Kisah Inspiratif Iin Muthmainnah Mendongeng hingga Pelosok Negeri

Latih 9.000 guru dan masyarakat mendongeng untuk anak

Bandar Lampung, IDN Times - Membacakan dongeng merupakan sarana bercerita yang positif untuk anak. Selain itu, kegiatan mendongeng di hadapan anak-anak menjadi momen menggembirakan karena bisa melihat langsung antusias mereka merespons cerita-cerita yang didongengkan.

Hal tersebut disampaikan Iin Muthmainnah Zal, seorang pendongeng asal Lampung yang sudah menyukai dunia seni peran sejak duduk di bangku SMP. Menurutnya, anak-anak memiliki jiwa yang baik dan penyayang dengan sesamanya. Tinggal bagaimana orang dewasa dan lingkungan membimbing dan menemukan karakter yang baik dalam dirinya.

Berikut perjalanan Iin mengenalkan dongeng kepada publik yang sudah sibuk dengan dunia maya dibandingkan bercengkrama bersama keluarga.

1. Kecintaan pada seni peran jadi pencetus untuk mendongeng

Kisah Inspiratif Iin Muthmainnah Mendongeng hingga Pelosok NegeriIDN Times/Istimewa

Sejak kecil Iin sudah sering bermain teater dan memerankan karakter yang berbeda-beda. Baginya memerankan sebuah lakon yang berbeda-beda itu sangat menyenangkan. Kecintaannya pada seni peran itu tak bisa luntur meski dia sudah menikah dan mempunyai anak.

Di sisi lain, ia menilai tak mungkin bisa tetap berlatih di sanggar bersama teman-temannya. Sebab latihan teater sangat berat dan durasinya cukup lama. Sementara Iin juga sebagai ibu yang tidak mungkin meninggalkan anak-anaknya.

Alhasil, Iin mengadopsi kemampuan ilmu peran yang dimiliki untuk bercerita atau mendongeng. Pada 2002 bersama suaminya Ivan Bonang yang juga merupakan pegiat seni, sepakat membuat komunitas dongeng yang juga dibantu oleh teman-temannya yang tertarik untuk terlibat dengan komunitas tersebut.

Adalah Hermansyah, teman Iin yang kemudian memberi usulan untuk memberi nama komunitas tersebut Dakocan. 28 November 2002 menjadi tanggal resmi terbentuknya Dongeng dakocan. Bukan kebetulan, pada 2015 ternyata tanggal tersebut dijadikan sebagai Hari Dongeng Nasional.

“Seorang teman yang baik Ketut Okta Bayuna membuatkan logo yang amat lucu untuk komunitas ini. Jadilah kami pakai sampai sekarang saya bisa tetap melakukan dan mengabdikan diri pada seni peran yang saya cintai. Sekaligus tetap bisa berdekatan dan  melakukan pengasuhan untuk anak-anak saya,” terang Iin saat dihubungi, Rabu (28/10/2020).

2. Dongeng bagian dari upaya pembangunan karakter anak

Kisah Inspiratif Iin Muthmainnah Mendongeng hingga Pelosok NegeriIDN Times/Istimewa

Sejak Komunitas Dakocan berdiri, Iin dan suami sudah membuat grand desain mau dibawa ke mana komunitas tersebut. Mereka lalu membuat beberapa strategi yang akan dilakukan.

Misalnya, mengenalkan kembali pentingnya mendongeng bagi anak. Selain untuk hiburan juga sebagai edukasi alternatif. “Maka kami mulai mendongeng ke sekolah-sekolah TK awal tahun 2003. Ada 22 sekolah waktu itu, sekaligus sebagai bahan riset kami menyebar kuisioner bagi para orang tua dan pendidik,” tutur Iin.

Isi kuisioner tersebut secara umum menanyakan apakah orangtua dan guru menganggap dongeng sebagai bagian dari pendidikan dan memandang perlu untuk pengembangan karakter anak-anak. Hasilnya pun menakjubkan 99 persen guru TK dan orangtua pada saat itu menjawab tidak.

Dari penelitian tersebut Iin merasa miris dan menyimpulkan bahwa sangat perlu untuk terus mensosialisasikan kembali pentingnya dongeng bagi anak usia dini sebagai bagian dari upaya pembangunan karakter anak.

Baca Juga: Kala Dosen Itera Ajari Warga Desa Melek Teknologi Bikin Situs Online

3. Latih 9.000 guru PAUD dan TK mendongeng

Kisah Inspiratif Iin Muthmainnah Mendongeng hingga Pelosok NegeriIDN Times/Istimewa

Dalam mensosialisasikan pentingnya mendongeng untuk anak-anak, komunitas Dakocan menggandeng elemen masyarakat yang paling dekat dengan dunia anak-anak. Sehingga pada 2009 komunitas ini memberikan berbagai pelatihan mendongeng pada guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK.

Sampai saat ini tercatat lebih dari 9.000 guru dan masyarakat lainnya yang sudah mengikuti pelatihan tersebut, dan tersebar di berbagai wilayah. “Kami mulai mengajak banyak pihak untuk bekerja sama dengan komunitas dongeng dakocan seperti Astra Foundation, Yayasan Pendidikan Astra-Michael D Ruslim dan lainnya,” katanya.

Selain itu Dakocan juga membuat produk berupa dongeng audio visual dan film yang bertemakan pengasuhan, hubungan anak dan orang tua. “Dongeng pertama yang saya bawakan adalah dongeng berjenis fabel (cerita binatang) judulnya adalah gagak yang ingkar janji. Dongeng itu dibawakan dalam rangkaian dongeng keliling di awal tahun 2003,” terangnya.

4. Jelajah kecamatan-kecamatan terpencil yang sulit untuk diakses

Kisah Inspiratif Iin Muthmainnah Mendongeng hingga Pelosok NegeriIDN Times/Istimewa

Dakocan sudah mengenalkan dongeng di berbagai daerah bahkan Iin sendiri lupa berapa total keseluruhannya. Untuk Provinsi Lampung, Iin mengaku sudah menjelajahi hingga di kecamatan-kecamatan terpencil yang sulit untuk diakses.

Bahkan Dakocan pernah 15 hari mengelilingi seluruh kecamatan di Tulang Bawang hanya untuk mendongeng dan melakukan kegiatan parenting. Ia juga pernah di Tulangbawang Barat bekerja sama dengan desa-desa. Di Way Kanan empat tahun membina PAUD dan TK di sana.

"Kemudian di Bandar Lampung, Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus, Metro, Kotabumi. Pernah juga di Sumatera Selatan 15 sekolah dan beberapa kampung di Prabumulih dan masih banyak lagi,” jelasnya.  

5. Mendongeng di daerah rawan konflik

Kisah Inspiratif Iin Muthmainnah Mendongeng hingga Pelosok NegeriIDN Times/Istimewa

Dari beberapa daerah yang sudah dikunjungi untuk mengenalkan kegiatan mendongeng, Papua menjadi menjadi daerah yang menyimpan momen tak terlupakan. Mengingat daerah tersebut rawan terjadi konflik.

Menurut Iin pada saat itu baru saja terjadi konflik di daerah Tiom Lanny Jaya, Papua. Sehingga Iin harus mendongeng dengan mengenakan rompi anti peluru.

“Kami diminta oleh Mabes Polri untuk terlibat dalam program satgas khusus Binmas Noken Polri dengan tema Polisi Pi Ajar Sekolah. Di mana program tersebut dikhususkan untuk anak-anak di daerah rawan konflik di Papua,” terangnya.

Dakocan juga mendongeng di Pegunungan Bintang, Mimika, Yahukimo, Wamena, Lanny Jaya, Kerom, Nabire, dan masih banyak daerah lainnya. Terkait perlengkapan mendongeng menurutnya tak banyak.

“Perlengkapan mendongeng sih gak banyak, paling cuma boneka tangan, boneka kepala, kadang-kadang juga sarung, taplak meja, atau benda-benda daur ulang. Yang penting sesuai dengan tema yang ada dalam cerita,” jelas Iin.

6. Usung konsep 20 menit memukau

Kisah Inspiratif Iin Muthmainnah Mendongeng hingga Pelosok NegeriIDN Times/Istimewa

Iin berharap semua orangtua mau mendongengkan cerita-cerita yang menginspirasi untuk anak-anaknya. “Kami menyebutnya 20 menit yang memukau yaitu kegiatan berkualitas selama 20 menit setiap malamnya. Tanpa televisi, gadget, dan lain-lain. Hanya khusus ayah, ibu dan anak,” tutur perempuan kelahiran Palembang ini.

Tak hanya mendongeng Iin juga menyarankan untuk melakukan kegiatan bermain lainnya yang menyenangkan. Menurutnya supaya anak mau mendengar cerita dan membaca cerita, orangtua harus membiasakan membacakan dongeng setiap malam terutama pada anak usia dini. Ia juga berharap ada sebuah perpustakaan mini di setiap rumah.

Baca Juga: Cerita 2 Pemuda Lampung Dirikan Kelas Minat, Mulanya Diremehkan Warga

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya