Inovasi Tim ITERA, Pelindung Pantai Natural Solusi Banjir dan Erosi
Intinya Sih...
- Tim PKM Itera melakukan penanaman mangrove dan sosialisasi untuk pengembangan pelindung pantai natural di Lampung Selatan.
- Kegiatan melibatkan dosen dan mahasiswa dari beberapa program studi serta mitra Kelompok Tani Hutan (KTH) Hijau Lestari.
- Harapan agar inovasi ini bisa menjadi acuan bagi pemerintah dalam mengembangkan daerah sesuai dengan tujuan SDG’s.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Lampung Selatan, IDN Times - Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) lnstitut Teknologi Sumatera (Itera) melaksanakan kegiatan penanaman mangrove dan sosialisasi dalam upaya pengembangan dan penerapan inovasi pelindung pantai natural sebagai solusi permasalahan erosi dan banjir rob di Pesisir Kuala Jaya, Desa Bandar Agung, Lampung Selatan.
Kegiatan digagas oleh tim beranggotakan dosen Program Studi Teknik Kelautan (KL), Program Studi Arsitektur Lanskap (ARL), serta Program Studi Sains Lingkungan Kelautan (SLL) itu berkolaborasi dengan mitra Kelompok Tani Hutan (KTH) Hijau Lestari .
Ketua Tim PKM, Suciana menyampaikan, kegiatan ini bertujuan menjadi sarana berbagi ilmu dan bertukar pikiran melalui sosialisasi untuk masyarakat khususnya KTH Hijau Lestari terkait mangrove sebagai pelindung pantai.
Selain itu, diperkenalkan sebuah prototype sistem inovasi pelindung pantai natural “Ramah Lingkungan” dalam bentuk maket 3D yang sudah didesainkan untuk KTH Hijau Lestari sebagai gambaran implementasi di lapangan.
"Pendekatan ini diyakini dapat meningkatkan pemahaman mitra dan masyarakat terkait sistem inovasi pelindung pantai natural yang akan menyumbangkan keselamatan secara bertahap, meningkatkan wawasan mengenai pemberdayaan hutan mangrove yang harapannya dimasa depan menjadi Green Belt," Sabtu, (10/8/2024).
Baca Juga: ITERA Bakal Buka Program Student Exchange ke Korea Selatan
1. Gambarkan kondisi awal penanaman mangrove beserta pelindung pantai natural
Suciana mengatakan, kegiatan sosialisasi diawali dengan materi terkait mangrove oleh dosen Program Studi Sains Lingkungan Kelautan, Budhi Agung Prasetyo dan Rizki Dimas Permana.
Menurutnya, sosialisasi ini mencakup zonasi pembagian daerah pertumbuhan mangrove yang lebih sesuai dengan jenisnya serta percontohan upaya pelestarian dan pengembangan hutan mangrove melalui metode silvofishery (wanamina).
Selain itu, edukasi diberikan melalui prototype berbentuk maket 3D yang menggambarkan kondisi awal penanaman mangrove beserta pelindung pantai natural dari material ramah lingkungan seperti bambu dan geobag.
2. Inovasi tersebut bisa jadi acuan kembangkan daerah sesuai dengan tujuan SDG’s
Lebih lanjut Suciana menjelaskan, sebuah maket ini juga menunjukkan prediksi perkembangan daerah pesisir setelah 15 hingga 20 tahun ke depan, yang diharapkan akan menjadi kawasan “Green Belt” berkembang dan aman dari erosi serta banjir rob.
Ia berharap, inovasi ini bisa menjadi acuan bagi pemerintah dalam mengembangkan daerah yang sesuai dengan tujuan SDG’s (Sustainable Development Goals) untuk bersama-sama mempromosikan pembangunan berkelanjutan, menjaga lingkungan, memerangi ketidaksetaraan, dan memastikan kehidupan yang layak bagi semua orang.
"Tentunya, tim ITERA dengan latar belakang yang sesuai mampu memberikan wawasan ilmiah yang berperan penting dalam menunjukkan komitmen Itera for Sumatera. Tim Itera menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara praktis untuk memberikan manfaat nyata kepada masyarakat, serta memperkuat peran perguruan tinggi dalam upaya pencegahan bencana dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah pesisir," terangnya.
Suciana menambahkan, setelah kegiatan sosialisasi dan penyerahan maket dilaksanakan, dilanjutkan kegiatan implementasi inovasi pelindung pantai natural dengan dua sistem pelindung mangrove, sisi kanan pelindung dengan bambu dan sisi kiri berupa tumpukan geobag.
"Pelindung diletakkan pada sisi depan ke arah laut setalah itu dilakukan penanaman mangrove dengan sistem tigalayer secara berurutan Avicennia Alba, Avicennia Marina yang biasa dikenal oleh masyarakat dengan sebutan api api dan terakhir Rhizophora atau bakau," jelasnya.
3. Diharapkan mampu atasi masalah bencana di Desa Bandar Agung
Perwakilan Kepala Dusun Kuala Jaya, Delpi, menyampaikan terima kasih atas komitmen ITERA yang aktif mengirimkan dosen dan mahasiswanya untuk memberikan wawasan ilmiah tentang pelestarian mangrove. Keikutsertaan ini menunjukkan pengaplikasian tridarma perguruan tinggi secara praktis yang berdampak langsung kepada masyarakat, serta diharapkan mampu mengatasi permasalahan bencana yang ada di Desa Bandar Agung.
Perwakilan Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Hijau Lestari Bandar Agung, Sudarto juga mengapresiasi sinergi yang dilakukan oleh ITERA. Sudarto berharap, kegiatan ini memberikan dampak positif bagi desa, terutama dalam menambah pengetahuan yang belum dimiliki oleh anggotanya.
"Saya berharap pengabdian ini dapat ditingkatkan dan berkelanjutan demi kesejahteraan warga melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang dapat memberdayakan serta meningkatkan daerah pesisir Kuala Jaya" ujarnya.
Kegiatan sosialisasi ditutup dengan penyerahan aset berupa 1 Set Prototype berupa Maket 3D Inovasi Pelindung Pantai Natural dan 2 Set Sistem Inovasi Pelindung Pantai Natural kepada ketua KTH Hijau Lestari.
Baca Juga: Cara ITERA Sambut Camaba, Edukasi Mental Health dan Kekerasan Seksual