Vihara Thay Hin Bio, Bermula Patung Dewi Kwan Im dari Tiongkok 1850

Vihara tertua di Lampung, saksi sejarah Krakatau meletus

Bandar Lampung, IDN Times -Vihara menjadi tempat yang sakral bagi umat Buddha untuk beribadah. Namun bisa juga menjadi tempat rekreasi bagi pemeluk agama lain. Bangunan dengan ciri khas merah tersebut memang terbuka untuk umum dan kerap dijadikan tempat wisata.

Di Provinsi Lampung misalnya, ada Vihara Thay Hin Bio merupakan vihara tertua di terletak di Jalan Ikan Kakap Nomor 35, Telukbetung Selatan, Kota Bandar Lampung. Berikut IDN Times rangkum beberapa fakta menarik tempat ibadah ini.

1. Belum pernah mengalami pemugaran

Vihara Thay Hin Bio, Bermula Patung Dewi Kwan Im dari Tiongkok 1850IDN Times/Silviana

Bangunan klasik yang masih kokoh berdiri di antara sesaknya tempat kuliner di bilangan di Jalan Ikan Kakap ini tak akan membuat kamu sadar kalau usianya sudah hampir 125 tahun. Bahkan, sejak pertama kali dibangun Vihara Thay Hin Bio ini belum pernah mengalami pemugaran.

Berdasarkan keterangan pengurus Vihara, Virya Varama, hanya ada perubahan bentuk dinding saja. Awalnya dinding hanya menggunakan cat sedangkan saat ini dilapisi keramik. "Kalau struktur bangunannya masih asli dari dulu. Ini tiangnya dari Kalimantan," ujarnya saat ditemui di Vihara, Jumat (5/2/2021).

Vihara tersebut memiliki dua lantai. Lantai dasar diberi nama Bhakisala dan lantai dua diberi nama Dharmasala.

2. Meja altar Dewi Kwan Im bikin takjub masyarakat

Vihara Thay Hin Bio, Bermula Patung Dewi Kwan Im dari Tiongkok 1850Rupang Dewi Kwam Im yang menjadi awal mula pembangunan Vihara Thay Hin Bio (IDN Times/Silviana)

Menurut Virya, pembangunan vihara ini konon berawal dari sebuah keluarga berhasil selamat dari letusan Gunung Krakatau saat berlindung di bawah meja altar Dwi Kwan Im.

Masyarakat akhirnya takjub dan berbondong-bondong melihat keajaiban tersebut. Sebab dampak dari letusan Gunung Krakatau tersebut membuat semua bangunan yang ada di Teluk Betung hancur.

"Dari situ karena banyak yang berkunjung dan beribadah dicarilah satu tempat yang bisa digunakan untuk umum. Maka dibangunlah cetiya bahasanya seperti musala di Jalan WR Supratman dekat Polda Lampung," ujar Virya.

Ia menambahkan, semakin hari banyak yang melakukan persembayangan di cetiya tersebut akhirnya setelah mendapat tanah hibah dari umat baru dibangun Vihara Thay Hin Bio yang berdiri kokoh hingga saat ini.

3. Patung Dewi Kwan Im dibawa dari Tiongkok

Vihara Thay Hin Bio, Bermula Patung Dewi Kwan Im dari Tiongkok 1850Persiapan ibadah Imlek di Vihara Thay Hin Bio Bandar Lampung (IDN Times/Silviana)

Cerita seputar Vihara Thay Hin Bio lainnya IDN Times himpun dulunya cetiya. Mulanya, Po Heng dari Tiongkok datang membawa patung Dewi Kwan Im 1850 silam. Patung tersebut menarik perhatian masyarakat, sehingga muncul gagasan untuk membangun tempat ibadah yang dapat digunakan bersama–sama. Akhirnya, pada tahun yang sama, masyarakat sekitar bersama – sama membangun cetiya yang diberi nama Avalokiteswara.

Cettya Avalokiteswara dulu dibangun di tempat yang sekarang menjadi lokasi Gudang Agen. Imbas banjir akibat letusan Gunung Krakatau 1883, bangunannya rusak, sehingga patung sang Dewi harus dipindahkan. Pemindahan patung dilakukan oleh Po Heng. Ia membawa patung tersebut ke tempat yang disebut “tanjakan residen”. Tiga belas tahun kemudian pada 1896, cettiya yang baru didirikan di tempat ini. Cetiya tersebut diberi nama Kuan Im Thing atau persinggahan Dewi Kuan Im.

Pembangunannya dibiayai oleh masyarakat. Mereka menggalang dana kemudian menyerahkannya pada Yayasan Mahopadi. Yayasan inilah yang kemudian membangun cetiya Kuan Im Thing. Pada 1 Oktober 1898, pemerintah Belanda mengeluarkan izin bangunan. Sejak itu, jalan di depan cettiya disebut jalan Kelenteng.

Baca Juga: 10 Ucapan Tahun Baru Imlek 2021, Semoga Kita Semua Berbahagia

4. Menjadi tempat wisata sekaligus penelitian

Vihara Thay Hin Bio, Bermula Patung Dewi Kwan Im dari Tiongkok 1850IDN Times/Silviana

Meski vihara merupakan tempat ibadah umat Buddha, namun di sini kerap dijadikan sebagai tempat wisata. Menurut Virya, masyarakat Lampung maupun luar Lampung sudah banyak yang berkunjung ke Vihara Thay Hin Bio. Apalagi lokasinya juga berdekatan dengan toko oleh-oleh khas Lampung.

"Kalau umat Buddha kan sudah pasti ibadah. Tapi kalau yang agama lain banyak juga yang datang sekadar foto-foto," kata dia.

Bahkan mahasiswa dari kampus yang ada di Lampung juga sering mengadakan kunjungan untuk memelajari bangunan bersejarah tersebut. "Ada yang belajar arsitekturnya. Ada juga kalau yang dari kampus islam memperdalam tentang ajaran agamanya," tutur Virya.

5. Pengunjung banyak mencoba kayu nasib

Vihara Thay Hin Bio, Bermula Patung Dewi Kwan Im dari Tiongkok 1850IDN Times/Silviana

Di Vihara Thay Hin Bio selain bisa mempelajari sejarah dan berswafoto, kamu juga bisa mencoba peruntungan dengan memainkan kayu nasib yang bisa membaca tentang kehidupan dan kesehatan seseorang.

Menurut Virya, kayu nasib merupakan bentuk permohonan kepada sang welas asih atau Tuhan terhadap suatu permasalahan yang tak memiliki jalan keluar. Caranya, kayu nasib tersebut diguncang lalu hasilnya akan diterjemahkan oleh pengurus Vihara.

"Biasanya yang berlainan agama juga suka menggunakan kayu nasib. Kita sudah kasih tahu caranya dan mereka melakukan dengan cara dan keyakinan masing-masing. Kalau kita kan pasang dupa, kalau mereka gak pasang juga gak papa," jelasnya.

6. Setiap agama mengajarkan kebaikan

Vihara Thay Hin Bio, Bermula Patung Dewi Kwan Im dari Tiongkok 1850Warga melintas di dekat mural bergambar simbol orang berdoa menggunakan masker yang mewakili umat beragama di Indonesia di kawasan Juanda, Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (18/6/2020) (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Virya juga menjelaskan bagaimana seseorang dalam meyakini kepercayaannya. Menurutnya, semua agama mengajarkan kebaikan. Tergantung bagaimana orang tersebut merepresentasi dari masing-masing ajaran agama.

"Kalau kita beragama tapi hidup kita kacau, emosi atau gak tenang artinya ada yang salah dalam keyakinan kita. Kalau kita ingin dekat dengan Tuhan otomatis kita cari ketentraman," tuturnya.

Namun menurutnya kebanyakan orang tidak berpandangan seperti itu. Padahal secara horizontal semua manusia sama diciptakan oleh Tuhan. Namun sebaliknya saat ini justru manusia yang menciptakan Tuhan.

"Kalau Tuhannya sama kenapa harus meributkan agama ABC, harusnya tidak perlu. Itu Sebenernya bagaimana kita mememiliki pengertian yang mendalam tentang keyakinan," terang Virya.

Baca Juga: Imlek 2021, Tak Ada Bazar dan Perayaan di Vihara Thay Hin Bio

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya