Cerita Pipit, Dirikan Taman Baca Latih Anak Permainan Tradisional 

Anak-anak membutuhkan sentuhan permainan tradisional

Bandar Lampung, IDN Times - Kegiatan membaca buku bersama sambil bermain permainan tradisional rasanya sudah sangat jarang ditemui pada anak-anak masa kini. Potret anak-anak yang bermain gawai atau permainan modern di pusat perbelanjaan menjadi keseharian, terutama di kota-kota besar.

Namun, Indah Fitriyana, salah satu millennial di Kota Bandar Lampung menciptakan dunia permainan anak-anak yang tidak selalu tentang game dalam gawai. Hal itu diwujudkan dengan membuat kelompok bermain sekaligus belajar dan membaca.

Saat ini dinamakan Taman Baca Kolase dan berlokasi di Kampung Kupangteba, Telukbetung Utara Bandar Lampung.

Berikut ini IDN Times rangkum perjalanan Indah Fitriyana dalam merangkul anak-anak disekitarnya untuk membuat kelompok membaca.

Baca Juga: Kosakata Bahasa Lampung Vs Jawa, Satu Kata Beda Makna

1. Rangkul anak-anak sekitar untuk membuat taman baca

Cerita Pipit, Dirikan Taman Baca Latih Anak Permainan Tradisional (IDN Times/Istimewa)

Pembentukan taman baca itu berawal dari keresahan Indah Fitriyana melihat anak-anak di sekitar rumahnya. Mereka sering berkumpul, tapi hanya menghabiskan waktu untuk bermain saja.

Perempuan yang biasa disapa Pipit itu menilai, akan lebih baik jika ada wadah bagi anak-anak agar bisa bermain, sambil belajar. Pipit memang punya passion  untuk mengajar.  

Tahun 2017, ia berinisiatif membersihkan sebuah tempat kosong terbuat dari bambu sebagai wadah mengumpulkan anak-anak.

"Karena mereka udah terbiasa main sama saya, jadi awalnya saya ajak bersih-bersih tempat buat bikin base camp buat kita main. Kita chat waktu itu, terus lama-lama kita isi sama kegiatan," terangnya saat ditemui di taman baca, Jumat (21/5/2021).

2. Tak mudah mengajak anak-anak berkumpul untuk belajar bersama

Cerita Pipit, Dirikan Taman Baca Latih Anak Permainan Tradisional (IDN Times/Istimewa)

Menurut Pipit, kegiatan harian mereka sebelum adanya COVID-19 adalah membaca buku dan mengaplikasikan permainan tradisional seperti ular tangga, lompat karet, congklak, bekel dan permainan tradisional lain yang menggunakan peralatan sederhana.

"Cuma kalau ada event kayak hari anak nasional biasanya kita bikin acara nobar film atau ngundang komunitas dongeng. Selain itu anak-anak juga menampilkan tari-tarian dan musikalisasi puisi," kata Alumni FKIP Universitas Lampung itu.

Pipit mengatakan, ada sekitar 30 anak tergabung dalam kelompok itu namun tidak semuanya aktif karena menurutnya memang tidak mudah mengajak anak-anak untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan mereka.

"Namanya anak-anak suka moody, kadang mereka pengennya cuma main-main doang jadi mereka sebenernya susah kalau di suruh kumpul. Cuma gak semua susah ada juga yang seneng," ungkapnya.

3. Pipit berinisiatif bikin base camp baru di atas septic tank

Cerita Pipit, Dirikan Taman Baca Latih Anak Permainan Tradisional Tempat baru-baru taman baca kolase di atas saptic tank IPAL (IDN Times/Silviana)

Namun akibat terkendala tempat kurang memadai, kegiatan mereka sempat berhenti. Baru kembali aktif pada saat pembangunan IPAL Komunal di lingkungan tersebut selesai di bangun pada awal Mei 2021.

Pada saat pembangunan IPAL Pipit berinisiatif untuk menyulap bagian atas septic tank dengan ilustrasi 3D supaya lahan 1,5x7 meter itu terlihat luas.

"Jadi mengoptimalkan fungsinya, kalau septic tank doang sayang. Jadi di atasnya ini kita buat design biar bisa digunakan untuk aktivitas lain," ujarnya.

4. Anak-anak butuh sentuhan permainan tradisional

Cerita Pipit, Dirikan Taman Baca Latih Anak Permainan Tradisional (IDN Times/Istimewa)

Menurut Pipit anak-anak saat ini sangat membutuhkan sentuhan permainan tradisional yang mulai tergerus dengan modernisasi. Untuk saat ini, menurutnya, anak-anak di Taman Baca Kolase membutuhkan buku bacaan seperti dongeng dan juga akses wifi.

"Harapannku bisa segera dipasang wifi supaya memudahkan mereka belajar. Kan sekarang sekolah online, mereka suka kehabisan kuota.  Kalau misal ada wifi kan tinggal ke sini saja dan belajar bareng-bareng," harapnya.

5. Ingin membaca buku dongeng

Cerita Pipit, Dirikan Taman Baca Latih Anak Permainan Tradisional Tanoto Foundation

Faris, salah satu siswa kelas 5 SD, mengikuti kegiatan di taman baca Kolase sejak awal. Dia mengaku senang memiliki wadah untuk belajar bersama.

"Seru kalau main di sini sambil baca buku. Kalau main HP malah bosen," tuturnya.

Menurutnya, ia ingin membaca buku-buku cerita dongeng yang memiliki banyak gambar. Namun saat ini di Taman Baca Kolase masih belum tersedia buku bacaan untuk anak-anak.

Baca Juga: Hari Kebangkitan Nasional, Ini Harapan Millenials Lampung  

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya