PDAM Klaim Produksi Air Melimpah, Namun Warga Lebih Memilih Air Tanah

Sumber air alami seperti sungai di Lampung sudah tercemar

Intinya Sih...

  • Sumber air alami tercemar oleh aktivitas pertanian, perindustrian, dan pemukiman penduduk di Lampung.
  • Penduduk Lampung mencapai 9.176.546 jiwa pada 2022, namun hanya 26% warga Bandar Lampung menjadi pelanggan PDAM.
  • Kondisi kinerja BUMD Air Minum Provinsi Lampung menunjukkan hanya tiga dari tujuh PDAM berstatus sehat, sementara empat lainnya kurang sehat atau sakit.

Bandar Lampung, IDN Times - Air menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap manusia mengingat keberlangsungannya begitu vital, tetapi terkadang keberadaannya dianggap tidak terlalu penting. Kebijakan manusia cenderung lebih mengedepankan pembangunan infrastruktur ekonomi dari pada menjaga pelestarian lingkungan, sebagai salah satu cara memastikan keberlangsungan distribusi air baku yang bersih.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan persentase laju pertumbuhan penduduk di Indonesia mencapai 1,13 persen per tahunnya. Tercatat, jumlah penduduk Indonesia 2023 dilaporkan sudah sebanyak 278 juta.

Jumlah penduduk cukup besar, kebutuhan air baku yang tentunya besar pula. Namun realitasnya di lapangan, pemenuhan kebutuhan air baku di kota-kota besar Indonesia sepertinya bukan menjadi perhatian.

Berdasarkan data BPS Provinsi Lampung, jumlah penduduk sejak sejak 2020 terus mengalami peningkatan hingga mencapai 9.176.546 jiwa pada 2022. Meski mengalami laju pertumbuhan rata-rata hanya 1,01 persen per tahun, PDAM mengklaim produksi sumber air untuk kebutuhan air baku masyarakat khususnya di Bandar Lampung sudah mencukupi.

Kepala Bagian Humas PDAM Way Rilau Bandar Lampung Gumawan mengatakan, masalah distribusi sumber air bersih ini bukanlah terletak pada kapasitas produksi air PDAM, melainkan jumlah konsumen yang sangat sedikit. Menurut data PDAM Way Rilau hingga 2022 hanya 26 persen warga Bandar Lampung merupakan pelanggan PDAM. Sedangkan 74 persen sisanya mengandalkan air tanah (sumur dan lain-lain) sebagai air baku rumah tangga mereka.

1. Dengan KPBU, jaringan PDAM Way Rilau sudah tersedia di 20 kecamatan

PDAM Klaim Produksi Air Melimpah, Namun Warga Lebih Memilih Air TanahPDAM Wayrilau Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Gunawan mengatakan, saat ini PDAM Wayrilau memiliki program Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan menyediakan jaringan saluran rumah di 20 kecamatan Bandar Lampung.

Ia menyebutkan, hingga saat ini pihaknya masih dalam tahap penjajakan kepada masyarakat agar mau memasang saluran PDAM di rumahnya. Selain itu, PDAM juga memberikan diskon sebesar 47 persen untuk pemasangan sambungan baru.

“Kan kita ada proyek baru, KPBU dan saat ini sedang kita jalani. Sebenarnya sudah mulai dari 2020 atau 2021 lalu, dan kerja sama ini sampai 25 tahun ke depan. Jadi yang sebelumnya jaringan hanya tersedia di 12 kecamatan, kini 20 kecamatan sudah punya jaringan,” jelasnya.

Ia mengatakan, kebutuhan air per satu keluarga berdasarkan data pelanggan adalah minimal 15 meter kubik atau 15.000 liter per hari. Sedangkan produksi kita 750 liter per detik untuk KPBUnya.

“Jadi gak ada masalah di produksi atau kapasitas air kita. Tapi yang lebih utama kita lakukan saat ini adalah mengajak masyarakat untuk memasang saluran air PDAM,”tambahnya.

2. Alasan masyarakat enggan pasang PDAM

PDAM Klaim Produksi Air Melimpah, Namun Warga Lebih Memilih Air TanahKabag Humas PDAM Wayrilau Bandar Lampung, Gunawan. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Gunawan mengatakan, alasan masyarakat masih sulit untuk mau memasang saluran air PDAM di rumahnya karena masing-masing rumah sudah memiliki sumur bor sendiri dan stigma negatif PDAM.

“Masyarakat sekarang ini kan cenderung gak mau pusing ya. Mungkin banyak yang berpikir sudah ada air (sumur), ngapain juga dirusak (dengan pemasangan air PDAM)? Soal minta komplain gak didandanin, sebenarnya asumsi-asumsi seperti itu yang saat ini masih ada di beberapa masyarakat kita,” jelasnya.

Oleh karena, ia melanjutkan proses penjajakan sekaligus pendataan di seluruh kecamatan saat ini juga bentuk pengenalan PDAM pada masyarakat. Bahwa pengadaan air tersebut sangat perlu khususnya saat musim kemarau.

“Kalau orang bilang, tak kenal maka tak sayang. Jadi kita kenalkan dulu. Apalagi pasang jaringan ini gak gampang lho. Saluran PDAM kan harus di bawah tanah, ada kedalaman khususnya harus berapa, izin dulu dari pemerintah pusat,” pungkasnya.

Baca Juga: Pemprov Lampung Blak-blakan Beras Langka di Ritel Modern, Ini Sebabnya

3. Kondisi air sungai di Lampung secara umum

PDAM Klaim Produksi Air Melimpah, Namun Warga Lebih Memilih Air TanahSungai Jagabaya I Wayhalim, Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Sumber daya air untuk kebutuhan manusia tak hanya terbatas memenuhi aspek kuantitas saja. Tapi juga kualitas, kontinuitas dan keterjangkauan.

Koordinator Program Studi Rekayasa Tata Kelola Air Terpadu Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Rahma Yanda mengatakan secara umum kondisi air (khususnya sungai) di Lampung berdasarkan beberapa penelitian yang ada telah terkontaminasi oleh beberapa aktivitas manusia mulai dari bidang pertanian, perindustrian, dan pemukiman penduduk.

“Kalau penelitian seluruh sungai di Lampung terupdate memang belum ada. Tapi beberapa mahasiswa kita pernah melakukan penelitian kualitas air di beberapa sungai di Lampung seperti di Kota Metro, Sungai Way Kedamaian Bandar Lampung dan Way Jelai Tanggamus,” katanya.

Rahma mengatakan, aktivitas pertanian, perkebunan, dan perkebunan dalam satu aliran sungai dapat mengakibatkan senyawa organik di dalamnya menjadi tinggi. Apalagi di Lampung belum ada sistem pengolahan air limbah terpadu dan berhenti di septik tank saja.

“Septik tank juga kalau sudah penuh mungkin akan dialirkan ke drainase namun itu belum terolah secara sempurna. Jadi rata-rata kandungannya atau chemical oxygen demand atau COD, BOD (Biological oxygen demand) dan suspended solid atau kekeruhannya itu biasanya cukup tinggi,” paparnya.

“Intinya kalau sanitasinya masih berbasis atau hanya mengandalkan septik tank saja apalagi di pemukiman padat, itu akan memengaruhi standar kualitas air di sekitarnya” tambahnya.

4. Sungai dengan kontaminasi pupuk anorganik secara masif dapat menyebabkan algae bloom

PDAM Klaim Produksi Air Melimpah, Namun Warga Lebih Memilih Air TanahKoordinator Program Studi Rekayasa Tata Kelola Air Terpadu Institut Teknologi Sumatera (ITERA) Rahma Yanda. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Sementara untuk sungai di daerah pertanian, Rahma menerangkan mayoritas pertanian di Lampung masih bercocok tanam secara tradisional dan memakai pupuk anorganik. Jika penggunaan pupuk ini diberikan secara berlebihan dan tidak semua dapat diserap oleh tumbuhan. Maka kelebihan pupuk itu akan terbuang bersama air ke sungai.

“Apalagi saat musim hujan. Sisa pupuk itu akan terangkut oleh air dan ujung-ujungnya mendarat ke saluran air seperti sungai. Kandungan senyawa organik di sana bisa meningkat terutama nitrogen, fospor dan bahan kimia lain yang ada di pupuk anorganik,” terangnya.

Jika senyawa organik dalam sungai cukup tinggi, akan mengakibatkan fenomena algae bloom. Rahma menjelaskan, algae bloom merupakan kondisi di mana terlalu banyak nutrisi dibanding air dalam ekosistem. Sehingga ganggang atau eceng gondok merajalela.

“Kalau ganggang atau eceng gondok banyak, akhirnya mengurangi pencahayaan matahari ke dalam air sungai dan kemudian biodiversitas ekosistem di dalam sungai akan semakin sedikit. Karena ada perubahan air disitu (tercemar),” timpalnya.

5. Dinkes selesai melakukan survei kualitas air di 8 kabupaten/kota di Lampung

PDAM Klaim Produksi Air Melimpah, Namun Warga Lebih Memilih Air Tanahilustrasi minum air putih (pexels.com/Adrienn)

Terkait kualitas air di Lampung ini, Sanitarian Ahli Madya Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Yuliana mengatakan, pada 2023 lalu Pemprov Lampung telah melakukan survei kualitas air minum sebagai tindak lanjut survei dari Litbangkes Kementerian Kesehatan pada 2020.

Survei ini dilakukan di 8 kabupaten/kota sampling di Lampung dengan menguji kualitas air siap minum dan sumber air bersih di beberapa rumah tangga. Adapun 8 kabupaten/kota tersebut yakni Lampung Barat, Lampung Timur, Tulang Bawang,  Pesawaran, Tanggamus, Bandar Lampung, Metro dan Lampung Selatan.

“Sudah selesai surveinya Desember 2023 lalu. Tapi saat ini kami (Dinkes Provinsi) belum mendapatkan hasilnya karena masih menunggu dari tim survei di kabupaten/kota,” kata Yuliana.

Yuliana menjelaskan, jumlah sample di tiap kabupaten kota berbeda-beda tergantung regionnya masing-masing. Seperti Lampung Barat ada 11 puskesmas sampel, Tanggamus 17 puskesmas, Lampung Timur 24 puskesmas, Tulang Bawang 14 puskesmas, Pringsewu 10 puskesmas, Bandar Lampung 22 puskesmas, Metro 8 puskesmas, dan Lampung Selatan 27 puskemas.

Sedangkan sisa 6 sampelnya akan diambil dari fasilitas umum wilayah puskesmas seperti pasar, musala, sekolah, masjid, dan lainnya. Ada 19 parameter diperiksa salah satunya adalah kandungan e.coli dan koliformnya.

Selain dinkes provinsi, Puskesmas Kedaton juga pernah melakukan survei kandungan air minum isi ulang di Kecamatan Kedaton bersama NGO Yayasan Konservasi Way Seputih. Sanitarian Puskesmas Kecamatan Kedaton Selvi menyebutkan, dari hasil pemeriksaan sampling pada Maret 2023, dari 5 sampel air asal depot air minum isi ulang semuanya tercemar oleh koliform.

“Kita gak cek ke depotnya tapi ke masyarakat yang konsumsi air minum dari depot air minum isi ulang. Itu semuanya memiliki kandungan koliform 250 MPN. Di mana batas maksimalnya itu hanya 50 MPN saja,” ujarnya.

Ia menyebutkan, hal ini wajar terjadi karena ternyata depot air minum tersebut memang tidak rutin melakukan pemeriksaan air minum mereka. Padahal kualitas air tanah itu berubah-ubah tiap waktu.

6. Hanya 3 dari 7 kinerja PDAM di Lampung berstatus sehat

PDAM Klaim Produksi Air Melimpah, Namun Warga Lebih Memilih Air TanahPetugas PDAM Kota Makassar memutus aliran air di Royal Apartemen, Jumat (2/2/2024). Dok. Humas PDAM Kota Makassar

Berdasarkan data dari Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) Lampung, Kondisi Kinerja BUMD Air Minum Provinsi Lampung pada 2023 menunjukan hanya ada tiga dari tujuh PDAM di Lampung berstatus sehat yakni PDAM Pesawaran, PDAM Tirta Jaya Lamsel, dan PDAM Way Sekampung Pringsewu.

PDAM Limau Kunci Lampung Barat, PDAM Way Agung Tanggamus, dan PDAM Way Guruh Lampung Timur berstatus kurang sehat. Sedang PDAM Way Rilau Bandar Lampung dan PDAM Tulang Bawang berstatus sakit.

Dosen ITERA Rahma Yanda mengatakan, banyak faktor PDAM dapat dikategorikan sehat, kurang sehat dan sakit. Salah satunya adalah dari maintenance atau pemeliharaan. Itu lantaran, pemeliharaan harus rutin dilakukan.

“Kita di Indonesia kan memang suka bangun-bangun, tapi berat untuk maintenancenya karena mungkin biayanya terbatas. Soalnya maintenance itu kan rutin ya sehingga bisa jadi kinerja beberapa fasilitasnya mulai menurun atau tidak diupgrade sehingga mengakibatkan kurang sehat atau sakit,” ujarnya.

Rahma melanjutkan, berdasarkan seminar HATHI beberapa waktu lalu di Lampung kebutuhan jasa pembersihan reservoir (penyimpanan air sementara) di Bumi Ruwa Jurai ini masih sangat minim dan perlu ditambah.

“Jadi mahasiswa ini sekarang diminta untuk jadi pengusaha karena kita khususnya di Lampung ini sangat butuh orang yang punya usaha pembersihan reservoir air baku,” timpalnya.

7. Masyarakat harus mulai memikirkan pemenuhan cadangan air ditingkat rumah tangga

PDAM Klaim Produksi Air Melimpah, Namun Warga Lebih Memilih Air Tanahilustrasi air bersih (pexels.com/Jens Johnsson)

Musim kemarau sangat rawan krisis air di beberapa wilayah Provinsi Lampung. Apalagi fenomena El Nino beberapa waktu terakhir sangat berdampak pada pasokan air bersih bersih di tingkat rumah tangga.

“Memang orang kita ini kan kalau sudah kehabisan baru menjerit. Tapi saat melimpah, kita gak mau memikirkan ke depan kalau kehabisan itu bagaimana. Rasanya belum jadi budaya ya di masyarakat kita untuk menyimpan air saat kondisi krisis,” tutur Rahma.

Sehingga menurutnya, solusi paling aman agar sumber air baku tetap tersedia hingga jangka panjang adalah konservasi. Ia mencontohkan, dengan beberapa embung (danau buatan) di ITERA. Di mana ada cukup banyak embung dan hal ini terus didorong oleh Kementerian PUPR agar terus diperbanyak lagi.

“Saat hujan, embung ini kan menampung air hujan. Karena dibawahnya itu tanah, otomatis ada penyerapan juga di dalamnya. Dalam jangka panjang, ini bisa mengisi cadangan air tanah kita. Apalagi air tanah kualitasnya lebih bagus dari air permukaan karena ada penyaringan alaminya,” papar Rahma.

Selain itu air tanah juga lebih terjangkau dan pengolahannya cukup mudah. Disaring menggunakan lapisan pasir, krikil, dan ijuk saja sudah cukup bersih untuk dipakai kebutuhan harian. Masyarakat juga harus konsisten dalam gerakan hemat air meski dalam keadaan banyak air.

“Lalu ada lagi metodologi lama tapi di Indonesia belum banyak diaplikasikan yakni sistem pemanenan air hujan. Jadi caranya adalah air hujan ditampung dengan tangki skala rumah tangga (misalnya toren) atau tangki komunal karena kualitasnya lebih bagus dibandung air permukaan,” ujarnya.

Meski begitu, sistem pemanenan air hujan ini tak bisa diterapkan di semua daerah. Misalnya seperti wilayah industri dengan polusi udara tinggi. Dengan beberapa cara ini, diharapkan empat aspek air dapat terpenuhi sehingga masyarakat tak lagi kesusahan mendapatkan air saat musim paceklik.

Baca Juga: Ironi Negeri Agraris, Harga Beras Melejit Warga Menjerit

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya