Cerita Rizqon Sineas Lampung, Berhenti Kuliah dan Terjun ke Dunia Film

Belajar secara otodidak

Bandar Lampung, IDN Times - Siapa yang hobi nonton film? Saat menontonnya terkadang kita dengan mudah melontarkan kritik pedas jika film tersebut tidak sesuai dengan ekspetasi kita.

Namun dibalik sebuah produksi film bukanlah hal yang mudah, sebab ada banyak sekali yang harus dikorbankan. Mulai dari pikiran, tenaga dan biaya tentunya. Terlebih di tengah pandemik COVID-19 ini cukup sulit memasarkan film yang sudah siap tayang.

Berikut ini IDN Times rangkum cerita dari salah satu komunitas film indie Pesawaran di Lampung yang sudah bergerak menuju industri film layar lebar. Keep scrolling ya!

1. Lahirkan 12 karya selama 12 tahun berdiri

Cerita Rizqon Sineas Lampung, Berhenti Kuliah dan Terjun ke Dunia FilmProduksi Film Ayudia dan Jalan Pulangnya (IDN Times/Istimewa)

Di Lampung memiliki sebuah Komunitas Film Indie Pesawaran berdiri sejak 2008 tepatnya hampir 12 tahun. Pesawaran merupakan nama kabupaten di Lampung tempat mereka berkarya.

Selama kurun waktu tersebut, sudah melahirkan 12 karya yang terdiri dari film pendek, dokumenter dan fiksi. Bahkan pada 18 Maret lalu baru saja meluncurkan film layar lebar yang tayang di CGV Transmart Lampung berjudul Ayudia dan Jalan Pulangnya.

2. Berjibaku merintis perusahaan

Cerita Rizqon Sineas Lampung, Berhenti Kuliah dan Terjun ke Dunia FilmInstagram.com/komunitasfilmindiepesawaran

Menurut Rizqon Agustia Fahsa sebagai sutradara dalam komunitas tersebut, jika mengikuti standar komunitas, film indie memiliki batasan yang tidak bisa masuk industri film komersil.

Sehingga anggota komunitas tersebut sepakat untuk membuat perusahaan rintisan dengan nama PT Gemilang Muda Berkarya dan nama rumah produksi Genia Visinema.

"Kebanyakan pegiat film di komunitas itu hanya sampai di hobi, belum berpikir masuk ke industrinya. Jadi cuma bikin film terus ditonton rame-rame secara gratisan atau diskusi udah selesai," kata Rizqon kepada IDN Times, Rabu (31/3/2021).

Menurutnya jika membuat film hanya sampai pada tahap ditonton sendiri dan tidak menghasilkan bagi pembuatnya, lama-lama motivasi mereka turun dalam berkarya di dunia film. Terlebih komunitas yang didirikan Rizqon dan teman-temannya sudah 12 tahun.

Baca Juga: 4 Film yang Raih Banyak Penghargaan di Sundance Film Festival

3. Harus rela merogoh kantong pribadi

Cerita Rizqon Sineas Lampung, Berhenti Kuliah dan Terjun ke Dunia FilmIlustrasi uang (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Selain itu Rizqon juga menyampaikan terkait biaya produksi untuk pembuatan film indie memang hal biasa jika harus patungan dengan kru dan talent. Namun setelah masuk ke dunia film profesional modal yang dikeluarkan akan lebih besar.

"Ya memang sudah konsekuensinya seperti itu akhirnya ya banyak yang harus dikorbanin. Cuma kalau kita gak berani ke arah itu ya gak akan pernah masuk ke industri film," terangnya.

Rizqon berharap komunitas lain juga mulai berpikir ke arah tersebut. Seperti  kota lain yang mulai masuk industri film. Ia meyakinkan, untuk mencapai itu semua harus bersinergi bersama.

4. Awal mendirikan komunitas tak memiliki alat produksi

Cerita Rizqon Sineas Lampung, Berhenti Kuliah dan Terjun ke Dunia Filmpexels.com

Dalam membuat film tentu yang paling dibutuhkan selain ide cerita adalah alat produksi. Karena tanpa itu, ide cerita tidak akan menjadi sebuah tontonan menarik.

Namun, pada awal berdiri, komunitas film indie Pesawaran tidak memiliki alat produksi. Kemudian mereka mengusulkan alat ke Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

"2008 pertama kali mendirikan komunitas itu gak punya kamera. Jadi masih pinjem atau sewa. Terus berjalannya waktu, 2019 kita ngusulin ke Bekraf untuk bantuan alat dan mendapat Rp350 juta. Nah itu lah kita langsung produksi film Ayudia kemarin," papar Rizqon.

5. Produksi film indie kamera tidak menjadi kendala

Cerita Rizqon Sineas Lampung, Berhenti Kuliah dan Terjun ke Dunia FilmJsp.co.id

Menurutnya dalam membuat film independen atau non bioskop kamera bukanlah kendala. Bahkan waktu pertama kali membuat film mereka belum menggunakan kamera digital.

"Kita bisa pake kamera apa aja untuk membuat film pendek, bahkan sekarang di kota lain udah banyak yang menggunakan gawai," tuturnya.

Deretan film mereka yang pernah mengikuti festival di antaranya, Labuhan Cinta Bersyarat pernah menjadi semi finalis di festival Maiami Amerika Serikat.

Kemudian film dokumenter Tobong Bata mengikuti ajang film dokumenter Eagle Award Metro Tv pada tahun 2014. Serta film pendek Manifesto Gambus 2018 menjadi penampil terbaik di acara Bekraf.

6. SDM belajar secara otodidak saat produksi

Cerita Rizqon Sineas Lampung, Berhenti Kuliah dan Terjun ke Dunia FilmInstagram.com/komunitasfilmindiepesawaran

Seluruh anggota komunitas tersebut ternyata tidak ada yang memiliki latar belakang menempuh jalur perfilman secara formal. Mereka belajar secara otodidak selama bergabung di komunitas tersebut.

Menurut Rizqon saat ini anggota yang aktif ada sekitar 30 orang. Namun biasanya akan ada kru tambahan jika sedang produksi film.

"Untuk anggota baru itu biasanya masuknya dari projek. Misal projek ini butuh tambahan kru atau talent. Nah biasanya mereka lanjut jadi anggota komunitas. Jadi proses pembelajarannya langsung pas produksi," bebernya.

7. Berhenti kuliah dan lebih fokus membuat film

Cerita Rizqon Sineas Lampung, Berhenti Kuliah dan Terjun ke Dunia FilmLaunching poster film dan trailer Ayudia dan Jalan Pulangnya karya ruang kreatif Pesawaran (IDN Times/Silviana)

Rizqon awalnya merupakan salah satu mahasiswa Fisika MIPA di Universitas Lampung. Semasa kuliah ia aktif di dunia fotografi dengan mengikuti UKM Zoom Unila.

Namun pada semester tujuh Rizqon berhenti kuliah dan memilih terjun ke dunia perfilman dan fotografi. Ia juga sempat bergabung dengan Eagle Institut Metro Tv dan membuat beberapa film di Jakarta.

"2008 itu saya ngobrol dengan salah satu tv lokal Tegar Tv. Saya usul bikin film mini seri daerah dan mereka memberi tempat untuk penayangan. Akhirnya kita coba bikin dan ketagihan. Jadi hampir semua film kami mengangkat budaya dan wisata," kenangnya.

Baca Juga: Hari Film Nasional, Sineas Lampung Tetap Berkarya di Tengah Pandemik

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya