Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Dosen dan Mahasiswa Teknokrat Ciptakan Inovasi PLTS untuk Nelayan (Dok/Humas Teknokrat)

Intinya sih...

  • Dosen dan mahasiswa rancang PLTS untuk nelayan Lampung

  • Sistem PLTS kurangi beban biaya dan tingkatkan hasil tangkap

  • Rektor sebut ini adalah bukti nyata kampus berdampak

Lampung Selatan, IDN Times - Mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia memasang dan menguji coba alat penerangan berbasis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 200 Wp di perairan Desa Rangai Tritunggal, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan. Sistem ini dipasang langsung di bagan tancap milik nelayan setempat untuk mendukung aktivitas penangkapan ikan pada malam hari.

Fika Trisnawati selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro mengatakan, program ini merupakan bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang melibatkan dosen dan mahasiswa dari Program Studi Teknik Elektro.

"PLTS ini bertujuan menjadi solusi penerangan ramah lingkungan berbasis energi terbarukan, sekaligus mengurangi ketergantungan nelayan terhadap genset berbahan bakar minyak yang mahal, bising, dan mencemari lingkungan," kata Fika, Jumat (18/7/2025).

1. Dosen dan mahasiswa rancang PLTS untuk nelayan Lampung

Illustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Pexel/Diego Vivanco)

Fika mengatakan, dosen dan mahasiswa turun langsung ke lapangan untuk merancang, merakit, hingga memasang sistem PLTS 200 Wp secara menyeluruh. Menurutnya, kegiatan diawali dengan observasi di lapangan untuk mengetahui kebutuhan riil nelayan terkait penerangan di malam hari.

"Setelah itu, tim merakit komponen utama PLTS terdiri dari panel surya, solar charge controller, aki, dan lampu LED hemat energi. Seluruh sistem dirancang untuk efisien dan mudah dirawat oleh pengguna, yaitu para nelayan," jelasnya.

Lebih lanjut Fika menjelaskan, pemasangan dilakukan langsung di struktur bagan tancap, yakni tempat nelayan meletakkan alat tangkap untuk menarik ikan di malam hari. Setelah sistem terpasang, tim melakukan uji coba menyeluruh sepanjang malam. Hasilnya, sistem PLTS bekerja stabil dan mampu memberikan pencahayaan cukup untuk aktivitas nelayan.

Tak hanya memasang, lanjutnya, tim juga memberikan edukasi teknis sederhana kepada para nelayan mengenai cara pengoperasian, pengecekan sistem, serta perawatan berkala. Tujuannya agar sistem PLTS bisa digunakan secara mandiri dan berkelanjutan oleh masyarakat.

2. Sistem PLTS kurangi beban biaya dan tingkatkan hasil tangkap

Illustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Pexel/Ali Madad)

Menurut Fika, penerapan teknologi PLTS ini memberikan sejumlah dampak positif langsung dirasakan oleh nelayan. Salah satu dampak paling nyata adalah penghematan biaya operasional. Para nelayan tidak lagi perlu membeli bensin untuk menghidupkan genset setiap malam, sebelumnya bisa menghabiskan puluhan ribu rupiah. Selain itu, pencahayaan dari lampu LED digunakan jauh lebih stabil dan hemat energi dibandingkan lampu biasa berbasis genset. Ini diyakini dapat meningkatkan hasil tangkapan karena pencahayaan lebih optimal akan menarik lebih banyak ikan mendekat ke area bagan.

"Lingkungan kerja nelayan pun menjadi lebih nyaman karena tidak ada lagi suara bising dari genset maupun polusi asap. Tak kalah penting, program ini juga meningkatkan wawasan masyarakat tentang teknologi energi terbarukan dan membuka pandangan baru tentang pemanfaatan teknologi tepat guna," terangnya.

Fika menambahkan, model penerapan PLTS ini bahkan dinilai bisa direplikasi dan diterapkan di bagan-bagan lain di daerah pesisir, khususnya yang belum teraliri listrik.

"Ke depannya, sistem ini juga dapat dikembangkan lebih lanjut dengan penambahan sensor otomatis, daya listrik lebih besar, atau integrasi dengan smart control system untuk efisiensi maksimal." imbuhnya.

3. Rektor sebut ini adalah bukti nyata kampus berdampak

Illustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Pexel/Kindel Media)

Wakil Rektor Universitas Teknokrat Indonesia, Mahathir Muhammad, menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan kegiatan ini. Menurutnya, program PKM yang dilaksanakan mahasiswa dan dosen ini adalah bentuk nyata peran kampus dalam menyelesaikan persoalan masyarakat melalui teknologi yang tepat guna.

“Kegiatan ini adalah bentuk nyata kampus berdampak. Mahasiswa kami tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga turun langsung ke lapangan, melihat permasalahan, dan memberikan solusi,” ujarnya.

Mahathir juga menegaskan bahwa kampus memiliki tanggung jawab sosial untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat, termasuk di wilayah pesisir.

“Teknokrat memberikan kontribusi konkret dalam mendorong teknologi tepat guna untuk kesejahteraan masyarakat pesisir. Semoga program ini menginspirasi bagi daerah lain. Kami juga ingin memperluas pemanfaatan energi terbarukan ini,” tandasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team