Cerita Pembuat Kue Keranjang Lampung, Bertahan Kala Pandemik demi Imlek

Pemasaran mulut ke mulut dan telepon

Bandar Lampung, IDN Times - Kue keranjang atau  dikenal dengan sebutan kue tutun merupakan panganan khas masyarakat Tionghoa yang wajib ada saat tahun baru Imlek.

Di Lampung produksi kue tutun hanya dilakukan saat ada perayaan Imlek saja sebab jika hari biasa peminatnya hanya sekitar 10 persen.

Kali ini IDN Times menemui salah satu pemilik usaha kue tutun asal Bandar Lampung yang sudah memproduksi kue itu sejak 1980. Produksi kue tutun ini memang diwariskan secara turun temurun lho.

1. Pembuat kue tutun harus dalam keadaan bersih

Cerita Pembuat Kue Keranjang Lampung, Bertahan Kala Pandemik demi ImlekUsaha kue tutun di Kelurahan Kampung Sawah Lama, Bandar Lampung dikelola Hasan Kurniawan. (IDN Times/Istimewa).

Hasan Kurniawan salah satu pemilik usaha kue tutun di Kelurahan Kampung Sawah Lama, Bandar Lampung ini mengatakan, membuat kue tutun harus hati-hati. Karena kalau sudah gagal langsung dibuang dan tidak dapat digunakan lagi.

Menurutnya, kue tutun merupakan kue yang bersih bahkan orang-orangnya yang membuatnya pun tidak boleh dalam keadaan kotor agar tak mempengaruhi kualitasnya. Menurutnya kepercayaan tersebut sudah diwariskan secara turun temurun.

"Dalam tradisi kita itu misalnya kalau perempuan lagi menstruasi kita larang buat bikin kue tutun. Karena pernah kejadian juga di pabrik saya dan memang berdampak kue tutunnya gagal," kata Hasan.

2. Bisa bertahan hingga satu tahun lebih

Cerita Pembuat Kue Keranjang Lampung, Bertahan Kala Pandemik demi ImlekUsaha kue tutun di Kelurahan Kampung Sawah Lama, Bandar Lampung dikelola Hasan Kurniawan. (IDN Times/Istimewa).

Hasan menyampaikan, kue tutun bisa bertahan selama satu tahun lebih jika disimpan dalam kulkas ini.

Menurutnya penyimpanan yang baik untuk kue tutun adalah berada ditempat yang lebih dingin. Namun jika tidak disimpan dalam kulkas kue dengan rasa manis dan legit ini bisa bertahan enam bulan.

"Kenapa dia bisa bertahan lama karena perbandingan ketan dan gulanya banyak, satu banding satu. Itu juga merahnya bukan dari gula merah atau pewarna tapi dari gula putih yang dikukus lama jadi gula itu sebagai pengawet alami," jelasnya.

Dia menambahkan pembuatan kue tutun sama sekali tak menggunakan bahan pengawet kimia.

Baca Juga: Imlek 2021, Tak Ada Bazar dan Perayaan di Vihara Thay Hin Bio

3. Paling enak disandingkan dengan teh pahit atau kopi

Cerita Pembuat Kue Keranjang Lampung, Bertahan Kala Pandemik demi Imlekpegipegi.com/Mariska Tracy

Rasa manis yang begitu pekat dalam kue tutun sangat cocok jika disandingkan dengan teh pahit hangat atau kopi. Rasanya akan semakin nikmat sekali. Selain itu Hasan juga kerap memakan kue tutun ini dengan cara digoreng.

Caranya, kue tutun yang sudah keras dipotong tipis-tipis kemudian dicelupkan ke dalam adonan tepung yang dicampur telur. Mirip seperti akan menggoreng tempe.

"Kalau kue tutunnya masih baru kan pasti dia masih lembek, bisa juga di taro piring terus taburin parutan kelapa enak sekali," kata Hasan.

Menurutnya tak ada waktu khusus untuk makan kue tutun. Namun biasanya masyarakat Tionghoa menikmati kue ini saat bersama keluarga di hari raya imlek. Hal itu lantaraan ketan yang lengket pada kue tutun mengandung makna mempererat silaturahmi antar keluarga.

4. Penjualan kala pandemik menurun

Cerita Pembuat Kue Keranjang Lampung, Bertahan Kala Pandemik demi ImlekIlustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Hasan tak menampik, tahun ini penjualannya menurun 30 persen dari tahun lalu. Kalau biasanya per hari memproduksi 1000 pcs kue. Tahun ini Hasan produksi 700 pieces dalam sehari.

Selain itu bahan-bahan yang digunakan juga naik sehingga berdampak juga pada harga yang dipasarkan. Untuk harga dari pabrik sendiri banderol seharga Rp24ribu per pieces. Sedangkan dipasaran berkisar Rp26ribu-30 ribu.

Hasan sendiri memasarkan kue tutun ini hanya mengandalkan pelanggan yang sudah biasa memesan.

"Gak pake strategi apa-apa cuma lewat mulut ke mulut terus hubungin lewat telepon. Pelanggan banyak juga yang dari luar Kota Bandar Lampung tapi masih lingkup Lampung," terangnya.

5. Penyebab pembuatan kue tutun gagal

Cerita Pembuat Kue Keranjang Lampung, Bertahan Kala Pandemik demi Imlekinstagram.com/nikiraostegal

Cara pembuatannya butuh ketelitian ekstra karena ketan harus direndam lebih dari 12 jam setelah itu ketan masuk dalam proses penggilingan dan dicampur dengan gula pasir. Setelah adonan tercampur selanjutnya dimasukkan dalam wadah kaleng yang dilapisi plastik.

Kemudian tahap terakhir yang paling lama adalah pengukusan yang memakan waktu sekitar 14 jam. Tahun kemarin menurut Hasan produksi banyak yang gagal dan terbuang.

"Kadang pas pengukusan itu uap air bisa masuk ke dalam kue nah itu nanti rusak jadinya asem, gak bisa dipake. Tahun ini 90 persen bagus semua," ujarnya.

Baca Juga: 10 Inspirasi Hampers Imlek, Gak Perlu Bingung Lagi Kasih Hadiah Apa

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya