Pakar Komunikasi Unila: Konten Antiradikalisme Harus Kreatif

Millennials rentan terpapar radikalisme karena tidak kritis

Bandar Lampung, IDN Times - Jaringan teroris internasional tidak bisa dihindari, terlebih dalam dunia maya. kelompok teroris ini menyasar generasi Z dan millennials yang aktif di media sosial. Hal itu diungkapkan langsung oleh Rektor Universitas Lampung (Unila), Karomani dalam acara Kuliah Umum Pendidikan Anti Radikalisme pada Generasi Millenials, di ruang sidang utama Rektorat Unila, Senin (3/5/2021).

Acara tersebut sebagai upaya melakukan pencegahan radikalisme yang kini telah merambah di kalangan millennials. Menurut Karomani, realita saat ini cukup mengkhawatirkan, beragam aksi kekerasan terjadi di Indonesia dan pelakunya sebagian kalangan anak muda.

1. Ekstrimis terus melakukan pengkaderan lewat dunia maya

Pakar Komunikasi Unila: Konten Antiradikalisme Harus KreatifPexels.com/PhotoMIX Ltd.

Pria akrab disapa Aom itu menekankan perlunya meningkatkan kemampuan literasi digital di kalangan millenials, sehingga tidak mudah terpapar paham-paham intoleran dan radikal.

“Ini harus menjadi perhatian serius kita bersama, sebab para ekstrimis terus melakukan kaderisasi lewat dunia maya,” ujar Aom yang juga menjabat sebagai Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) .

Baca Juga: Unila Masuk Top 800 Perguruan Tinggi Terbaik di Dunia

2. Aksi terorisme jadi bukti strategi komunikasi teroris berhasil

Pakar Komunikasi Unila: Konten Antiradikalisme Harus KreatifPakar Komunikasi Unila, Ida Nurhaida (IDN Times/Silviana)

Pembicara lain dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila, Ida Nurhaida menjelaskan, adanya pelaku terorisme dari kalangan millenials membuktikan strategi komunikasi teroris berhasil.

“Pelaku terorisme di kalangan generasi muda, bukti mereka (teroris) memiliki cara berkomunikasi dengan kalangan muda,” ujar Dekan FISIP itu.

Untuk itu, kata Ida, pencegahan-pencegahan anti radikalisme juga harus memahami cara berkomunikasi kalangan millennials sehingga ajaran antiradikalisme tersampaikan dengan baik kepada kaum muda tersebut.

3. Konten antiradikalisme harus kreatif

Pakar Komunikasi Unila: Konten Antiradikalisme Harus KreatifIlustrasi Melawan Radikalisme (IDN Times/Mardya Shakti)

Lebih lanjut pakar komunikasi itu menyampaikan, kaum millenials menguasai dunia digital, memiliki kemampuan multitasking, tapi di sisi lain kurang memperhatikan lingkungan dan situasi sekitar, serta tidak memiliki kedalaman dan sikap kritis.

"Millennials rentan terpapar konten-konten radikal karena tidak memiliki sikap kritis terhadap apa yang diterima. Untuk itu, dunia maya harus digempur dengan konten-konten antiradikalisme agar tidak ada ruang bagi konten radikal dan intoleran," urainya.

Ida menyarankan, pembuatan konten antiradikalisme harus kreatif sesuai dengan cara berkomunikasi menciptakan milenial, memiliki visual menarik dan gaya bahasa yang masuk millenials.

4. Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar hukum tertinggi

Pakar Komunikasi Unila: Konten Antiradikalisme Harus KreatifIDN Times/Abraham Herdyanto

Acara tersebut juga menghadirkan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Joni Supriyanto. Menurutnya, aksi terorisme di kalangan anak muda sudah cukup mengkhawatirkan. Seperti aksi teror di Makassar, disusul aksi teror di Mabes Polri Jakarta, di antara pelakunya adalah mahasiswa.

Menurutnya, pemahaman radikalisme disebarkan melalui ceramah langsung, lembaga pendidikan umum dan agama, termasuk di kampus-kampus, serta proses pernikahan dengan keluarga teroris.

Pihaknya meminta mahasiswa dan kalangan anak muda memegang Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar hukum tertinggi.

Baca Juga: Agrowisata Unila Kembali Dibuka, Kualitas Melon Diklaim Lebih Manis

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya