Keren! Dosen Unila Buat Alat Deteksi Tsunami, Ini Keunggulannya

Potensi bencana di Lampung cukup besar

Bandar Lampung, IDN Times -  Tim dosen tergabung dalam Pusat Penelitian Krakatau Fakultas Teknik (FT) Universitas Lampung (Unila) membuat sebuah sistem peringatan dini tsunami yang dinamakan Unila Tsunami Early Warning System (U-TEWS) berbasis PUMMA (perangkat ukur murah muka air laut).

Keunggulan U-TEWS ini, selain murah, juga melibatkan masyarakat dalam operasional dan pemeliharaannya.

Koordinator Krakatau Research Center (KRC), Ardian Ulvan, berkata, PUMMA merupakan suatu sistem peringatan dini tsunami. Itu terdiri dari beberapa su-sistem yaitu sensor, mikrokontroler, transmisi data, catu daya, dan subsistem pengolahan data / informasi (pusat data).

1. Kawah GAK sepanjang 22 kilometer dan bersifat aktif

Keren! Dosen Unila Buat Alat Deteksi Tsunami, Ini KeunggulannyaANTARA FOTO/Atet Dwi Pramadia

Ardian menceritakan, pembuatan U-TEWS PUMMA berawal dari kunjungan Profesor Wolfgang P Buerner, seorang profesor dari University of Illinois at Chicago ke Unila pada Juni 2013 lalu.

Profesor yang merupakan ahli sensor itu telah melakukan pemetaan sumber daya alam Indonesia menggunakan sensor elektromagnetik yang dipasang di satelit.

Menurutnya Ardian, salah satu yang terjadi adalah bencana yang mungkin terjadi karena erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK). Dari pemetaan, mereka menemukan kawah GAK sepanjang 22 kilometer dan bersifat aktif.

"Kalau ditarik garis 22 kilometer maka hampir daratan Lampung Selatan, teluk Lampung itu semua," katanya.

2. Diprediksi 20-30 tahun GAK akan erupsi besar

Keren! Dosen Unila Buat Alat Deteksi Tsunami, Ini KeunggulannyaSitus web/Indonesia.go.id

Menurut Ardian, sebelum pulang, profesor tersebut berpesan, kalian yang punya negeri ini, harusnya peduli dengan potensi ini. Potensi ekonominya besar, mineralnya besar, tapi potensi bencananya juga besar.

“Diprediksi sekitar 20–30 tahun lagi GAK ​​akan erupsi besar,” ujar Ardian mengutip pesan sang profesor.

3. Pusat penelitian dirikan research centre

Keren! Dosen Unila Buat Alat Deteksi Tsunami, Ini KeunggulannyaIlustrasi Riset (IDN Times/Arief Rahmat)

Peristiwa itu menggugah kepedulian beberapa dosen di Fakultas Teknik yang kemudian menginisiasi berdirinya Krakatau Research Center pada Mei 2018.

Sebagai sebuah kelompok riset terbuka, KRC diinisiasi agar para dosen / peneliti yang mempunyai ketertarikan terhadap Krakatau dapat bersinergi dalam bidangnya masing-masing.

Koordinasi diperlukan agar tercipta bentuk-bentuk-bentuk-bentuk-bentuk kegiatan riset dan pengabdian masyarakat yang berkelanjutan dalam pengelolaan tumpang tindih kegiatan.

“Krakatau dengan semua potensi kekuatan bencana alam. Maka sudah sepantasnya sivitas akademika Unila yang paling tahu dan menguasai seluk beluk Krakatau dari semua aspek,” kata Ardian.

Baca Juga: Keren! Unila Kembangkan Mobil Listrik Ramah Lingkungan 

4. Tsunami bukan hanya disebabkan oleh erupsi GAK

Keren! Dosen Unila Buat Alat Deteksi Tsunami, Ini KeunggulannyaIlustrasi Tsunami (IDN Times/Mardya Shakti)

Sabtu Malam, 22 Desember 2018, kepundan Gunung Anak Krakatau runtuh (runtuh) dan mengakibatkan tsunami Selat Sunda Yang meluluhlantakkan sebagian pesisir Lampung Dan Banten.

Pada tanggal 24 Desember 2018 tim URO / KRC Unila yang dipimpin Mona Arif Muda Batubara Dosen Teknik Informatika Unila, langsung turun ke lokasi melakukan pemetaan dampak tsunami mulai dari Sembalang, seluruh pesisir, hingga ke Bakauheni.

“Kita yang pertama kali punya data foto udara daerah terdampak tsunami,” ujar Ardian.

Peristiwa ini semakin menguatkan tekad tim KRC untuk benar-benar fokus membuat sistem perangkat peringatan bencana bagi masyarakat pesisir Lampung karena ternyata tsunami tidak hanya disebabkan oleh erupsi GAK, tapi juga karena runtuhnya kepundan GAK.

5. Berbasis mikrokontroler yang berfungsi untuk mengukur ketinggian muka air laut

Keren! Dosen Unila Buat Alat Deteksi Tsunami, Ini KeunggulannyaIlustrasi pantai (IDN Times/Sunariyah)

Konstruksi PUMMA terbuat dari bahan galvanis antikarat karena akan ditempatkan di tengah laut dan di pantai. Struktur utama PUMMA berupa tiang yang dipasangi kotak berisi sensor tide-gauge ultrasonik berbasis mikrokontroler yang berfungsi untuk mengukur ketinggian muka air laut.

Mikrokontroler berfungsi untuk memperbesar interval waktu data di sensor (setiap 1 detik), kemudian mengonversi data ketinggian muka air laut dan gambar yang diambil dari kamera. Selanjutnya, mengirimkan data tersebut ke subsistem penyimpanan dan pengolahan data yang berada di cloud -server menggunakan radio transmisi gelombang mikro.

Data hasil pengolahan di platform data center akan menampilkan informasi ketinggian gelombang laut dalam bentuk tabel dan grafik sehingga kondisi ketinggian muka air laut dapat dipantau setiap saat.

6. Dapat mengirim gambar setiap empat menit sekali ke server

Keren! Dosen Unila Buat Alat Deteksi Tsunami, Ini KeunggulannyaIlustrasi info tsunami (IDN Times/Arief Rahmat)

Ardian menyampaikan kamera, PUMMA juga dilengkapi dengan CCTV yang dapat meng- capture (menangkap) tinggi muka air laut dan mengirim gambar setiap empat menit sekali ke server.

Selain dapat diakses langsung melalui situs, data dan informasi dari U-TEWS PUMMA juga akan dimasukkan ke Papan informasi elektronik (electronic informasi papan) Yang ditempatkan di masjid / musala di desa / dusun Sepanjang Pesisir Lampung.

“Ada beberapa data yang sesuai seperti tinggi muka air laut, temperatur, tekanan udara, dan beberapa parameter lain yang memberikan informasi tentang aktivitas gunung api dan aktivitas air laut,” paparnya.

7. Jika akan terjadi tsunami, maka data hasil olahan dikirim sebagai sinyal alarm

Keren! Dosen Unila Buat Alat Deteksi Tsunami, Ini KeunggulannyaIlustrasi gelombang tsunami. (IDN Times/Sukma Shakti)

Menurutnya, jika terjadi fenomena alam yang tidak biasa, seperti surutnya permukaan air laut 50–70 cm dari normal dalam waktu singkat, atau ketinggian yang di luar batas normal, bisa dikatakan terjadi gempa atau sesuatu yang terjadi tsunami.

Indikasi ini akan terlebih dahulu melakukan simulasi. Jika memang kejadian besar akan terjadi tsunami, maka data hasil olahan dikirim sebagai sinyal alarm yang akan dikirimkan ke papan informasi elektronik di masjid-masjid. Ini sebagai peringatan dini kepada masyarakat untuk menyelamatkan diri.

“Memang sesuai Perpres, yang dikeluarkan peringatan dini tsunami adalah BMKG. Jadi informasi resmi tentang potensi tsunami tetap dari BMKG, tapi masyarakat juga berhak atas diri sendiri untuk menyelamatkan diri lebih awal jika ditemukan tanda-tanda bahaya," ungkapnya.

8. Biaya menjadi kendala pembuatan PUMMA

Keren! Dosen Unila Buat Alat Deteksi Tsunami, Ini KeunggulannyaIlustrasi Uang Rupiah (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)

PUMMA bisa dipasang di pinggir dermaga atau di laut dengan ketinggian 4–5 meter di atas permukaan laut agar tidak mengganggu lalu lintas kapal. Saat ini, tim peneliti Krakatau Research Center FT Unila sudah membuat satu PUMMA dan satu papan informasi yang akan dipasang di Pulau Sebesi pada Agustus 2021 nanti.

“Seharusnya setiap desa di Pesisir Lampung memiliki 1 atau 2 PUMMA sebagai sistem peringatan jika terjadi tsunami,” ujarnya.

Ardian mengaku, terkendala dana untuk membuat lebih banyak PUMMA. Untuk pengembangan satu PUMMA membutuhkan biaya sekitar Rp75 juta di luar instalasi radio microwafe dan internet. Ke depan, dia bersama tim akan mengupayakan kerja sama dengan pihak ketiga.

Baca Juga: Akademisi Unila Usulkan Fasilitas Ruang Merokok, Ini Alasannya

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya