Cerita Cinta Millennial Asal Lampung dari Facebook ke Pelaminan

Rata-rata kasus pelecehan karena berkenalan di media sosial

Bandar Lampung, IDN Times - Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi berdampak pada hampir seluruh sendi kehidupan manusia; ekonomi, kesehatan, hingga asmara. Potensi bertemu sosok baru untuk membangun relasi sangat terbuka, lantaran tak ada jarak dan batasan geografis di dunia maya.

Pengguna media sosial dari kalangan millennial dan Gen Z dari berbagai belahan dunia, menjadikan media sosial sebagai medium eksistensi diri, pengungkapan aspirasi, juga jembatan menemukan tambatan hati.

Berangkat dari kultur digital di atas, fenomena millennial dan Gen Z asal Lampung yang bertemu jodoh di media sosial. Bahkan ada yang berlanjut sampai ke jenjang pernikahan lho. 

1. Berawal dari iseng meminta pertemanan di Facebook

Cerita Cinta Millennial Asal Lampung dari Facebook ke PelaminanIlustrasi Long Distance Relationship (IDN Times/Mardya Shakti)

Cici Nur Khasanah tak pernah berharap akan bertemu jodoh melalui Facebook. Perempuan yang tak sempat berpacaran karena kesibukannya bekerja, awalnya hanya iseng meminta pertemanan dengan Billy Sandi di Facebook pada pertengahan Januari 2020 lalu.

"Kerjaan aku kan emang di media sosial, jadi aku suka iseng tambahkan orang-orang yang pertemanannya banyak agar lebih terpercaya," ujar perempuan berusia 24 tahun ini. Cici mengaku setelah menambahkan Billy sebagai teman, ia dihubungi terlebih dulu melalui kotak masuk Facebook.

"Setelah itu kita intens chat lanjut ke WhatsApp, terus tiga bulan kemudian baru memutuskan bertemu," terang Cici sapaan akrabnya. 

Baca Juga: 10 Artis Bertemu Jodoh di Usia 40-an dan Menikah

2. Awalnya tak terpikir untuk serius

Cerita Cinta Millennial Asal Lampung dari Facebook ke PelaminanUnsplash/Christian Wiediger

Cici merinci perjuangannya mencari tahu sosok Billy. Sebab hubungannya kali ini tak ingin main-main, tapi berlanjut sampai ke pelaminan. Menurut Cici memang tak mudah mengenal orang asing di dunia maya. Sebab dibutuhkan kesabaran dan ketelitian untuk mengenal orang tersebut.

"Waktu masih chat belum ketemu, aku masih biasa saja belum ada pikiran bakal serius. Tapi setelah ketemu baru aku menilai dia dari caranya bicara, cara mennatap aku itu terlihat kalau dia serius," kata dia.

Siapa sangka keisengannya tersebut justru membawanya sampai ke pelaminan dalam waktu yang cukup singkat. September 2020, pasangan ini mantab ke jenjang serius membina bahtera rumah tangga. 

Baca Juga: Cerita Millennials Lampung Manfaatkan Ampas Kelapa Jadi Brownies Lezat

3. Jangan langsung percaya dan cari tahu kebenarannya

Cerita Cinta Millennial Asal Lampung dari Facebook ke Pelaminanunsplash.com/Victoria Priessnitz

Setelah delapan bulan menjalin hubungan dan saling mengenal satu sama lain, Cici dan Billy akhirnya memutuskan menikah. Kala itu, tempat tinggal mereka berbeda karena alasan pekerjaan.

Mereka berdua sama-sama melakukan hubungan jarak jauh. Pada saat itu Cici sedang bekerja di Bekasi, dan Billy berada di Lampung sebagai vokalis band.

Memiliki pasangan seorang vokalis memang membutuhkan kesabaran. Sebab ada saja penggemar Billy yang melempar komentar di media sosial dan menimbulkan salah paham di antara keduanya.

"Banyak banget yang ngasih tau aku tentang dia, karena ternyata teman-teman aku pernah manggung bareng dia. Tapi aku buktikan kebenarannya sendiri," paparnya.

Ketenaran Billy di media sosial sempat membuat Cici minder, tapi justru Billy yang selalu meyakinkan jika dirinya serius. Billy membuktikannya dengan menikahi Cici. Saat ini mereka sudah memiliki usaha sendiri untuk menghidupi keluarga kecilnya.

"Niatnya waktu awal menikah, aku sama Billy mau bikin konten melanjutkan hobi Billy nyanyi. Tapi sekarang kita buka usaha toko kecil-kecilan di rumah," imbuh Cici.

4. Melihat di kafe dan berkenalan melalui media sosial

Cerita Cinta Millennial Asal Lampung dari Facebook ke PelaminanIlustrasi Long Distance Relationship (IDN Times/Mardya Shakti)

Pasangan lainnya yang juga berkenalan melalui media sosial adalah Lutfi Zulfani dan Mulia Chandra Prasasti. Ada sedikit keunikan dari pertemuan mereka. Lutfi sudah lebih dulu memerhatikan Sasti di sebuah kafe. Namun karena tak berani menghampiri secara langsung, Lutfi akhirnya mencari Sasti melalui Instagram.

"Jadi aku nanya-nanya ke temenku buat cari info siapa namanya. Cari tahu media sosialnya, terus dia orang mana," ujar pecinta fotografi ini.

Usaha Lutfi tak bertepuk sebelah tangan, sampai akhirnya mereka intens menjalin komunikasi di media sosial dan berlanjut menjadi pasangan kekasih. Saat ini, usia hubungan mereka sudah hampir dua tahun.

Tentu saja ada banyak tantangan yang harus mereka hadapi saat menjalani hubungan jarak jauh. Sebab Sasti harus kembali bekerja di sebuah bank di Jakarta, sedangkan Lutfi berada di Lampung menekuni hobinya sebagai fotografer pernikahan.

"Karena LDR jadi kadang berantem karena curiga gak jelas. Sudah kenalan di medsos dan pacaran di medsos, jadi butuh kesabaran lebih buat menjalin komunikasia," papar Lutfi.

5. Setiap ada masalah harus cepat diselesaikan

Cerita Cinta Millennial Asal Lampung dari Facebook ke Pelaminanfreepik.com/pressfoto

Setiap ada masalah harus segera diselesaikan, kemudian selalu ada saat dibutuhkan. Seperti meluangkan waktu untuk telepon atau menghibur saat sedang penat dengan pekerjaan.

"Sama-sama menghormati terkait ini. Misal dia mau me time dulu karena suka anime dan drakor. Kalau dia mau me time ya aku kasih waktu," tuturnya.

Dua sejoli ini masih berusaha memperbaiki diri dan mengenal satu sama lain lebih dalam. Terkait pernikahan, menurut Lutfi, masih menunggu keadaan finansial yang cukup dan sudah sama-sama siap.

Baca Juga: Cerita Pembuat Kue Keranjang Lampung, Bertahan Kala Pandemik demi Imlek

6. Media sosial menjadi alternatif mencari pasangan sesuai ekspetasi

Cerita Cinta Millennial Asal Lampung dari Facebook ke Pelaminanpixabay

Mencari pasangan melalui media sosial atau situs lainnya memang sudah menjadi hal yang biasa saat ini. Facebook merupakan aplikasi media sosial yang paling sering digunakan untuk mencari pasangan.

Menurut Akademisi Psikologi UIN Raden Intan Lampung, Cindani Trika Kusuma, hal tersebut terjadi karena kebutuhan untuk mendapat pasangan yang memberi rasa nyaman, kasih sayang, dan perhatian. Namun pada kenyataannya, lingkungan saat ini masih dapat ditemukan kesulitan untuk mendapat orang yang memiliki kapasitas seperti itu.

"Akhirnya anak-anak ini memiliki waktu lebih banyak untuk mencari orang-orang potensial melalui aplikasi ini," ujar psikolog yang berada di UPTD Perlindungan Anak dan Perempuan Lampung ini.

7. Peran keluarga sangat penting memantau cara anak berkenalan di media sosial

Cerita Cinta Millennial Asal Lampung dari Facebook ke PelaminanCindani Trika Kusuma, Akademisi Psikolog UIN Raden Intan Lampung (IDN Times/Istimewa)

Cindani juga menyampaikan, perlu implementasi saat keluarga terutama orangtua menerapkan pola pikir tentang kriteria calon pasangan. Seperti membangun diskusi antara orangtua dengan anak yang membahas mencari pasangan.

Namun hal itu belum cukup untuk melindungi diri dari kejahatan di media sosial. Sehingga diri sendiri juga harus memiliki nilai, atau batasan-batasan seperti menjaga privasi, batasan nilai agama, maupun sosial.

"Kalau masih pacaran berarti gak boleh lebih dari seharusnya. Atau bahkan tidak boleh pacaran dulu, itu kan nilai yang diberikan keluarga pada anak," paparnya.

Menurut Cindani, jika batasan tersebut tidak ada sama sekali pada anak maka cenderung bebas. Sehingga mereka mencari pasangan yang terbatas pada fisik, materi, atau perhatian.

8. Persiapkan diri lebih matang, jangan mencari pasangan sekadar pelampiasan

Cerita Cinta Millennial Asal Lampung dari Facebook ke Pelaminanpexels.com/cottonbro

Memastikan tujuan dalam mencari pasangan juga penting, apakah sudah siap atau sekadar mencari pelampiasan karena kecewa dengan seseorang.

Cindani mengatakan, ketika sedang merasa kecewa dan membutuhkan orang lain untuk memberi kasih sayang lebih, lebih baik mendatangi profesional seperti psikolog untuk menyembukan trauma kecewa tersebut. Harapannya setelah trauma tersebut sembuh, kemudian bisa mencari cara menggunakan logika lebih dalam.

"Misal karena memerhatikan pemarah dia mencari sosok-laki yang bisa menyayangi. Tapi hal itu harus didefinisikan lagi, apakah saya cukup punya kebutuhan yang besar untuk itu? Atau saya harus mendatangi dokter?" tuturnya.

9. Rata-rata kasus pelecehan karena berkenalan lewat media sosial

Cerita Cinta Millennial Asal Lampung dari Facebook ke PelaminanIlustrasi Pelecehan (IDN Times/Arief Rahmat)

Lebih lanjut Cindani menyampaikan, mencari pasangan di media sosial bisa menjadi cara yang kurang tepat. Sebab untuk mencari pasangan, harus sudah mengenal sebelumnya.

Dari kasus yang didasarkan pada banyak anak di usia 16-17 tahun, sering menjadi korban pelecehan seksual karena berkenalan lewat media sosial. Mereka tidak tahu jika berkenalan dengan orang yang benar-benar baru, konsekuensinya adalah mendapat orang yang baik atau tidak baik.

"Tidak perlu ditanamkan juga pada teman-teman menciptakan Z. Kita tidak perlu percaya-percaya banget dengan orang tersebut, karena belum mengenal secara mendalam. Apa yang dilihat di media sosial itu bisa saja bohong," paparnya.

10. Harus mengedukasi diri sendiri agar tak mudah dibohongi lewat media sosial

Cerita Cinta Millennial Asal Lampung dari Facebook ke PelaminanPexels.com/picjumbo.com

Cindani berkata, tak masalah berkenalan lewat media sosial asal mencari tahu lebih dalam siapa dia, keluarganya, dan siapa teman-teman sekitarnya. Kemudian riwayatnnya sejak keci.

"Itu yang perlu kita dalami sebelum menaruh cinta kita 100 persen kepada mereka. Kalau sudah terjawab semua dan dia juga bersungguh-sungguh, kita baru bisa percaya dan cinta," terangnya.

Baca Juga: Film Ayudia dan Jalan Pulangnya Karya Sineas Lampung Tayang di CGV 18 Maret

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya