Intip Penampilan Seniman Indonesia di Kebun Karet Uluan Nughik Tubaba

19 Performer buat mitos baru lindungi kebun karet Tubaba

Tulangbawang Barat, IDN Times - Temu Seni Performans melibatkan 19 seniman dari seluruh Indonesia baru saja digelar di kawasan Budaya Ulluan Nughik, Tulangbawang Barat (Tubaba). Kegiatan berlangsung 29 Juli - 4 Agustus 2023 itu merupakan rangkaian kegiatan Indonesia Bertutur memiliki arahan artistik “Mengalami Masa Lalu, Menumbuhkan Masa Depan”.

Saat presentasi karya performans berlangsung pada siang hingga petang di hari yang sama ( 3/8/2023), seluruh performer menampilkan karya di 14 lokus Ulluan Nughik. Selain menampilkan karya secara individu, beberapa seniman menampilkan karya secara bersama, mengambil lokus di area kebun karet dan sungai, setiap performer secara intens melakukan aksinya secara mandiri. 

1. Performer tampilkan penciptaan mitos baru untuk melindungi penderes karet di Tubaba dari ancaman inflasi

Intip Penampilan Seniman Indonesia di Kebun Karet Uluan Nughik TubabaTemu Seni Performans melibatkan 19 seniman dari seluruh Indonesia baru saja digelar di kawasan Budaya Ulluan Nughik, Tulangbawang Barat (Tubaba), 29 Juli - 4 Agustus 2023 (IDN Times/Istimewa)(IDN Times/Istimewa)

Salah satu performer, Syamsul Arifin mengenakan jas, terus menerus melahap makanan tanpa henti di atas meja berwarna merah. Riyadh terus menyadap karet dari bahan jadi, sementara Gilang bersenandung dengan suara besar dengan kostum defamiliar, seorang performer lain berbaring telungkup di sungai.

Dari relasi peristiwa dimunculkan setiap performer, karya ini bisa juga dibaca sebagai upaya mencipta satu sistem mitos baru. Seperti terungkap dalam deskripsi karya  mereka, Mitos “Sasada Sere” adalah praktik penciptaan mitos baru untuk melindungi penderes karet atau perkebunan karet di Tubaba dari ancaman inflasi dan permainan harga karet, sekaligus cara atau rasa syukur terhadap karet, dengan cara menyarikan ragam ritual atau upacara dari Jawa, Sunda, Asemik dan Lampung.

Dari karya ini kita bisa mengetahui para seniman telah melakukan kerja riset secara mandiri, bisa secara leluasa berkolaborasi, dan secara adaptif merespon hal yang dekat dan kontekstual.

2. Peserta dipilih berdasarkan rekam jejak

Intip Penampilan Seniman Indonesia di Kebun Karet Uluan Nughik TubabaTemu Seni Performans melibatkan 19 seniman dari seluruh Indonesia baru saja digelar di kawasan Budaya Ulluan Nughik, Tulangbawang Barat (Tubaba), 29 Juli - 4 Agustus 2023 (IDN Times/Istimewa)

Direktur Artistik Indonesia Bertutur Melati Suryodarmo menyampaikan, temu seni tersebut, dirancang sebagai laboratorium bersama bagi para praktisi seni kontemporer. Kegiatan ini bukan reahersel bagi karya “jadi”. Melainkan, peserta dipilih berdasarkan rekam jejak dan kesungguhan untuk bertemu serta  berbagi pengalaman dan metode praktik mereka dalam menguatkan ekosistem seni mandiri dan jejaring kesenian di tanah air.

Para seniman terpilih adalah Kiki Windarti, John Heryanto (Tubaba) Luna Dian Setya, Sekar Tri Kusuma (Solo), Syamsul Arifin (Sampang), Robby Ocktavian (Samarinda), Ayu Permata Sari ( Lampung Utara), Syahrullah (Samarinda), Shuko Sastro Gending (Magelang), Alghifahri Jasin (Makassar), Impoe (Tuban), Hanif Alghifary (Bogor), Tamarra (Yogyakarta), Riyadhus Salihin (Bandung), Susan ( Lampung Barat), Gilang Anom Manapu Manik (Bandung), Anisa Nabilla Khairo (Padang), Soemantri Gelar (Jakarta) dan Enny Asrinawati (Depok).

"Seniman terpilih telah melakukan residensi mandiri di Cagar Budaya atau Warisan Budaya Tak Benda di wilayah masing-masing, dengan harapan para seniman bisa menciptakan karya berbasis riset dan juga memiliki materi sebagai bahan bandingan selama Temu Seni di Tubaba. Rangkaian kegiatan berupa presentasi hasil riset, diskusi kelompok, kunjungan situs (Pugung Raharjo dan Las Sengoq), sarasehan dan presentasi akhir yang bisa disaksikan oleh publik," terangnya, Senin (7/8/2023).

Melati menambahkan, puncak kegiatan Indonesia Bertutur akan digelar di Bali pada tahun 2024. Mengambil subak sebagai dasar inspirasi penciptaan, Suryodarmo menjelaskan makna subak sebagai inspirasi dasar kegiatan tersebut bukan semata bentuk terasering, melainkan spirit Trihita Karana memiliki makna relasi hubungan antara manusia dan Sang Pencipta, manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan manusia.

Baca Juga: Potret Unik Berugo Cottage Tubaba, Bangunan Bergaya Lumbung Padi

3. Awal mula Tubaba dibangun berangkat dari mitos

Intip Penampilan Seniman Indonesia di Kebun Karet Uluan Nughik TubabaPotret millenial Tubaba mengenakan topi tikew (Instagram.com/ezedqyoko)

Pada sarasehan digelar Kamis 3 Agustus, dengan pembicara Umar Ahmad (pendiri Menuju Tubaba) dan St Sunardi (Universitas Sanata Dharma), terungkap beberapa hal penting. Umar memaparkan bagaimana Tubaba bertumbuh dari hasil pendengarannya berdasarkan mitos-mitos lama: Ulluan Nughik, Las Sengoq dan Penyiloan. Bagi Umar mitos-mitos tersebut bukanlah sesuatu tanpa makna.

“Setelah mempertimbangkan konteks pada awal mula Tubaba dibangun, tepatnya saat Tubaba dijuluki sebagai kota “Bukan-bukan”: bukan lintasan dan bukan tujuan. Tapi melalui mitos, dan pertemuan saya dengan banyak orang, saya membuat mitos-mitos tersebut menjadi visi produktif,” kata Umar.

4. Tiga hal penting terkait Tubaba dan mitos

Intip Penampilan Seniman Indonesia di Kebun Karet Uluan Nughik TubabaTemu Seni Performans melibatkan 19 seniman dari seluruh Indonesia baru saja digelar di kawasan Budaya Ulluan Nughik, Tulangbawang Barat (Tubaba), 29 Juli - 4 Agustus 2023 (IDN Times/Istimewa)

St Sunardi, mengapresiasi apa yang telah dilakukan Umar. Menurutnya, bagi filsuf berasal dari Yogyakarta, Tubaba bukan sekadar tempat, melainkan ruang memiliki energi. Karena di Tubaba kerja kebudayaan bukan semata mengutamakan aspek wadagnya, melainkan aspek dinamik, yakni proses menjadinya.

Nardi mengilustrasikan satu kerja seni dari maestro Laeonardo Da Vinci, mencipta karya bukan semata memiesis satu benda melainkan mengambil spirit burung untuk penciptaan karyanya.

“Demkian pula apa yang terjadi di Tubaba, kerja kebudayaan di Tubaba adalah mengambil mitos bukan pada formatnya, melainkan pada “keapaan” dari sebuah mitos. Mitos secara singkat bisa dipahami sebagai cerita tentang sesuatu yang tidak bisa diceritakan secara langsung,” jelasnya,

St Sunardi menekankan pentingnya tiga hal terkait Tubaba dan mitos. Pertama, betapa pentingnya melihat kebudayaan sebagai energi, bukan semata aspek wadagnya. Kedua, melalui mitos kita bisa membentuk identitas baru. Ketiga, ingatan yang kita miliki galibnya bukan semata rekoleksi, atau kumpulan atas peristiwa, melainkan sebagai kontraksi atau pemadatan bagi energi kreatif.

“Dari situ kita berharap karya seni bukan semata pengulangan (repetisi). Sembari berharap, apa yang telah terjadi di Tubaba bisa menular pada kota-kota lain,” ujarnya.

5. Alasan Tubaba terpilih jadi lokasi Temu Seni Indonesia Bertutur

Intip Penampilan Seniman Indonesia di Kebun Karet Uluan Nughik TubabaKain Aksara Kaganga khas Tubaba (Instagram/atu.qu)

Sastrawan ternama Indonesia Afrizal Malna, menyampaikan terkait alasannya memilih Tubaba sebagai lokasi Temu Seni Indonesia Bertutur. Hal itu lantarasan memperhatikan sejarah pertumbuhan wilayah Tubaba  tidak memiliki apa-apa sebagai identitas pengikat seperti narasi dipaparkan oleh Umar.

“Sejarah Lampung dipenuhi mitos, Tubaba menggali bahasa Lampung sebagai sumber arkeologi identitas. Kata-kata berasal dari cerita lisan: Uluan Nughiq, Las Sengoq, maupun Tiyuh, dijadikan pijakan untuk membuat mitos baru sebagai “identitas masa depan” Tubaba. Temu Seni Performans di Tubaba memerlukan spektrum tema yang bisa jadi pijakan bersama. Bagaimana kita menggunakan mitos sebagai modus penciptaan dan mengapa?,” ujarnya.

Afrizal melanjutkan, Joseph Campbell melihat mitos sebagai model pengetahuan membentang dalam sejarah peradaban yang memiliki kesamaan, seperti mitos Dewi Kesuburan atau Dewa Kematian. Dan mempertanyakan apakah ada rahasia dalam pikiran kita.

Menurutnya, dalam Temu Seni Performans, mitos dilihat sebagai salah satu metode penciptaan, membuat jembatan baru antara data (dari sumber riset residensi), tubuh, ruang, dan imajinasi.

“Melalui fokus tentang mitos, peserta diharapkan aktif melakukan pengembangan gagasan yang memanfaatkan warisan cagar budaya melalui residensi mandiri dan dalam laboratorium,” harapnya.

Baca Juga: Deretan Pertunjukan Tubaba Art Festival TAF 2023, Ada  Jason Ranti

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya