Produksi Padi di Lampung Meningkat, tapi Regenerasi Petani Nihil

Petani milenial sangat langka

Intinya Sih...

  • Produksi padi nasional menurun dalam satu dekade terakhir, dari 69,05 juta ton GKG pada 2012 menjadi 54,74 juta ton GKG pada 2022.
  • Regenerasi petani milenial di Provinsi Lampung sangat langka, dengan mayoritas generasi muda memilih kehidupan urban yang dianggap lebih menjanjikan.
  • Pemerintah Provinsi Lampung berusaha meningkatkan produksi padi dengan program KUR dan perluasan lahan pertanian, serta menghadapi kendala El Nino dan alih fungsi lahan sawah.

Bandar Lampung, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis adanya kecenderungan penurunan pada data produksi padi di Indonesia dalam satu dekade terakhir. BPS merincikan pada 2012 volume produksi padi nasional mampu mencapai 69,05 juta ton gabah kering giling (GKG). Jumlah itu pun sempat meningkat pada 2017 dengan capaian produksi 81,07 juta ton GKG.

Namun mulai 2018 produksi padi anjlok menjadi 59,02 juta ton GKG, dan terus menurun pada 2019 menjadi 54,6 juta ton GKG. Pada 2020 produksinya naik tipis menjadi 54,64 juta GKG, dan turun lagi menjadi 54,41 juta ton GKG pada 2021. Hingga pada 2022 capaian produksi hanya mentok di 54,74 juta ton GKG.

Sementara itu, produksi padi di Provinsi Lampung selama dua tahun terakhir mengalami kenaikan. Meski kenaikannya cukup tipis yakni sebesar 1,51 persen atau 40,62 ribu ton saja. Produksi pada 2022 sekitar 2,69 juta ton GKG dan produksi di 2023 mencapai 2,73 juta ton GKG.

Sedangkan ketika dikonversikan menjadi beras siap konsumsi maka produksi beras pada 2023 diperkirakan sebesar 1,57 juta ton. Naik sekitar 23,35 ribu ton dari tahun sebelumnya. Tak hanya itu, luas panen padi pun mengalami kenaikan sebesar 2,8 persen atau 14,52 ribu hektar dari 518,26 ribu hektare di 2022 menjadi 532,77 ribu hektare di 2023.

Namun rupanya kenaikan jumlah produksi padi di Lampung ini tak dibarengi dengan regenerasi petaninya. Pun alih fungsi lahan sawah tak dipungkiri kian berkurang seiring berkembangnya zaman.

Seperti penuturan salah satu pengurus kelompok tani di Desa Rejo Asri Lampung Tengah, Zainal Arifin (28). Ia mengatakan, cukup miris jika melihat regenerasi petani khususnya di desa dengan mayoritas penduduk bermatapencaharian petani padi sawah tersebut.

“Boleh dibilang petani regenerasinya itu nyaris gak ada. Belum tentu satu tahun itu tumbuh satu petani. Di Rejo Asri itu kurang lebih ada 1.400 KK dan 90 persennya petani. Tapi yang usianya 30 tahun ke bawah itu gak lebih dari 15 persen saja,” katanya kepada IDN Times, Jumat (26/1/2024).

Ia mengatakan, generasi milenial dan Z di daerahnya lebih cenderung memilih ke gaya hidup urban sehingga mencari kerja ke kota karena dinilai lebih menjanjikan. 

1. Petani padi di Lampung tak memiliki lahan luas

Produksi Padi di Lampung Meningkat, tapi Regenerasi Petani NihilPetani di Bantul sedang membajak sawah untuk persiapan tanam padi.(IDN Times/Daruwaskita)

Zainal mengatakan, rata-rata luas lahan padi milik masyarakat Rejo Asri tidak lah besar. Per kepala keluarga hanya memiliki lahan sawah sekitar 0,5 hektare saja. Hal ini tentu berdampak pada jumlah produksi dan pendapatan petani tiap musim panen.

“Kepemilikan lahan kalau dirata-rata 1 KK itu gak lebih dari 0,5 hektare. Lahan saya sendiri itu hanya seperempat hektare. Kalau perhitungan kami yang petani itu lahan segitu kira-kira panen 1 ton gabah kering, per kilonya Rp5.000 berarti hanya dapat Rp5 juta. Potong modal sekitar Rp2 juta. Profit Rp3 juta. Sedangkan itu hasil untuk 4 bulan artinya satu bulan gak sampai 1 juta. Angka UMR saja gak sampai,” paparnya.

Seperti halnya musim tanam (MT) kedua di 2023, Zainal mengatakan akibat El Nino ia hanya bisa memproduksi 1 ton GKG saja. Terdapat penurunan sekitar 20-30 persen dari MT pertama di 2023 yang bisa mencapai 1,2-1,5 ton GKG. 

“Kebetulan lahan saya hanya bisa (ditanami) padi saja jadi saya hanya tanami padi sepanjang tahun. Untuk musim tanam itu bisa dua sampai tiga kali dalam setahun. MT 1 itu biasanya antara November sampai Maret. Nanti Maret atau April panen. Karena rendengan atau bahasa umumnya musim ujannya itu di musim itu jadi irigasinya terjadwal,” paparnya.

Belum lagi soal alih fungsi lahan sawah menjadi area pemukiman, ia mengatakan tiap tahun jumlah lahan sawah di daerahnya terus menurun karena alih fungsi baik itu dijadikan bangunan maupun tanah kaveling.

2. Harapan petani Lampung kepada pemerintah

Produksi Padi di Lampung Meningkat, tapi Regenerasi Petani NihilPetani sedang membajak sawah untuk persiapan tanam padi.(IDN Times/Daruwaskita)

Selain kendala El Nino, Zainal mengatakan, hama wereng dan tikus masih menjadi salah satu kendala petani padi. Apalagi wereng bisa mengganggu padi mulai dari masa tanam hingga musim panen. Padahal saat ini, di desanya sedang musim tanam padi usia 1-1,5 bulan.

“Paling parah itu hama wereng di 2019. Itu banyak yang gagal panen. Kalau tikus kecenderungan gagal panen itu gak sebesar wereng karena biasanya hanya nyerang di awal saja jadi kita masih bisa bongkar dan tanam lagi. Tapi kalau wereng itu mau mulai tanam sampai mau panen pun dia masih mau,” katanya.

Ia pun cukup mengapresiasi program subsidi benih dan pupuk dari pemerintah selama ini. Meski begitu, ia berharap hal itu bisa ditingkatkan dengan mengembangkan pertanian ramah lingkungan karena ia sadar betul penggunaan pupuk kimia dampaknya cukup serius bagi lingkungan.

“Kami juga berharap keadilan harga bagi petani khususnya padi. Dalam artian petani itu kadang dihancurkan ketika panen raya sedangkan biaya produksi sudah tinggi. Saya rasa pemerintah juga bisa memberikan pendampingan intensif dan penyesuaian harga yang adil untuk petani,” imbuh Zainal.

Baca Juga: Kian Menjamur Pasca COVID-19, Kafe di Lampung jadi Usaha Menjanjikan

3. Pemprov Lampung sedang giatkan petani bisa produksi lebih dari satu komoditi dalam satu tahun

Produksi Padi di Lampung Meningkat, tapi Regenerasi Petani NihilFreepik

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengatakan, saat ini Pemerintah Provinsi Lampung telah bekerja sama dengan PT Pusri Lampung dan perbankan untuk membantu menyediakan kredit usaha rakyat (KUR) berusaha untuk petani Lampung selama menunggu musim panen tiba.

“Ketika menunggu panen, maka boleh mereka (petani) melakukan usahanya di luar itu (lahan pertanian) melalui KUR. Misalnya usaha pengembangan ternak atau perikanan darat. Sehingga 1 tahun diharapkan tidak hanya satu komoditi yang dihasilkan petani tapi berbagai macam komoditi,” kata Arinal dalam Rapat Pupuk Bersubsidi Kamis (25/1/2024) lalu.

Ia menjelaskan, PT Pusri akan langsung mendistribusikan pupuk ke desa meski belum ada pembayaran dari petani, karena nantinya pupuk tersebut akan dibayar terlebih dahulu oleh perbankan.

“Kita punya BUMDes dan kartu Petani Berjaya. Itu yang nanti akan memudahkan petani mendapatkan KUR tanpa bunga, benih dan pupuk. Mudah bukan berarti gratis, tapi sampai dengan tepat waktu dan tepat guna. Harapannya Lampung sebagai lumbung pangan jangan sampai petani kesulitan dalam menjalankan usaha taninya,” ujarnya.

4. Larangan perda alih fungsi lahan sawah sampai program perluasan lahan rawa untuk produksi padi

Produksi Padi di Lampung Meningkat, tapi Regenerasi Petani NihilInin Nastain IDN Times/ warga berniat menjual lahan sawah

Arinal menyampaikan kepada semua pihak agar tak melakukan kegiatan alih fungsi lahan pertanian untuk menjaga ketahanan pangan atau bahkan meningkatkan meningkatkan produktivitas pertanian.

"Alih fungsi lahan pertanian tidak boleh seenaknya dilakukan, jangan sampai peraturan daerah bisa dengan mudah mengubah fungsi lahan pertanian. Makanya kita minta BPN (Badan Pertanahan Nasional) untuk mengingatkan masyarakat di kawasan pertanian untuk tidak mengalih fungsikan lahan diluar kepentingan sektor pertanian," tambahnya.

Menjaga lahan pertanian sesuai fungsinya ini juga tertuang dalam program Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Program digagas Kementerian Pertanian mendorong daerah untuk melakukan percepatan penerapan LP2B dalam Perda RTRW kabupaten dan kota untuk mengendalikan alih fungsi lahan pertanian.

Pemda juga saat ini sedang berusaha untuk melakukan perluasan lahan pertanian di Lampung. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung Bani Ispriyanto mengatakan pihaknya saat ini telah menyiapkan 78 ribu hektare lahan rawa untuk perluasan tanam padi.

"Ini merupakan program lanjutan dari Kementerian Pertanian untuk optimalisasi lahan rawa menjadi lahan tanam padi. Dan kita siapkan 78 ribu hektare lahan rawa di 5 Kabupaten di Lampung yakni di Tulang Bawang, Mesuji, Lampung Timur, Lampung Selatan, dan Lampung Tengah," tuturnya.

Sementara bantuan bibit akan disediakan oleh pemerintah pusat. Rencananya program ini akan menggunakan varietas padi Inpari 32 yang diberikan oleh Kementerian Pertanian kepada pemerintah daerah.

5. Musim penghujan dimulai, percepatan tanam padi digencarkan

Produksi Padi di Lampung Meningkat, tapi Regenerasi Petani Nihililustrasi hujan (pexels.com/Annisa Rosalina)

Sementara itu menghadapi kemungkinan El Nino di 2024, Bani mengatakan pemda sudah melakukan persiapan dengan menggencarkan tanam pada sejak November 2023 atau dimulainya musim penghujan setelah musim kemarau 2023.

“Percepatan tanam padi ini terus kita lakukan dan setiap pekan terus bertambah sampai Januari ini. Jadi produktivitas pertanian dan pangan kita bisa terus tersedia untuk konsumsi masyarakat,” ujarnya.

Beberapa daerah di Lampung yang sudah menerapkan percepatan tanam padi adalah Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan, dan Pringsewu. Dengan target tanam yang dihitung dari indeks pertanaman padi (IP) 300-400.

Baca Juga: Robek dan Berlubang, 10 Ribu Surat Suara Pemilu 2024 di Lampung Rusak

6. Kondisi pertanian di Lampung saat ini secara umum

Produksi Padi di Lampung Meningkat, tapi Regenerasi Petani NihilRevitalisasi Pasar Natar, Lampung Selatan. (Dok. Pemprov Lampung).

Pengamat Pertanian Universitas Lampung, Teguh Endaryanto mengatakan pertanian di Lampung sendiri saat ini didominasi oleh beberapa komoditi tanaman pangan seperti ubi kayu, padi dan jagung. Apalagi Lampung merupakan penghasil singkong nomor satu di Indonesia. Namun selain itu juga ada beberapa komoditi perkebunan seperti kopi, kakao, sawit, karet, dan juga tanaman holtikultur.

“Di beberapa tempat di Kota Metro padi sudah mulai ditanam. Meskipun kalau kita lihat saat ini dari cuaca, musim hujan memang agak mundur. Baru mulai intens di Januari padahal biasanya sudah mulai di November atau Desember,” katanya.

Terkait alih fungsi lahan pertanian di Lampung pun Teguh mengatakan saat ini regulasi perlindungan lahan pertanian sudah digalakan melalui program LP2B. Selain itu lalu ada perda RTRW di masing-masing kabupaten/kota yang mengatur peruntukan wilayahnya termasuk lahan pertanian.

“Perda RTRW itu mengatur peruntukan wilayahnya untuk apa, termasuk harus ada pengaturan soal lahan pertanian. Maka harus dibuka dokumen RTRW itu apakah memenuhi ketentuan alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman, apakah lahan tersebut masuk di dalam lahan yang harus dilindungi,” jelasnya.

Selain itu ia melanjutkan, alih fungsi lahan pertanian tak hanya menjadi pemukiman atau nonpertanian saja. Misalnya dari komoditi perkebunan menjadi lahan jagung atau ubi kayu. 

“Seperti di Lampung, padi itu salah satu komoditi utama. Kita bahkan jadi salah satu wilayah yang surplus untuk ketersediaan padi artinya apa yang dihasilkan lebih besar dari konsumsinya dengan rata-rata produktifitas 5,1 ton per hektare,” jelas Teguh.

7. Menyikapi kendala pertanian saat ini, air dan regenerasi petani

Produksi Padi di Lampung Meningkat, tapi Regenerasi Petani NihilDokumen IDN Times

Teguh mengatakan, kendala padi sawah saat ini masih berputar pada ketersediaan air. Hal itu dikarenakan debit air semakin hari terus berkurang. Tentu saja penyebab utama dari penurunan debit air tersebut salah satunya adalah musim kemarau atau El Nino sejak pertengahan 2023 lalu. 

“Kita juga bisa lihat debit air bendungan juga mulai berkurang. Maka tentunya efektivitas pengaturan irigasi menjadi bagian yang perlu didorong. Kesadaran pengelolaan sumber daya pertanian penting baik oleh pemda dan kelompok tani,” katanya.

Senada dengan petani padi di Lampung Tengah Zainal Arifin, Teguh juga mengatakan regenerasi petani juga menjadi topik hangat sektor pertanian di hampir seluruh daerah di Indonesia dan menjadi prioritas di berbagai komunitas.

“Tentu image atau branding petani khususnya petani yang terjun langsung ke lahan menjadi salah satu penyebab regenerasi petani sangat minim. Kenapa anak baru tidak begitu tertarik menjadi petani padahal faktanya pertanian itu sangat menjanjikan,” jelasnya.

Sehingga, ia mengatakan paradigma petani perlu di benchmarking agar kaum milenial tertarik. Pemerintah juga meningkatkan nilai tambah pertanian melalui testimoni kalangan milenial yang terjun dan sukses di dunia pertanian atau smart farming.

8. Petani milenial dan Gen Z bisa saja menciptakan pasar baru dalam dunia pertanian

Produksi Padi di Lampung Meningkat, tapi Regenerasi Petani Nihililustrasi sayur bayam (pexels.com/id-id/yaroslav-shuraev)

Terkait harga produk pertanian yang masih rendah, Teguh mengatakan hal tersebut sebenarnya berhantung pada hukum suply demand. Meski begitu, ada antisipasi dan mekanisme mitigasi yang dilakukan pemerintah agar semua tidak dirugikan dalam hukum ekonomi tersebut.

“Salah satunya dengan melakukan pembinaan pengelolaan pertanian produksi agar meminimalisasi biaya produksi ditingkat petani. Pemerintah juga harus memastikan ketersediaan input pertanian itu terjangkau oleh petani,” lanjutnya.

Namun hal itu perlu adanya penguatan dalam aspek kelembagaan dan kerja sama multi pihak. Termasuk perguruan tinggi dengan inovasi barunya, pihak swasta, komunitas, dan lainnya agar petani tidak merasa sendirian.

Petani juga sebenarnya bisa meningkatkan nilai produk pertaniannya dengan cara meningkatkan nilai tambah melalui proses pengolahan dari bahan mentah menjadi bahan baku setengah jadi atau siap konsumsi.

“Contohnya petani bayam, yang mengolah produknya menjadi kripik bayam. Tapi ada satu masalah di sana, mereka mau jual kemana? Sehingga urusan nilai tambah ini harus disingkronkan dengan pasar juga,” terangnya.

Ia melanjutkan di sinilah kaum milenial dan gen Z dibutuhkan di dunia pertanian. Dengan inovasi dan kreativitas mereka diharapkan akan muncul pasar-pasar baru di dunia pertanian. Sehingga menambah daftar petani milenial sukses yang dapat menarik dan memotivasi kaum milenial lain.

Baca Juga: Menelisik Dibalik Kepulan Asap Rokok Ilegal di Bandar Lampung

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya