Menilik Tradisi Lebaran Khas Lampung, 'Hilang' Saat Pandemik

Ada tradisi makan digelar di area pemakaman

Bandar Lampung, IDN Times - Indonesia memiliki beragam adat dan budaya yang terus dilestarikan hingga saat ini. Termasuk saat hari raya Idul Fitri setiap daerah biasanya memiliki tradisi unik masing-masing.

Di Lampung ada beberapa tradisi yang dilaksanakan menjelang hari raya atau beberapa hari setelahnya. Namun di tengah pandemik COVID-19 saat ini tradisi tersebut tak bisa dilaksanakan lantaran harus mengumpulkan banyak orang.

Berikut ini IDN Times rangkum tradisi unik di Lampung saat hari raya.

Baca Juga: Mengenal Blangikhan, Tradisi Adat Masyarakat Lampung Sambut Ramadan

1. Nukhun ajang

Menilik Tradisi Lebaran Khas Lampung, 'Hilang' Saat PandemikInstagram.com/Ekafendiaspra_alliwa

Tradisi ini biasa dilakukan di daerah Pesisir Barat Lampung. Masyarakat berkumpul di suatu tempat yang sudah ditentukan dan membawa bermacam-macam makanan untuk makan bersama. Itulah sebabnya dinamakan tradisi Nukhun Ajang.

Nukhun berarti menurunkan, mengeluarkan atau membawa dan ajang berarti sajian atau hidangan yang berisi berbagai macam makanan. Sementara tradisi makan bersama disebut pangan jejama.

Selain itu tradisi ini juga sebagai ajang silaturahmi sesama masyarakat agar tetap rukun, damai dan kekompakan salam satu komunitas adat di kampungnya.

2. Ngejalang

Menilik Tradisi Lebaran Khas Lampung, 'Hilang' Saat PandemikInstagram.com/selampung

Tradisi ngejelang ini cukup unik dan terbilang sakral karena makan bersama ini dilakukan di area pemakaman. Biasanya masyarakat adat Lampung Pesisir Barat melakukan kegiatan ziarah kubur sebelum memasuki bulan suci Ramadan atau menjelang hari raya Idul Fitri.

Masyarakat Lampung akan pergi beramai-ramai ke makam dan membawa bekal makanan.

Setelah membersihkan area makam dan berdoa bersama, mereka menggelar tikar memanjang dan duduk di tikar tersebut. Perempuan menjadi satu barisan memanjang, begitu pun dengan laki-laki menjadi satu barisan memanjang sehingga posisi duduk saling berhadapan.

3. Sekura

Menilik Tradisi Lebaran Khas Lampung, 'Hilang' Saat PandemikInstagram.com/lampungkuliner

Tradisi ini hampir sama dengan pentas teater yang dilakoni oleh masyarakat. Dilaksanakan setelah hari raya Idul Fitri, tradisi sekura menggambarkan kemenangan, kebebasan, dan kegembiraan manusia dalam menumpahkan kreasi dan ekspresinya.

Dalam acara sekura ini masyarakat mengubah penampilan yang menggambarkan berbagai bentuk sifat di muka bumi ini. Di mana masyarakat menari, memainkan alat musik dengan mengenakan kostum dan topeng yang bervariasi.

Sekura diartikan sebagai topeng atau penutup wajah. Selain sebagai hiburan dan bentuk ekspresi diri, tradisi ini juga sebagai ajang silaturahmi. Terdapat dua teknik sekura yaitu sekura betik helau yang berarti baik dan bersih. Sekura betik ini tercermin dari kostum yang kenakan dalam keadaan bersih dan bagus.

Kemudian sekura kamak yang artinya kotor. Ciri sekura ini mengenakan topeng yang terbuat dari kayu atau dari bahan-bahan bekas sehingga penampilannya akan terlihat lucu, unik dan terlihat lusuh.

Baca Juga: Tradisi Pekinangan Lampung Sarat Makna, Sudah Jarang Dilakukan 

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya