Pakar Bilang Industri Pertanian yang Termanfaatkan hanya 25 persen

Selebihnya merupakan produk samping berupa limbah

Bandar Lampung, IDN Times- Sustainable agro–industry atau industri pertanian berkelanjutan merupakan sebuah konsep industri pertanian yang diharapkan memperhatikan kehidupan masyarakat pada masa yang akan datang.

Sebagai salah satu upaya mengedukasi mahasiswa dan masyarakat luas terkait konsep nol emisi dan memberikan nilai tambah ekonomi dari bidang agroindustri berkelanjutan, Institut Teknologi Sumatra (Itera) melalui Program Studi Teknologi Industri Pertanian (TIP) mengadakan studium generale bertajuk Zero Emissions and Circular Economy Concept for Sustainable Agroindustry .

Acara yang diikuti lebih dari 600 peserta tersebut berlangsung secara dalam jaringan (Daring) dan menghadirkan tiga pemateri dari beragam profesi. Di antaranya, Guru Besar Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung Prof Hasanudin, Senior Manager Sustainability PT Great Giant Food Arief Fatullah dan Ir Emma Rachmawaty selaku Direktur Mitigasi Perubahan Iklim pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

1. Meminimalisir bencana lewat agroindustri berkelanjutan

Pakar Bilang Industri Pertanian yang Termanfaatkan hanya 25 persenIDN Times/Istimewa

Sebagai negara yang terletak di garis pantai kedua terbesar setelah Kanada, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Selain itu, Indonesia juga masuk dalam kelompok ketiga terbesar dalam hal emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di tingkat global. Hal tersebut disampaikan oleh Emma Rachmawaty.

Dia menjelaskan terkait Paris Agreement dan The First NDC Indonesia pada UU No 6 tahun 1994, sebuah kerangka pengendalian perubahan iklim, dan UU No 32 tahun 2009 yang mengatur tentang perubahan iklim. “Perubahan iklim memberikan dampak yang cukup luas pada bidang ekonomi, sosial, kesehatan, aksesibilitas, infrastruktur, serta krisis pangan, air, dan energi. Dampak ini sifatnya gradual dan kumulatif sehingga tingkat risiko yang terjadi akan meningkat seiring waktu.” ujarnya, Rabu (21/10/2020).

Wakil Rektor Bidang Non Akademik Itera, Sukrasno menyampaikan pentingnya mengembangkan sebuah sistem energi berkelanjutan dengan tetap mempertimbangkan biaya yang tidak terlalu mahal serta ramah terhadap lingkungan. Hal tersebut agar tingkat risiko bencana yang timbul dapat diminimalkan.

Baca Juga: Cerita Tiga Mahasiswa Itera Ciptakan Alat Pemanen Energi Hybrid

2. Memberikan keuntungan secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan

Pakar Bilang Industri Pertanian yang Termanfaatkan hanya 25 persenIDN Times/Istimewa

Sustainable development terdiri dari tiga 3P yaitu People (social performance), Profit (environmental performance), dan Planet (economic performance). Menurut Guru Besar Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung Prof Hasanudin, sistem keberlanjutan pada industri pertanian sudah seharusnya memberikan keuntungan secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan.

Selain itu, industri pertanian yang berkelanjutan juga tetap memperhatikan kehidupan masyarakat pada masa yang akan datang. Ia juga menyebut, rata-rata produk utama industri pertanian yang termanfaatkan hanyalah sekitar 25 persen. Selebihnya merupakan produk samping berupa limbah atau by product.

“Untuk itu diperlukan pengembangan industri pertanian berkelanjutan. Sehingga selain limbah tersebut dapat termanfaatkan limbah tersebut juga dapat menjadi produk yang memiliki nilai tambah atau nilai ekonomi yang lebih tinggi dan dapat mencegah pencemaran lingkungan,” ujarnya.

3. PT GGF salah satu perusahaan berbasis agroindustri berkelanjutan

Pakar Bilang Industri Pertanian yang Termanfaatkan hanya 25 persenIDN Times/Istimewa

Senior Manager Sustainability PT Great Giant Food (GGF), Arief Fatullah menerangkan, pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan. Isu terkait perubahan iklim dan kehilangan keanekaragaman hayati menjadi sangat penting untuk diperhatikan dan dicarikan solusinya bersama.

Oleh sebab itu, saat ini PT GGF adalah salah satu perusahaan industri pertanian di Lampung yang sangat fokus terhadap isu tersebut. Arief menerangkan, PT GGF adalah perusahaan berbasis agroindustri berkelanjutan.

Perusahaan GGF memiliki tiga pilar utama yaitu great lives, great people, dan great world. Great lives, yaitu bagaimana nilai suatu produk dapat tersampaikan kepada konsumen, misalnya memberikan nutrisi terbaik untuk konsumen. Sementara pilar kedua, great people, lebih fokus kepada tenaga kerja GGF dan komunitas.

“Kami fokus memberikan edukasi kepada para tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan kemampuan dari tenaga kerja itu sendiri serta melakukan kerja sama dengan berbagai komunitas yang menjadi mitra perusahaan,”ujar Arief.

PT GGF juga fokus menghasilkan produk yang memiliki dampak dan manfaat yang sehat dan nutrisi pada masyarakat. Selain itu, limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak atau dijadikan pupuk untuk kebutuhan lahan perkebunan.

Sementara pilar ketiga, great world, GGF berupaya untuk terus melakukan perbaikan berkelanjutan sehingga sumber daya yang ada dapat dijaga ketersediaannya dan dapat terus dimanfaatkan hingga ke masa yang akan datang.

4. Solusi mengurangi emisi GRK pada limbah industri

Pakar Bilang Industri Pertanian yang Termanfaatkan hanya 25 persenIDN Times/Istimewa

Salah satu solusi yang ditawarkan Emma untuk mengurangi emisi GRK pada limbah industri adalah dengan melakukan pengolahan limbah padat dan cair industri atau dengan kata lain adalah dengan meningkatkan efisiensi pada proses produksi. Untuk bisa menuju industri pertanian berkelanjutan adalah dengan melakukan pengelolaan sumber daya dan penerapan zero emissions and circular economy.

Melihat antusiasme peserta dan pemateri, Sekretaris Program Studi TIP ITERA Endo Pebri Dani Putra menyampaikan apresiasi dan berharap dengan kegiatan tersebut peserta dapat memperoleh pengetahuan baru, yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan. Ia menyebut memiliki spesifikasi dalam bidang pengolahan bahan agroindustry Prodi TIP Itera juga berkonsentrasi dalam penglolaan lingkungan. 

Baca Juga: Dear Milenial, Ini Tips Kelola Kawasan Konservasi ala Dirjen KSDAE

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya