Pegiat Literasi Lampung Curhat Akses Baca Minim, Colek 3 Capres di X

Anggaran besar tapi kebutuhan utama belum terpenuhi

Intinya Sih...

  • Adi Sarwono viral di media sosial X dengan cuitan tentang minimnya akses baca di Indonesia dan kritik terhadap penggunaan anggaran besar untuk meeting yang tidak efektif.
  • Ganjar Pranowo menanggapi aspirasi tersebut dengan komitmen untuk memoles birokrasi melalui digitalisasi agar anggaran lebih tepat guna dan transparan.
  • Anggaran Rp9,5 miliar digunakan untuk kegiatan Stakeholder Meeting Nasional (SMN) sebagai salah satu tahapan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19.

Bandar Lampung, IDN Times - Cuitan pegiat literasi asal Lampung, Adi Sarwono kembali viral di media sosial X.  Pemilik Sekolah Rakyat, Busa Pustaka itu menyampaikan aspirasi terkait minimnya akses baca melalui cuitan X dan menandai tiga calon presiden Indonesia 2024.

Cuitan tersebut dilihat 1,6 juta tayangan dan dibagikan ulang sebanyak 8.876 ribu. Melalui cuitan 23 Januari 2024 tersebut, laki-laki akrab disapa Mang Adi itu menjelaskan nasib literasi di Indonesia yang sudah bertahun-tahun merdeka masih bergandengan erat dengan kata "minat baca rendah".

Padahal menurut pandangan pribadinya, bukan minat baca masyarakat yang rendah melainkan akses baca minim bahkan hampir tidak ada di berbagai tempat. "Saat kami berharap akses baca itu ada, para pejabat di Perpusnas malah sibuk dengan meeting 9,5 miliar," jelasnya.

Baca Juga: Cerita UMKM Lampung Timur Belajar Kelola Bisnis dari 3Kiosk

1. Anggaran besar tapi kebutuhan utama belum terpenuhi

Pegiat Literasi Lampung Curhat Akses Baca Minim, Colek 3 Capres di Xinstagram/busapustaka

Adi menyayangkan, "meeting mewah" dilaksanakan beberapa bulan lalu tersebut, hasilnya masih jauh dari harapan dan tidak dirasakan masyarakat terutama anak-anak di pelosok desa.

"Kami selalu melihat anggaran besar, sedang kebutuhan utama dalam literasi terlebih literasi dasar (baca) tersingkirkan oleh hal yang tak memiliki manfaat untuk seluruh rakyat. Hanya acara seremonial, dokumentasi lalu pergi," tulisnya melalui akun X @adionooo.

2. Berharap siapa pun terpilih jadi presiden fokus tentang literasi

Pegiat Literasi Lampung Curhat Akses Baca Minim, Colek 3 Capres di XRangga Zamahendra

Menurutnya, literasi merupakan kemampuan dan kemampuan itu jelas membentuk sebuah kesejahteraan masyarakat. Sehingga ia berharap siapa pun di antara calon presiden 2024 yang kelak menjadi Presiden Republik Indonesia juga fokus tentang literasi.

Terutama, lanjutnya, dasar baik itu fisik atau digital dan merata hingga pelosok negeri. Selain itu juga melakukan "bersih-bersih" hingga yang layak hadir di lembaga untuk seluruh rakyat.

"Bosan pak setiap kritik dibalas seolah rakyat tak paham, bodoh dan lain-lain padahal kritik yang diberi karena hal yang terjadi di lapangan. Rakyat butuh buku pak. Rakyat butuh literasi untuk diri dan bangsa lebih maju. Bukan hanya sebatas slogan lembaga. Terima kasih," tegasnya.

3. Dibalas salah satu calon presiden 2024

Pegiat Literasi Lampung Curhat Akses Baca Minim, Colek 3 Capres di Xilustrasi buku di perpustakaan (pexels.com/Polina Zimmerman)

Salah satu calon presiden 2024, Ganjar Pranowo menanggapi cuitan tersebut melalui akun X @ganjarpranowo menuliskan akan berkomitmen memoles birokrasi dengan digitalisasi agar penggunaan anggaran  lebih tepat guna dan transparan.

"Terima kasih aspirasi dan inspirasinya, saya catat ya.  Saya sepakat untuk tingkatkan budaya literasi. Kita perlu permudah akses buku dengan digitalisasi dan pemerintah perlu bekerjasama dengan banyak elemen untuk jemput bola ke masyarakat," tulisnya pada (24/1/2024).

4. Ini kata Perpusnas soal anggaran 9,5 miliar

Pegiat Literasi Lampung Curhat Akses Baca Minim, Colek 3 Capres di XPotret gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (www.perpusnas.go.id)

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpusnas, Adin Bondar mengatakan, anggaran Rp9,5 miliar tersebut untuk penyelenggaraan kegiatan Stakeholder Meeting Nasional (SMN). Itu merupakan salah satu tahapan harus dilakukan untuk program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) sebagai prioritas pembangunan nasional 2020-2024. 

Menurutnya, anggaran tersebut untuk mendatangkan 695 peserta dari 38 provinsi, 136 kabupaten/kota dan 450 desa, sebagai upaya membantu UMKM Koperasi dan Ekonomi Kreatif dalam pemulihan ekonomi setelah pandemik COVID-19. 

Sehingga, seluruh pembiayaan selama tiga hari ditanggung oleh Perpustakaan Nasional yang terdiri dari komponen-komponen seperti akomodasi, transportasi, materi, fasilitator daerah dan narasumber. 

Baca Juga: PNS dan Kontraktor Sekongkol Korupsi Rp2 Miliar Proyek Jalan Lampura

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya