Penampakan gajah Rubado ditemukan mati di hutan TNWK. (DOK. Balai TNWK).
Berikut IDN Times bagikan laporan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap gajah mati di TNWK.
Gajah betina tanpa gading ini ditemukan mati 29 Agustus 2024 di Pusat Latihan Gajah. Hasil pemeriksaan laboratorium patologi BVET Bandar Lampung menyebutkan, diagnosa morfologi dari kasus gajah Bunga adalah suspect Hepatitis dan fibroma (tumor jaringan ikat).
Secara makroskopik, diketahui terjadi penumpukan cairan pada bagian abdomen atau perut gajah Bunga. Ini menjadi salah satu gejala adanya gangguan pada organ hati. Hasil pemeriksaan organ hati memperlihatkan adanya pigmen empedu dalam sitoplasma hepatosit.
- Gajah liar di susukan baru
Gajah berjenis kelamin tidak teridentifikasi ini ditemukan mati pada 31 Agustus 2024 di Resort Susukan Baru, Seksi PTN Wilayah I Way Kanan. Dari hasil identifikasi temuan bangkai gajah disimpulkan, bahwa estimasi usia gajah antara 10-15 tahun.
Sementara usia bangkai gajah liar ini diperkirakan selama 2-3 minggu dan sudah mengalami pembusukan. Jaringan tubuh mengalami kerusakan sehingga menyulitkan identifikasi. Kondisi bangkai gajah pada organ-organ bagian dalam juga tidak ditemukan, karena membusuk dan tidak berbentuk lagi dan hanya tersisa sedikit bagian tubuh. Sehingga tidak ada sampel yang bisa diambil untuk diperiksakan ke laboratorium.
- Gajah Liar Toto Projo (buntung)
Gajah berjenis kelamin betina tanpa gading ini ditemukan mati 6 Oktober 2024 di Resort Toto Projo, Seksi PTN Wilayah II Bungur. Hasil laboratorium, pemeriksaan hispatologi menunjukan hasil autolisis pada hampir seluruh organ yang dikirimkan. Autolisis ialah proses penghancuran sel yang dilakukan oleh enzim dari dalam sel itu sendiri berujung pada kematian sel.
Jaringan yang memperlihatkan hasil autolisis di antaranya adalah liver, lambung, jantung, dan usus halus. Organ lainnya yaitu paru-paru dan limpa juga beberapa bagian memperlihatkan tanda-tanda autoliisis, namun bagian lainnya masih dapat diidentifikasi oleh petugas.
Gajah jenis kelamin jantan ini ditemukan mati pada 1 Desember 2024 di ERU Braja Harjosari dan gadingnya disimpan untuk dikirim ke Direktorat KKH-SG, Ditjen KSDAE, Kementerian Kehutanan.
Dari hasil nekropsi jaringan secara inspeksi atau pengamatan visual dan palpasi (perabaan) ditemukan adanya pendarahan pada bagian anus, konjungtiva kemerahan, krepitasi paru-paru positif namun berwarna kehitaman dan uji apung positif, cairan pada abdomen berwarna kemerahan, serta terdapat lobus hepar dengan tepi yang tumpul.
Usia kematian diperkirakan adalah 3-5 jam usai ditemukan petugas, kematian anak gajah ini diduga akibat shock hipovolemic saat kecacingan. Meski demikian, diagnosa final menunggu hasil laboratorium selesai.