan tersebut.

“Dia malu, katanya difitnah hamil dan diejek karena kami orang tidak mampu. Sejak itu dia makin tertekan dan enggan keluar rumah,” tutur Endang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team