Pemilu 2024, Gen Z Ingin Lebih Praktis dan Menarik

Bandar Lampung, IDN Times - IDN Times Lampung, Selasa (29/8/2023) sore menggelar Talkshow Series Gen Z Memilih 2024 episode 27 secara dalam jaringan.
Acara bertajuk 3,26 Juta Pemilih di Lampung Gen Z dan Milenial, Nyoblos atau Golput? tersebut menghadirkan tiga narasumber yakni, Antoniyus anggota KPU Provinsi Lampung, akademisi FISIP Unila, Handi Mulyaningsih dan perwakilan Gen Z Lampung Erza Revenza selaku Presiden BEM ITERA.
Perlu kamu tahu, sebanyak 3.268.315 atau 49,71 persen pemilih di Lampung pada 2024 merupakan usia Gen Z dan Milenial. Jumlah tersebut dari total daftar pemilih tetap (DPT) seluruhnya mencapai 6.539.128 pemilih.
Rincian kedua kelompok tersebut masing-masing kaum Gen Z sebanyak 1.174.188 atau sekitar 17,96 persen pemilih dan milenial terdapat 2.094.127 atau 32,02 persen pemilih.
Dari 3.268.315 pemilih usia gen z dan milenial di Lampung tersebut, sebanyak 576.128 pemilih pada Pemilu serentak 2024 mendatang merupakan pemilih pemula dengan usia rata-rata masih di bawah 20 tahun. Di sisi lain, meski ada yang bukan pertama kalinya mereka mengikuti pemilu, namun acapkali, pemilih pemuda masih awam terkait hal-hal berbau politik dan kepemiluan.
Berikut IDN Times rangkum tanggapan Presiden BEM ITERA, Erza Revenza terkait perspektif Gen Z berpartisipasi dalam Pemilu dan isu apa paling dinantikan dalam mengampanyekan calon pemimpin.
Baca Juga: Kisah Granata, Anak Pedagang Lampung Diterima 9 Kampus Top Luar Negeri
1. Gen Z belum punya kesadaran penuh atas hak pilihnya
Erza Revenza keprihatinannya terhadap teman-teman generasinya yakni Gen Z masih belum memiliki kesadaran penuh atas hak pilihnya di penyelenggaraan Pemilu. Menurutnya, generasi z lebih menyukai hal-hal praktis melakukan sesuatu sehingga penyelenggara pemilu harus mampu mensosialisasikan sesuai gaya hidup gen z saat ini.
"Kenapa mahasiswa di Lampung atau Indonesia ini malas ke TPS, karena mereka ini serba instan hidupnya. Jadi mager mau ke TPS ngurus berkas. Bahkan kalau bisa nyoblos lewat website kita ini. Atau sebenarnya mereka pengin nyoblos tapi belum teredukasi bahwa mereka juga punya hak pilih untuk menentukan siapa pemimpin kita lima tahun ke depan," kata Erza.
2. Isu paling dinantikan gen z jelang Pemilu
Mahasiswa Teknik Geologi itu menjelaskan, Gen Z saat ini lebih selektif menilai para calon pemimpin akan dipilih. Seperti latar belakang calon, gagasan atau visi misi diusung calon tersebut. Semua informasi tersebut tentu didapatkan dari media sosial atau website.
Hal paling dinantikan gen z dalam masa kampanye Pemilu nanti menurutnya terkait keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) memperbolehkan tempat pendidikan menjadi lokasi kampanye tanpa atribut.
"Itu lebih seru, karena kita bisa mengadu gagasan para calon. Paling penting adalah bagaimana mahasiswa, para pemuda ini dilibatkan. Tapi bukan hanya sosialisasi di hotel-hotel saja, tapi ke seluruh masyarakat bahwa pemilihan ini penting bagi kita semua," terangnya.
3. Konten digital jadi daya tarik menilai calon pemimpin
Erza menyarankan penyelanggara pemilu bisa menawarkan metode menarik dan praktis dalam melakukan sosialisasi. Bukan lagi cara-cara kuno seperti antisipasi money politik atau membagikan sembako ke rumah-rumah warga.
"Kita gen z ini suka nonton YouTube atau podcast. Dari situ bisa lho, para pemimpin menyampaikan gagasan dan idenya. Bukan debat tapi diskusi. Karena kalau debat kan siapa yang menang? Pemilu kan bukan siapa yang menang tapi siapa yang dipilih terbanyak, bisa dipercaya. Konten digital ini jadi daya tarik mahasiswa dalam menilai calon pemimpin mendatang," paparnya.
Baca Juga: Ajak Milenial dan Gen Z Memilih di 2024, KPU Lampung Gandeng Selebgram