BPBD: Musim Hujan Lampung Rawan Tsunami, Banjir dan Longsor

Potensi bencana ini tersebar di beberapa kabupaten

Bandar Lampung, IDN Times - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung menyatakan, sudah melakukan koordinasi dengan BPBD di 15 kabupaten/kota menghadapi potensi bencana yang terjadi saat musim hujan. 

Antisipasi lain dilakukan adalah menjalin kerja sama dengan berbagai mitra seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geologi (BMKG) dan organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia (Rapi) guna membantu melaporkan terjadinya bencana di pelosok daerah.

Berikut IDN Times rangkum persiapan BPBD Provinsi Lampung mengantisipasi terjadinya bencana di penghujung tahun ini. 

1. Lakukan koordinasi secara virtual

BPBD: Musim Hujan Lampung Rawan Tsunami, Banjir dan LongsorIDN Times/Istimewa

Sekretaris BPBD Provinsi Lampung, Indra Utama, menjelaskan, kondisi pandemik pihaknya tetap melakukan apel atau koordinasi dengan BPBD 15 kabupaten/kota secara virtual. Koordinasi mulai dari memantau kelengkapan alat-alat di daerah yang rawan terjadi bencana.

Pantauan kelengkapan alat itu perlu dilakukan lantaran beberapa daerah di Lampung kerap terjadi bencana kala akhir tahun. Koordinasi antar BPBD juga intens dilakukan terkait evaluasi penanganan bencana sebelumnya. 

“Ya setiap persiapan pasti ada kekurangannya itulah yang kita evaluasi. Selain kita mempersiapkan, kita juga mengimbau kesiapsiagaan masyarakat. Artinya masyarakat sudah tahu apa yang harus dilakukan ketika cuaca hujan yang sangat lebat dan berpotensi banjir. Masing-masing di daerah Lampung Barat, Tanggamus itu alat-alat mereka sudah pada siap,” ujarnya saat ditemui di kantornya, Kamis (17/12/2020).

2. Memperkuat mitigasi bencana

BPBD: Musim Hujan Lampung Rawan Tsunami, Banjir dan LongsorSelain siaga bencana banjir BPBD PPU juga menyiagakan bencana angin puting beliung (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Kapasitas perangkat daerah juga dipersiapkan untuk mengurangi dampak yang terjadi.Sebab semakin besar kapasitas yang dimiliki maka indeks risiko juga makin rendah. 

Menurut Indra, tidak mungkin jika harus meniadakan bencana. Tapi yang harus dilakukan adalah mengurangi dampak terjadinya bencana tersebut.

“Kalau meniadakan bencana seperti banjir masih bisa. Karena banjir itu kan terjadi karena penyempitan sungai, kemudian sampah. Kecuali gempa, tsunami itu pasti terjadi. Yang kita kurangi adalah korbannya, kemudian rumah-rumah yang berpotensi rubuh terkena gempa dengan cara membuat desain rumah yang antigempa. KemuDian membuat jalur evakuasi,” paparnya.

Baca Juga: BMKG: Mitigasi Bencana Alam Berkembang ke Arah Artificial Inteligence

3. Memetakan daerah rawan terkena bencana

BPBD: Musim Hujan Lampung Rawan Tsunami, Banjir dan LongsorIlustrasi Daerah Rawan Longsor (IDN Times/Sukma Shakti)

Selama pandemik, Indra menuturkan, dana untuk penanggulangan bencana harus dialihkan untuk COVID-19. Alhasil dalam satu tahun ini tidak banyak pembenahan sungai yang ada di Provinsi Lampung.

“Kami ada dana hibah bencana dari Provinsi Lampung sekitar 115 miliar terakhir masuk di Lampung Tengah, itu yang berjalan untuk penanggulangan pasca bencana. Jadi perbaikan sungai tapi itu gak bisa tuntas,” terangnya.

Selaan itu Indra mengatakan, BPBD juga sudah memetakan daerah yang rawan terkena bencana. Setiap daerah di Lampung memiliki potensi bencana yang berbeda.

“Potensi bencana ini tersebar di beberapa kabupaten. Khusus gempa sama tsunami ini dari mulai Pesisir Barat sampai selatan Kalianda sana. Kalau longsor sama banjir bandang rata-rata Pesisir Barat, Tanggamus, Pesawaran, Way Kanan,” jelasnya.

4. Basarnas siap siaga 24 jam

BPBD: Musim Hujan Lampung Rawan Tsunami, Banjir dan LongsorKapal patroli Basarnas siaga di Sungai Batanghari/IDN Times/Dokumentasi Basarnas Jambi

Pelaksana Harian Kasie Basarnas Lampung, Denny Mezzu, mengutarakan, pihaknya selalu menyiagakan personel dan peralatan setiap harinya untuk bersiap siaga apabila terjadi bencana atau kecelakaan.

“Yang menjadi prioritas itu daerah  Tanggamus, Pesawaran, Lampung Barat dan Lampung Selatan. Memang daerah itu langganan baik itu banjir maupun longsor. Kita Basarnas tidak ada persiapan khusus kita sudah standbye 24 jam. Saat ini kita meningkatkan koordinasi dan komunikasi pada BMKG, BPBD maupun instansi Polri,” jelasnya.

5. Warga terbiasa hadapi banjir

BPBD: Musim Hujan Lampung Rawan Tsunami, Banjir dan LongsorWarga Jalan Hi Syarif, Kelurahan Kali Balok Kencana, Kecamatan Kedamaian, Bandar Lampung membersihkan perabotan rumah akibat meluapnya Kali Balau, Rabu (5/8/2020)

Jalan Hi Syarief, Kelurahan Kali Balok Kencana, Kecamatan Kedamaian, Bandar Lampung kerap menjadi langganan banjir kala hujan tiba. Apabila intensitas hujan berlangsung sekitar setengah jam, permukiman warga cepat tergenang.

Sari (25) warga Jalan Hi Syarief RT 03 menerangkan, daerah setempat dikenal langganan banjir saat hujan. Itu lantaran di bilangan Jalan Hi Syarief ada Kali Balau yang sudah sejak lama mengalami sedimentasi. Tak pelak kondisi ini saat durasi hujan setengah jam saja sudah tergenang.

"Tahun ini aja enam kali banjir Kalau hujan, warga sini sudah ngerti dan siap-siap misal air masuk (ke rumah). Harapannya memang sedimentasi kali ini ada penanganan serius biar gak kena banjir terus daerah sini," ujarnya.

Sawen (60) warga lainnya mengatakan, setiap terjadi banjir, rata-rata warga cepat memindahkan barang berharga seperti dokumen, perangkat elektronik, dan barang berharga lainnya. Ia tak menampik, genangan cepat surut dan warga bisa membersihkan perabotan rumah yang terkena air.

"Yang repot ini misal banjirnya malam atau dini hari. Posisi kita tidur, tiba-tiba air masuk ke rumah. Kalau ada rumah punya anak kecil kasihan. Kami juga berharap, setiap ada banjir, bantuan dari pemda kepada warga yang membutuhkan cepat tersalurkan," jelasnya.

Baca Juga: Dampak La Nina, BMKG Ingatkan Potensi Bencana, Basarnas Siaga 24 Jam

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya