Pegiat Literasi Lampung: Antusias Anak Membaca Tinggi tapi Akses Kurang

Harga buku jadi PR pemerintah, penerbit dan stakholder lain

Bandar Lampung, IDN Times -Membaca merupakan kemampuan awal dilewati anak-anak dalam proses mengasah keterampilan. Anak-anak memeroleh keterampilan membaca akan lebih mudah menyerap informasi dan pengetahuan setelahnya ketika ia memulai kehidupan atau belajar mandiri.

Namun, anak-anak zaman sekarang banyak menghabiskan waktunya bermain handphone untuk nonton YouTube atau bermain game. Kesempatan untuk membaca sebuah buku hanya dilakukan mereka saat di sekolah.

Dalam artikel ini, IDN Times akan membahas alasan minat baca anak-anak yang menurun serta upaya meningkatkan minat baca anak pada usia dini berdasarkan penyampaian pegiat literasi dan penulis buku anak di Lampung.

1. Minat baca anak tak rendah, aksesnya kurang

Pegiat Literasi Lampung: Antusias Anak Membaca Tinggi tapi Akses KurangIndoZone

Adi Sarwono, merupakan pegiat literasi Busa Pustaka di Lampung yang menjalankan mobil perpustakaan keliling di daerah-daerah terpencil di Bumi Ruwa Jurai ini. Menurutnya, antusias anak-anak membaca sebenarnya tinggi selama aksesnya ada.

"Selama ini bukan minatnya yang rendah tapi terbiasa tidak ada akses. Kalau saya datang ke tempat-tempat baru itu mereka langsung antusias sekali ketika mendapat akses untuk membaca," kata laki-laki akrab disapa Mang Adi itu, Sabtu (1/4/2022).

Mang Adi tak menampik adanya gawai memang membuat fokus anak-anak dalam membaca teralihkan. Namun, menurutnya kemajuan teknologi tersebut tak bisa dilawan. Sebab, anak-anak saat ini juga membutuhkan gawai sebagai sarana pendidikan.

"Saat ini kan informasi gak cuma dari buku, gawai juga memiliki banyak informasi. Jadi melalui perpustakaan keliling ini saya edukasi anak-anak bagaimana menggunakan gawai secara bijak," terangnya.

Kendati demikian, Mang Adi tetap menganggap buku menjadi kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi untuk anak-anak. Melalui perpustakaan keliling, Mang Adi megedukasi anak-anak tentang dampak negatif jika menggunakan gawai secara berlebihan. 

2. Perpustakaan keliling di Lampung belum maksimal

Pegiat Literasi Lampung: Antusias Anak Membaca Tinggi tapi Akses KurangGerakan perpusatakaan keliling menggunakan mobil pribadi twitter.com/adionooo

Terkait fasilitas membaca di Lampung saat ini, menurut Mang Adi perpustakaan keliling digerakkan perpustakaan daerah masih belum maksimal. Apalagi anak-anak yang datang ke perpusatakaan daerah juga sangat jarang. Mengingat lokasinya jauh dan informasi yang dibagikan perpustakaan daerah belum menjangkau seluruh kalangan masyarakat.

"Karena tidak semua orang tahu Instagram. Artinya anak-anak dan orang tua, maaf, dengan ekonomi menengah ke bawah gak tahu misal ada pengumuman lomba ini dan itu di Perpusda," ujarnya.

Selain itu Adi juga menyoroti, fokus Perpusda yang terbagi antara memperjuangkan literasi dan menangani arsip daerah. Menurutnya hal itu menjadi kendala tidak terdistribusikannya buku-buku di Perpusda secara maksimal untuk masyarakat.

"Kita juga tidak bisa menyalahkan, karena itu tadi birokrasi dan tupoksi mereka, literasi tapi diribetin dengan urusan arsip juga. Maknnya pegiat literasi seperti saya ini juga membantu, karena mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tugas kita semua. Tapi pemerintah tetap memiliki kewajiban utama, menyediakan akses dan fasilitas itu," papar Mang Adi.

Baca Juga: 2 Tahun Pandemik COVID-19, Apa Kabar Pariwisata Bandar Lampung 2022?

3. Akses buku digital belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat

Pegiat Literasi Lampung: Antusias Anak Membaca Tinggi tapi Akses KurangSuasana belajar perpustakaan keliling sebelum memiliki rumah baca twitter.com/adionooo

Adanya buku digital yang digaungkan perpustakaan nasional saat ini menurut Adi juga tidak bisa dijangkau seluruh lapisan masyarakat. Sebab, tidak semua masyarakat memiliki gawai memadai untuk mengunduh aplikasi membaca secara digital tersebut.

"Pengalaman saya waktu sekolah daring kemarin, puluhan anak saya yang cover kuota internet dan gawainya. Karena kemampuan orang tua mereka terbatas. Kita mau teriak tentang digital tapi aksesnya seperti apa?," tuturnya.

Menurutnya, di era perkembangan teknologi saat ini pemerintah harus maksimalkan dulu buku bacaan sampai di daerah. Itu jauh lebih mudah dijangkau bagi seluruh kalangan masyarakat.

"Bulan puasa ini, perpustakaan keliling Busa Pustaka bakal "ngabuburead" di Museum Lampung dari pukul 16.00 sampai 18.30. Dari anak-anak sampai dewasa kita bakal baca buku bareng," tandasnya.

Mang Adi juga menambahkan, Busa Pustaka sedang membuka donasi paket lebaran untuk anak-anak. Informasi lengkapnya bisa mengunjungi instagram @busapustaka ya.

4. Terjadi dinamika menarik buku anak

Pegiat Literasi Lampung: Antusias Anak Membaca Tinggi tapi Akses KurangInstagram.com/fitri_restiana

Fitri Restiana penulis buku anak menjelaskan, minat baca merupakan salah satu indikator masyarakat yang literat (melek baca). Menurutnya, selain motivasi dan keingintahuan, ketersediaan bahan bacaan, baik isi, harga, maupun pendistribusian akan berpengaruh pada tinggi atau rendahnya minat baca.

Fitri mengatakan, kini terjadi dinamika menarik pada ranah buku cerita anak. Jika dulu penyampaian pesan dan nilai moral didominasi dengan cara tersurat, sekarang lebih fokus ke makna tersirat melalui dialog, narasi, terutama ilustrasi.

"Hal ini menjadikan buku cerita anak lebih kaya, berwarna, hangat, dan dekat dengan pembacanya. Penjenjangan buku dan atribut lainnya yang dibuat oleh Kemendikbud juga memengaruhi ketersediaan bahan bacaan untuk anak di tanah air," kata Fitri kepada IDN Times.

5. Harga buku jadi PR pemerintah dan penerbit

Pegiat Literasi Lampung: Antusias Anak Membaca Tinggi tapi Akses KurangInstagram.com/fitri_restiana

Terkait harga buku cerita anak, menurut Fitri menjadi PR pemerintah, penerbit, dan stakeholders terkait lainnya untuk bisa saling berkoordinasi. Biaya cetak, lanjutnya, distribusi, pajak, harus menjadi perhatian khusus agar buku-buku bisa dinikmati dan dimiliki masyarakat.

"Jadi, bukan anak-anak tak berminat membaca buku. Tapi ada beberapa kendala yang menjadikan anak-anak terbatas untuk mengakses buku," ujarnya.

Salah satu usaha Kemendikbud mengatasi masalah ini adalah memenuhi ketersediaan bahan bacaan melalui Gerakan Literasi Nasional bersumber pada Permendikbud Nomor 23/2015 tentang Penumbuhkan Budi Pekerti.

Buku-buku yang dihasilkan GLN bisa diunduh di laman Kemendikbud, contohnya https://kebudayaan.kemendikbud.go.id/ditkma/buku-seri pengenalan-budaya-nusantara-2017/. Kemendikbud juga membuat klasifikasi perjenjangan buku cerita anak." Diharapkan perjenjangan ini membantu merumuskan skema tulisan tanpa terkesan mengekang kreativitas dan ide-ide 'liar' penulis," paparnya.

Baca Juga: Pencemaran Limbah Diduga Oli Kian Hantui Masyarakat Pesisir Lampung

6. Biaya buku digital lebih murah

Pegiat Literasi Lampung: Antusias Anak Membaca Tinggi tapi Akses Kurangpexels.com/perfecto-capucine

Menurut Fitri, untuk anak-anak sampai usia pembaca lancar (12 tahun), peran orang tua sebagai donatur utama tentu masih sangat mendominasi. Orang tua yang literat atau memang memiliki pos untuk membeli buku, biasanya akan membebaskan anak untuk memilih buku sendiri dengan beberapa kesepakatan. 

Namun untuk pembaca lanjut, mahir, dan kritis (di atas usia 12 tahun), menabung dan membujuk orang tua atau orang yang lebih tua merupakan upaya yang masih dipertahankan untuk mendapatkan buku incaran.

"Versi buku digital juga membantu anak-anak bisa membaca buku dengan biaya yang jauh lebih murah," ujarnya.

7. Efektifitas buku fisik dan digital

Pegiat Literasi Lampung: Antusias Anak Membaca Tinggi tapi Akses KurangBuku fisik dan tablet e-buku. pexels.com/Perfecto Capucine

Era pandemik COVID-19 ini menurutnya banyak penerbit yang aktif menerbitkan buku digital. Apalagi sejak pembatasan ke luar rumah demi menghindari kerumunan dan mengurangi penyebaran virus.

"Selain menghidupkan pembelian online, juga mengaktifkan ide untuk menerbitkan buku digital. Ditambah lagi kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan," terang Fitri.

Menurutnya, buku fisik membutuhkan kertas. Kertas dihasilkan dari pohon. '
Di seluruh dunia, sekitar 20 juta pohon ditebang setiap tahunnya untuk memproduksi kertas. Sebesar 90 persen dari seluruh kertas yang dihasilkan kemudian digunakan oleh industri penerbitan surat kabar dan buku.

Indonesia adalah salah satu dari 30 negara penghasil kertas terbesar dunia yang turut memenuhi kebutuhan industri kertas dunia. Tepatnya, Indonesia adalah negara produsen kertas terbesar ke-6 dunia dan produsen pulp ke-9 dunia.

"Bayangkan jika kita terus melahirkan buku fisik, berapa pohon yang harus ditebang setiap tahun? Maka, terbitnya buku digital adalah solusi aternatif demi tersedianya bahan bacaan yang ramah lingkungan dan memenuhi hasrat penikmat buku," terangnya.

Namun menurutnya, perlu dibangun kesadaran untuk terus merawat kesehatan, terutama mata dan penggunaan waktu efektif memakai gadget atau alat elektronik lainnya.

8. Anak-anak mudah beradaptasi dengan buku tidak monoton

Pegiat Literasi Lampung: Antusias Anak Membaca Tinggi tapi Akses KurangInstagram.com/fitri_restiana

Sebagai penulis buku anak, Fitri mengatakan harus lebih fokus menulis bahan bacaan anak menghibur, menarik, inovatif, kreatif, mendidik, dengan tetap memegang nilai moral, yang disampaikan dengan cara menyenangkan. Tak hanya itu, ia juga aktif mempublikaskan karyanya melalui media sosial instagram @Fitri_Restiana.

"Penulis juga diharapkan aktif menggunakan media sosialnya dengan tulisan-tulisan yang memiliki roh dan memiliki nilai kebermanfaatan bagi orang banyak. Begitu sih idealnya," tuturnya.

Menurutnya, anak-anak mudah mengadaptasi buku-buku yang menghibur, memberi kejutan, imajinatif, gaya bahasanya renyah, ilustrasi menarik, karakter tokoh yang kuat dan anak-anak merasa jatuh cinta terhadap buku tersebut. Sehingga, pesan yang disampaikan tak melulu tersurat, kaku dan monoton, melainkan akrab, hangat, dan tersirat.

9. Tips mengenalkan buku pada anak

Pegiat Literasi Lampung: Antusias Anak Membaca Tinggi tapi Akses Kurangpexels.com/cottonbro

Fitri juga berpesan agar orang tua membiasakan membaca buku terutama sejak janin masih dalam kandungan. Selain itu, memberi contoh membaca itu menyenangkan dan jadi banyak tahu.

Cara lain bisa dilakukan orang tua supaya anak menjadi gemar membaca adalah menjadikan buku sebagai hadiah atau meletakkan buku di tempat-tempat yang mudah diraih di rumah.

"Ajak anak ke toko buku, perpustakaan, tempat penyewaan buku berkreasi dan mengasah kreativitas (misal membuat buku cerita sendiri) menggunakan gambar-gambar di buku yang sudah tak terpakai. Bisa juga membacakan dongeng atau buku cerita," kata Fitri.

Baca Juga: Cara Adaptasi Ciamik Sineas dan Komunitas Film Lampung Kala Pandemik

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya