Isi Liburan ke Dokterswoning Yuk, Ada Pameran Metro Tempo Dulu

Mempromosikan rumah dokter yang memiliki nilai sejarah

Bandar Lampung, IDN Times - Berbagai komunitas di Metro akan menggelar pameran foto, Sabtu (26/12/2020). Pameran bertajuk 'Metro Tempo Dulu, Tapis dan Launching Buku Dokterswoning' itu bakal digelar di Rumah Dokter sekitar pukul 13.00 WIB.

Pegiat sejarah Kota Metro, Kian Amboro menjelaskan, kegiatan ini merupakan gotong-royong dan swadaya untuk mempromosikan rumah dokter yang memiliki nilai sejarah dan terdaftar sebagai bangunan objek cagar budaya.

Rumah dokter atau dokterswoning yang berada tepat di depan RSUD A Yani ini menjadi salah satu saksi sejarah perjalanan Kota Metro. 

1. Libatkan banyak kalangan

Isi Liburan ke Dokterswoning Yuk, Ada Pameran Metro Tempo DuluShutterstock

Selain pameran foto, acaalra itu juga akan diisi  bincang tapis yang menghadirkam Raswan dari Raswan Institute, I Made Giri Gunadi dari TACB Metro, dan Sasa Chalim dari kalangan anak muda yang juga influencer.

Sementara launching dan diskusi buku berjudul Dokterswooning, sejarah Rumah Dokter di Kota Metro akan menghadirkan Ancilia Hernani (Anggota DPRD Metro), Arman AZ (sejarawan), Kian Amboro (Dosen UM Metro), Ria Andari (Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Metro) dan Rahmatul Ummah selaku pegiat literasi.

Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota Metro, Seprita menjelaskan, seluruh kegiatan ini digelar dengan menerapkan protokol kesehatan dan dibuat per sesi demi mencegah kerumunan.

Ia berharap ke depan generasi muda akan memahami sejarah perjalanan kota Metro. "Hari libur warga Metro kini tidak perlu ke luar kota, cukup nikmati sejarah Metro tempo dulu, meski demikian tetap jaga kesehatan," sebutnya.

Baca Juga: Keren! Warga Kota Metro Kini Bisa Nikmati Pojok Baca Digital

2. Ada pemutaran film dokumenter 'Tapis Dandan Sai Tutugan'

Isi Liburan ke Dokterswoning Yuk, Ada Pameran Metro Tempo DuluIlustrasi pembuatan tapis Lampung secara manual (IDN Times/Istimewa)

Acara tersebut juga akan dimeriahkan dengan pemutaran film dokumenter berjudul 'Tapis Dandan Sai Tutugan'. Wisnu selaku panitia acara menjelaskan, film ini bercerita tentang Ibu Mastoh pengerajin tenun Tapis yang usianya kini menginjak 80 tahun, namun masih berupaya menenun dengan cara-cara manual dengan alat gedog yang diwariskan oleh neneknya di wilayah Kotabumi.

Menurut Wisnu, perkembangan industri pertenunan di Lampung yang menggunakan alat-alat modern berdampak pada para penenun gedog di kampung Ibu Mastoh.

Hilangnya proses menenun dengan cara manual ini berdampak pada kurangnya pengetahuan generasi muda, selaku ahli waris mengenai nilai-nilai filosofis yang terkandung pada saat menenunkain Tapis.bFilm dokumenter berdurasi 15 menit karya Dosen DKV Itera ini akan  menjadi pengantar Bincang Tapis pada acara nanti.

3. Masa kolonialisasi Kota Metro

Isi Liburan ke Dokterswoning Yuk, Ada Pameran Metro Tempo Dulupexels.com/Pixabay

Sejak diberlakukannya Politik Etis mulai tahun 1905, salah satu kebijakan yang diterapkan kala itu yakni migrasi atau perpindahan penduduk Jawa ke Tanah Seberang (luar Jawa), terus dilaksanakan sampai dengan berakhirnya pemerintahan kolonial Hindia Belanda (1942).

Belajar dari pengalaman pada Fase Percobaan, segala sesuatu yang menjadi catatan dievaluasi dan diperbaiki pada Fase Perluasan. Metro sendiri adalah sebuah wilayah yang baru ada setelah pembukaan Kolonisasi Sukadana pada tahun 1935, dengan desa induk pertama adalah Trimurjo.

Sebagai bagian dari kebijakan kolonisasi pada tahap perluasan, perencanaan dan persiapan pembukaan Kolonisasi Sukadana dapat dikatakan lebih matang. Pemerintah Hindia Belanda telah memiliki rencana pembangunan ruang ibukota Kolonisasi Sukadana (Metro) dalam beberapa tahap, yang akan diselesaikan dalam waktu 10 tahun sejak dibukanya Kolonisasi Sukadana (1935).

4. Sejarah dibangunnya rumah dokter

Isi Liburan ke Dokterswoning Yuk, Ada Pameran Metro Tempo DuluIDN Times/Istimewa

Dalam rencana pembangunan tersebut, lokasi-lokasi telah disiapkan yang diperuntukan bagi rumah pengawas, (controleurs) dan calon pengawas (aspirant-controleur), rumah dokter pemerintah (dokterswoning), rumah sakit pemerintah (Gouvernements ziekenhuis), kantor administrasi nasional (Binnenlandsch Bestuur kantoor) dan kantor pekerjaan umum irigasi (Waterstaats-kantoor), kawasan perumahan pegawai pemerintah tingkat rendah (woningen kleine ambtenaren geprojecteerd), serta persiapan kawasan pemukiman bangsa Eropa (Europeesche woonwijk).

Sedangkan untuk rumah dokter atau dokterswoning, belum diperoleh tanggal tepat dimulainya pembangunan tersebut, sumber anonim menyebutkan tahun 1939.

Surat kabar Deli courant yang terbit pada April 1939 mewartakan tentang seseorang yang diangkat sebagai dokter kolonisasi, yaitu Mas Soemarno Hadiwinoto. Dokter tersebut diberi tugas dengan pelayanan kesehatan bagi para kolonis di pusat kolonisasi Sukadana, dan untuk sementara waktu dr. Mas Soemarno Hadiwinoto masih bertempat di Gedong Tataan sambil menunggu sebuah rumah untuknya di Metro selesai dibangun.

5. Kondisi rumah dokter di era kemerdekaan

Isi Liburan ke Dokterswoning Yuk, Ada Pameran Metro Tempo DuluRumah dokter swoning. (IDN Times/Istimewa)

Hingga memasuki era kemerdekaan, Rumah Dokter ini masih menjadi kediaman bagi dokter pemerintah yang bertugas di Metro. Meski pun masih kokoh berdiri, dalam kondisi yang relatif baik dan terawat, namun sangat minim catatan mengenai riwayat pengguna dari bangunan ini.

Yang sudah diganti yaitu tegel pada ruang tamu, penambahan atap pada bagian serambi atau teras, dan deformasi atap dilakukan sehingga nampak seperti yang sekarang dapat dilihat.

Sebagaimana keterangan yang disampaikan oleh anggota keluarga dr. Winaya Duarsa, pada masa itu Rumah Dokter menjadi salah satu tempat publik bisa dengan mudah mengaksesnya, seperti penggunaan bagian halaman depan sebagai sarana olah raga bulu tangkia, serta tempat publik sekitar Rumah Dokter itu dapat melihat hiburan televisi pada malam hari.

6. Ditetapkan sebagai cagar budaya

Isi Liburan ke Dokterswoning Yuk, Ada Pameran Metro Tempo DuluIlustrasi Kota Metro. (Dok. Info Kyai)

Pada tahun 2015, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, menetapkan bangunan Rumah Dokter ini ke dalam daftar inventaris cagar budaya dalam Surat Keputusan Kepala BPCB Serang dengan nomor: 429/CB4/LL/2015, tentang Daftar Inventaris Cagar Budaya di Kota Metro.

Sejak saat itu, pengelolaan bangunan Rumah Dokter ini dialihkan dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Metro ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Status kepemilikan tanah dan bangunan Rumah Dokter ini sampai dengan saat ini masih di bawah Departemen Kesehatan, dan sedang dalam proses pengalihan kepemilikan kepada Pemerintah Kota Metro.

Baca Juga: Dear Pemudik, Melintas di Tol Lampung Periode Nataru Simak Hal Ini Ya

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya