Dokter di Lampung Barat jadi Korban Penganiayaan Pasien, Ini Kata IDI

Keluhkan sakit tak kunjung reda, dokter di Lampung dicekik

Bandar Lampung, IDN Times - Dua dokter internship (magang) di Lampung Barat mendapat penganiayaan fisik. Imbas kejadian itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung mengajak seluruh dokter di kabupaten/kota se Lampung mengenakan pita hitam di lengan kiri sejak 26  April sampai 2 Mei 2023 sebagai bentuk kepedulian pada rekan sejawat.

Berdasarkan video beredar di media sosial, seorang dokter bernama Carel Triwiyono diseret dilantai dan dicekik lehernya oleh dua orang berinisial AW sebagai pasien dan MH sebagai kakak pasien. Penganiayaan tersebut terjadi di Puskesmas Fajar Bulan, Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat pada Sabtu (24/4/2023) lalu.

Kemudian, dokter Putri sedang merekam kejadian penganiayaan pada dokter Carel mengalami memar pada tangannya, karena pelaku mau merampas handphone di tangan dokter Putri. 

Kasatreskrim Polres Lampung Barat menyampaikan, kronologi kejadian tersebut bermula dari pasien (AW) yang masih mengeluhkan sakit dibagian ulu hati namun tak kunjung reda setelah diberikan obat. Kemudian, dokter Carel menjelaskan agar menunggu reaksi dari obat-obatan yang telah diberikan.

Kemudian, sang dokter memberikan saran untuk ke IGD Rumah Sakit terdekat di Bukit Kemuning, apabila sudah merasa tidak kuat. Namun, terduga pelaku MH merasa tidak puas dengan penjelasan dokter langsung menyeret, mencekik dan membanting Dokter Carel ke lantai dibantu oleh adiknya AW.

Baca Juga: Kemenkes Beri Pendampingan Hukum 2 Dokter Dianiaya di Lampung

1. Reaksi obat diterima setiap orang berbeda-beda

Dokter di Lampung Barat jadi Korban Penganiayaan Pasien, Ini Kata IDIilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Menurut keterangan Ketua IDI Lampung, Dokter Josi Harnos, Dokter Carel sudah melakukan tugasnya sesuai SOP dokter, yakni menanyakan keluhan pasien, memeriksa secara fisik dan memberikan obat sesuai diagnosa secara umum. Sebab menurutnya, untuk melakukan diagnosa secara tepat perlu peralatan mendukung.

“Dari gejala sakit ulu hati itu, ada banyak sekali diagnosis yang secara gejalanya nyeri pada ulu hati. Itu bisa gastritis, maag atau batu empedu. Tapi untuk menetapkan diagnosa lebih tepatnya kan puskesmas punya apa?," imbuhnya.

"Kapasitas skala kompetensinya sampai mana? Kan tidak ada untuk melakukan diagnosa itu. Alatnya aja gak ada, jadi sebatas itulah yang memungkinkan diagnosa secara umumnya ya gastritis dan diberikan obat-obatan tersebut,” kata dokter Josi saat dihubungi IDN Times, Kamis (27/04/2023).

Lebih lanjut dokter Josi menjelaskan, reaksi obat-obatan pada setiap orang tentu saja berbeda. Hal itu bisa disebabkan oleh kondisi atau berat badan setiap orang.

Pihaknya mengumpamakan dua pasien dengan berat badan 70 kg dan 40 kg sedang demam kemudian diberi paracetamol, tentu reaksinya akan berbeda.

“Pasien yang beratnya 40 kg setelah 15 menit demamnya turun duluan, sedangkan yang 70 kg masih harus nunggu 30 menit bahkan satu jam. Itu karena badannya lebih besar dan membutuhkan cairan lebih banyak,” ujarnya.

2. Tidak ada obat bisa menyembuhkan secara instan

Dokter di Lampung Barat jadi Korban Penganiayaan Pasien, Ini Kata IDInearsay.com

Dokter Josi justru mempertanyakan kondisi pasien tersebut, sebab masih bisa membantu menganiaya dokter. Sedangkan awalnya mengeluh rasa sakitnya tak kunjung reda.

Menurut Dokter Josi, tidak ada obat yang langsung bisa menyembuhkan secara instan. Bahkan secara undang-undang praktik, dokter tidak boleh menjanjikan kesembuhan.

“Yang dijanjikan hanyalah upaya maksimal. Nah maksimalnya di puskemas ya seperti itu. Di saat sudah dilakukan maksimal ternyata masih belum ada reaksi dan ditawarkan untuk rujuk ke rumah sakit, ya benar lah,” ucapnya.

Pihaknya menjelaskan, jika dalam pelayanan IGD ada empat kategori pasien, di antaranya, pasien gawat, darurat, gawat darurat dan tidak gawat dan tidak darurat. Sementara pasien ditangani Dokter Carel tersebut menurutnya tidak gawat dan tidak darurat.

“Jadi kategori itu untuk mempertimbangkan apa yang harus dilakukan tanpa kita menggunakan SOP operasional, itu masih bisa diukur pakai akal dan hati. Masak pasien tidak gawat tidak darurat mau diantar pakai ambulans misalnya. Nanti giliran lagi nganter, tiba-tiba ada pasien yang darurat kan gimana itu,” ujarnya.

3. Melihat persoalan secara objektif

Dokter di Lampung Barat jadi Korban Penganiayaan Pasien, Ini Kata IDIIlustrasi peralatan medis. (unsplash.com/Derek_Finch)

IDI meminta untuk melihat keadaan menggunakan pertimbangan akal sehat supaya tidak terburu-buru melabeli salah atau benar. Ia tak menyalahkan pasien atau keluarga yang melakukan keluhan pada nakes atau pihak rumah sakit, namun harus harus melihatnya secara objektif.

“Dalam kasus seperti ini, yang seharusnya kita benahi apanya? apakah salah puskemasnya, dokternya, pasien atau salah sistem di negara ini? Apakah semua puskesmas sudah memiliki standar-standar yang diberikan dalam penatalaksanaan penyakit gawat darurat?," tukas Josi. 

"Dan yang bisa menilai itu bukan masyarakat, tapi orang-orang yang bekerja di situ. Dan orang-orang yang bekerja di situ se-Indonesia Raya ini sudah memberikan usulan untuk melengkapi peralatan dan pelatihan untuk SDM nakes,” paparnya.

4. Kemenkes akan dampingi proses hukum dokter korban penganiayaan

Dokter di Lampung Barat jadi Korban Penganiayaan Pasien, Ini Kata IDIIlustrasi hukum (Dok: ist)

Diketahui saat ini kedua pelaku yang tercatat sebagai warga Kota Bandar Lampung tersebut  sudah ditangkap pihak kepolisian dan dijerat Pasal 170 jo 351 KUHPidana tentang penganiayaan. Sementara itu, Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes, Arianti Anaya mengatakan akan mendampingi secara personal dan bantuan hukum pada dua dokter yang menjadi korban penganiayaan tersebut.

Lebih lanjut Kemenkes akan melakukan evaluasi penempatan dokter internsip di Lampung serta memastikan kepala daerah terkait bisa lebih menjadi keamanan dan keselamatan para dokter. Kini demi keamanan selama bertugas, kedua dokter tersebut akan ditempatkan di RSUD setempat, dengan keamanan lebih baik.

Baca Juga: Dokter Puskesmas di Lampung Barat Dianiaya Pasien, Ini Kata Kapolda

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya