Bandar Lampung, IDN Times - Human metapneumovirus alias HMPV jadi perbincangan lantaran diklaim merebak di China dan dikabarkan telah masuk Indonesia. Konon, virus ini banyak menyerang anak-anak. Keberadaannya di Indonesia menimbulkan rasa khawatir, tetapi seberapa bahaya virus HMPV?
Penularan virus HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi. Kelompok rentan seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu seperti pengidap pneumonia tetap perlu waspada.
Tapi di sisi lain, kasus HMPV masih dianggap wajar oleh pemerintah. Mengutip pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik, karena HMPV bukanlah virus baru dan sudah dikenal dalam dunia medis. Alasannya, virus HMPV berbeda dengan virus COVID-19.
Budi mengklaim COVID-19 merupakan virus baru, sedangkan HMPV virus lama sifatnya mirip dengan flu. Sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik.
Di sisi lain, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta menyatakan, ada temuan 214 kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diakibatkan HMPV pada Januari 2025. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati.
"Sejak 2023 hingga Januari 2025, kami mencatat total kasus ISPA akibat HMPV yang tersebar di wilayah Jakarta sebanyak 214 kasus," kata dia dikutip dari ANTARA, Sabtu (11/1/2025).
Secara rinci, Ani menjelaskan 2023 ada 13 kasus; 121 kasus pada 2024, dan 79 kasus pada 2025. "Dari hasil pemeriksaan panel respirasi di beberapa rumah sakit dan laboratorium, dominasi virus yang ditemukan adalah Rhinovirus, Influenza AH3, Respiratory Syncytial Virus (RSV) A+B, Influenza A 135 spesimen, Influenza B 134 spesimen, Influenza H1N1 pdm09 128 spesimen, dan HMPV dari 23 jenis agen atau mikroorganisme yang dapat menyebabkan ISPA, katanya.
Bagaimana dengan provinsi lain di Indonesia? Berdasarkan konfirmasi yang dihimpun IDN Times kepada dinas kesehatan di Provinsi Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan, belum ada kasus HMPV yang terkonfirmasi resmi.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Provinsi Jabar, Rochady Hendra Setia Wibawa juga meminta masyarakat jangan terlalu panik dan khawatir terhadap virus tersebut. Terlebih HMPV juga berbeda dengan COVID-19 sebelumnya menjadi pandemik di Indonesia.
"Tidak sama dengan COVID-19, lebih mirip flu burung lah, lebih ringan dulu flu burung ya. Awal-awal kita dulu kan gak terlalu tinggi kematiannya, dan kalau yang flu burung H1N1 sudah terlaporkan, tapi kalau untuk HMPV ini belum terlaporkan hasil pemeriksaan yang positif di Jabar," ujarnya.
Meski begitu, Rochady memastikan, penyebaran H1N1 di Jawa Barat sudah ada delapan kasus. Flu Virus influenza B ada tiga kasus, dan COVID-19 juga masih ada empat kasus. Ia menegaskan, tingkat fatalitas dari virus HMPV juga tidak seperti COVID-19 yang bisa menyebabkan kematian seperti saat awal kasus ini ditemukan.
"Intinya sih, kan arahnya bisa ke pneumonia, gangguan fisik di paru-paru ya. Intinya sih kalau orang-orang yang sehat, kekebalannya tubuhnya bagus tidak fasilitas rate-nya tidak terlalu tinggi," katanya.
Meski memiliki tingkat fatalitas yang rendah, dan kasusnya belum ditemukan di Jawa Barat, Rochady mengatakan, pemerintah pusat meminta agar statusnya tetap dalam waspada dan meminta masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan jika mengalami sakit ketika ke luar rumah.
"Jadi sekarang dalam tingkat waspada, fatality rate-nya kan tidak terlalu tinggi, jadi masyarakat tidak usah panik itu pertama. Kedua, di China itu meningkat kasusnya, ternyata kan hoaks," katanya.
Pemerintah provinsi juga sudah meminta kabupaten dan kota menerapkan status waspada terhadap virus yang tengah merebak di China tersebut. "Misalnya untuk orang-orang dengan imunitas yang rendah, kebersihan dirinya diperketat, menggunakan masker, mencuci tangan, tidak menyentuh alat-alat di area umum. Kemudian untuk yang sakit juga kalau bisa menggunakan masker supaya tidak menular kepada keluarganya," kata Rochady.
Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Wamenkes RI), Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, virus HMPV sudah ada sejak tahun 2001. “Ini seasonal influenza biasanya meningkat di musim dingin. Kita memang sudah masuk (HMPV)," katanya saat meninjau RSUD Adam Malik di Kota Medan, Kamis (16/1/2025).
Penularan virus HMPV disebutnya akan lebih berisiko jika menyerang kelompok-kelompok yang rentan sistem kekebalan tubuhnya. Karena virus akan jauh lebih masif menyerang mereka.
"Kemarin saya merawat satu pasien HMPV, itu sudah sembuh dan bisa pulang tiga sampai lima hari. Cuma harus dievaluasi dan akan fatal kalau HMPV datang ke kelompok berisiko seperti anak, lansia, atau yang memiliki kekebalan tubuh yang menurun seperti para penderita HIV," ujar dia.
Dante menyatakan, pemerintah berupaya ekstra menghalau penyebaran HMPV. Termasuk upaya-upaya pendeteksian Influenza Like Illness (ILI). ILI merupakan suatu gejala mirip flu.
ILI berdasarkan diagnosis medis adalah influenza atau penyakit lain yang menyebabkan serangkaian gejala umum seperti demam, menggigil, batuk kering, kehilangan nafsu makan, nyeri pada tubuh, mual, hingga bersin yang biasanya berhubungan dengan timbulnya penyakit secara tiba-tiba.
"Tapi tak perlu takut. Kita akan terus melakukan evaluasi. Dengan mendeteksi yang namanya Influenza Like Illness atau ILI," kata Dante.
Hingga saat menurut Dante, peningkatan ILI belum begitu masif. Sehingga Indonesia sendiri belum menetapkan status gawat darurat. "Sementara kita deteksi di seluruh Indonesia belum ada peningkatan ILI. Ini kita anggap belum menetapkan status gawat atau status pandemi untuk HMPV. Evaluasinya dengan mendeteksi namanya ILI. Kalau ILI meningkat bisa kita deteksi, kok," kata dia mengklaim.