Dosen Itera: Batu Meteorit Jangan Dijual, Serahkan ke Negara untuk Diteliti

Warga menggunakan rendaman air batu meteorit sebagai obat

Bandar Lampung, IDN Times - Fenomena langit terjadi di Lampung, Kamis (28/1/2021) malam lalu masih menyisakan tanda tanya bagi sebagian masyarakat. Fenomena itu diawali dentuman besar bergemuruh seperti bunyi petir masyarakat mengira itu adalah pertanda gempa.

Namun BMKG langsung mengonfirmasi tak ada tanda-tada gempa yang terjadi di daerah tersebut. Namun imbas kejadian itu, salah satu rumah warga di Dusun V, Kampung Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah kejatuhan batu yang disangka adalah batu mujarab dan bisa menyembuhkan penyakit.

Menurut Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAK) Institut Teknologi Sumatera (Itera), Robiatul Muztaba, dentuman itu disebabkan pecahnya batu meteor saat masih berada di Langit. Fenomena ini sering disebut fireball. Menurutnya, suara dentuman itu hanya terdengar di bagian daerah tertentu yang dekat dengan sumber pecahnya batu meteor.

Berikut IDN Times rangkum penjelasan dari akademisi keplanetan serta respons masyarakat terhadap benda langit tersebut.

1. Terdengar suara dentuman seperti petir

Dosen Itera: Batu Meteorit Jangan Dijual, Serahkan ke Negara untuk Ditelitihttps://www.imo.net/

Adi Prasetyo salah satu warga Lampung Tengah mendengar dentuman tersebut mengatakan suaranya bergemuruh seperti petir. Dia kemudian mencari informasi terkait suara dentuman tersebut.

Diketahui, salah satu rumah warga yang jaraknya sekitar 300 meter dari rumahnya, mendapat lemparan batu dari atas bertepatan dengan suara dentuman tersebut. "Saya kira pesawat meledak karena suaranya bergemuruh gitu tapi hampir kaya petir. Terus ya itu pas dicari sama pemuda di sini ternyata ada salah satu rumah warga yang gentingnya pecah dan di bawahnya ada batu itu," ujarnya.

Imbas kejadian itu, Adi mengatakan warga menggelar pameran batu yang direndam di akuarium kemudian airnya dibalurkan ke tubuh sebagai obat. "Ada sekitar 50 orang lebih yang ngambilin airnya pake plastik. Katanya buat obat mujarab," katanya.

2. Batu meteorit dijadikan bahan pameran dan obat

Dosen Itera: Batu Meteorit Jangan Dijual, Serahkan ke Negara untuk Ditelitipixabaycom/DilanArezzo

Kepala Dusun V, Kampung Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah, Edi Kurniawan membenarkan reaksi warga yang merendam batu ke dalam air dan menggunakannya sebagai obat.

"Sekitar jam delapan (pagi) saya dikasih tau istri katanya disitu rame. Terus kok udah ada batu dikasih air terus orang-orang pada minta. Kata warga itu, pertama ada yang kena stroke terus meminta batu itu direndam katanya siapa tahu bisa jadi obat dan bisa sembuh," kata Edi saat dikonfirmasi Sabtu (30/1/2021).

Warga kemudian menggelar pameran batu tersebut dan masyarakat sekitar berbondong-bondong mengambil air dari rendaman batu yang belum terbukti khasiatnya sebagai obat.

"Terus pihak Polsek meminta untuk ditutup aja karena kan masih COVID-19 juga. Setelah dibubarin salah satu warga mengamankan batu tersebut. Pemilik rumahnya juga takut katanya kan itu batu mahal," jelasnya.

Baca Juga: Hujan Meteor hingga Gerhana, 9 Peristiwa Langit Terbaik di 2021

3. Warga mengira batu tersebut kiriman santet

Dosen Itera: Batu Meteorit Jangan Dijual, Serahkan ke Negara untuk DitelitiWarga yang menemukan batu meteor di Lampung Tengah bersama peneliti dari ITERA (IDN Times/Istimewa)

Selain itu Edi juga menjelaskan, warga mau pun pihak yang menemukan batu tersebut belum mengetahui akan digunakan untuk apa batu itu. "Yang jelas sekarang diamankan dulu karena itu katanya batu mahal takutnya ada hal-hal yang tidak diinginkan. Kalau nantinya itu laku dan nilainya signifikan ya mungkin dijual," ujarnya.

Edi mengatakan, pihak kepolisian berniat mengamankan batu tersebut namun warga yang menemukan tak mengizinkan. Alasannya apa Edi tak mengetahuinya. Selain itu pihak peneliti yang datang juga hanya bisa membawa sekitar 2 gram batu untuk diteliti. 

Menurutnya pada saat batu tersebut diketahui jatuh di salah satu rumah warga, pemilik rumah sempat takut dan tak ada yang berani mengambil. "Kirain orang-orang kiriman santet atau gimana soalnya yang punya rumah kan lagi sakit. Orang-orang pada takut waktu mau ngambil itu," terangnya.

4. Bahaya yang ditimbulkan dari benda langit

Dosen Itera: Batu Meteorit Jangan Dijual, Serahkan ke Negara untuk DitelitiInstagram.com/kwstasmyclub

Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAK) Institut Teknologi Sumatera (Itera), Robiatul Muztaba, menerangkan, saat meneliti batu meteor, masyarakat Dusun V, Kampung Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah, memang mempercayai adanya khasiat yang mujarab pada batu tersebut. Itu lantaran, batu tersebut direndam air

Robiatul langsung berinisiatif memberikan edukasi kepada warga. Air rendaman dari batu tersebut tidak boleh digunakan untuk sekadar disiram ke tubuh apalagi sampai diminum.

"Mereka percaya air rendaman itu menyembuhkan, padahal kan gak. Justru dengan kedatangan kami ke sana mengimbau ke masyarakat agar tidak menggunakan air rendaman tersebut baik untuk disiram ke tubuh atau pun di minum. Karena berbahaya," paparnya.

Robiatul menjelaskan batu tersebut mengandung unsur logam. Kemudian belum diketahui apakah ada unsur radio aktifnya atau tidak karena harus uji lab terlebih dahulu.

"Karena batu yang ada di luar angkasa itu kan banyak proses dan kita juga belum banyak mempelajari hal itu. Kalau ada radioaktifnya, paling umum bisa menyebabkan kanker atau kanker kulit karena partikel kecil itu bisa menempel di kulit atau melalui saluran pernafasan, "jelasnya.

5. Batu meteorit seharusnya disimpan di lembaga penelitian

Dosen Itera: Batu Meteorit Jangan Dijual, Serahkan ke Negara untuk Ditelitibpoag

Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAK) Institut Teknologi Sumatera (Itera), Robiatul Muztaba membenarkan pihaknya hanya bisa membawa beberapa gram batu untuk diteliti. Sebab si pemilik rumah bersikeras untuk menyimpan batu tersebut.

Menurutnya, batu tersebut seharusnya disimpan di lembaga penelitian seperti LAPAN atau di institusi pendidikan seperti kampus-kampus.

"Saran saya sih sebaiknya batu meteor itu tidak diperjualbelikan tapi diberikan pada lembaga-lembaga penelitian. Selama ini yang saya tahu di berbagai negara misal di NASA sendiri masyarakat di sana kalau menemukan batu meteor akan diberikan pada lembaga penelitian untuk diteliti lebih lanjut," tuturnya.

Tujuannya menurut Robiatul, untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Sebab selama ini yang dipelajari hanya batuan yang ada di bumi. Dengan adanya batuan meteor itu bisa menjadi bahan penelitian di Indonesia khususnya di Lampung dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

"Masyarakat di sana bersikeras untuk tetap menyimpannya. Tapi mereka sudah berbaik hati memberi kita sample sedikit untuk kita uji lab," ujarnya.

6. Batu meteorit bisa menjadi bahan penelitian umur pembentukan bumi dan tata surya lainnya

Dosen Itera: Batu Meteorit Jangan Dijual, Serahkan ke Negara untuk DitelitiPexels/Ramandeep

Dari penelitian awal yang dilakukan oleh Robiatul, batu tersebut memang batu meteorit karena mengandung logam atau magnetik. Namun untuk unsur apa saja yang ada di dalam batu tersebut akan diteliti lebih lanjut sekitar satu minggu kedepan.

Pihaknya akan meneliti pola pembentukan batu itu. Sebab biasanya batuan meteorit kemungkinan umurnya sama dengan pembentukan tata surya.

"Misal umur bumi, umur planet lainnya termasuk matahari. Kita bisa megetahui unsur kandungannya apa saja. Kandungan itu kita bandingkan dengan kandungan logam yang ada di bumi. Kalau misal ternyata kita temui ada unsur di luar bumi kita perlu mempelajari lebih banyak,"jelasnya.

7. Fenomena langit bisa dimanfaatkan sebagai tempat wisata

Dosen Itera: Batu Meteorit Jangan Dijual, Serahkan ke Negara untuk Ditelititravelspromo.com

Menurut Robiatul terkait fenomena langit di alam semesta yang terjadi saat ini, masyarakat tidak perlu takut justru bisa dinikmati. Ia mencontohkan, fenomena hujan meteor masyarakat bisa melihat secara langsung apabila daerahnya bebas dari polusi cahaya.

"Jangan khawatir dengan fenomena astronomi justru bisa kita manfaatkan sebagai tempat pariwisata langit. Atau lebih dikenal astro tourism. Di Provinsi Lampung ada rencana membangun observatorium dan itu sangat bermanfaat sekali untuk perkembangan teknologi sains di Indonesia khususnya di Lampung," terangnya.

Pembangunan observatorium menurut Robiatul lantaran, fasilitas yang ada saat ini merupakan warisan Belanda pada tahun 1923. Sehingga masyarakat masih banyak yang awam terkait sistem keplanetan atau tata surya.

"Mengapa perlu observatorium itu bisa menjadi edukasi kepada masyarakat tentang terjadinya fenomena langit. Kenapa bisa terjadi hujan meteor, kenapa tata surya terbentuk kenapa bisa ada planet-planet itukan bisa dijawab melalui observatorium," ujarnya.

Baca Juga: Peneliti: Batu Jatuh di Rumah Warga Lampung Tengah Dipastikan Meteorit

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya