Menilik Kisah Usup, Suka Duka Menjadi Petugas Damkar Selama 25 Tahun

Bertemu pengendara abai, hingga jadi saksi kecelakaan kerja

Intinya Sih...

  • Pekerjaan pemadam kebakaran membutuhkan kekuatan fisik, ketangkasan, dan kesiapan matang di saat darurat.
  • Selama 25 tahun, Usup melakukan berbagai tugas pemadam kebakaran mulai dari penyelamatan hingga pemadaman.
  • Petugas pemadam kebakaran dituntut untuk sampai di lokasi paling lambat 15 menit setelah laporan diterima, namun sering mengalami kendala saat menuju lokasi.

Bandar Lampung, IDN Times - Setiap pekerjaan memiliki kelebihan dan risikonya masing-masing. Termasuk menjadi seorang pemadam kebakaran. Pekerjaan ini tak hanya membutuhkan kekuatan fisik saja tetapi juga ketangkasan, ketelitian dan kesiapan matang di saat keadaan darurat.

Usup merupakan salah satu petugas pemadam kebakaran senior di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bandar Lampung. Ia telah mengabdi kepada negara selama kurang lebih 25 tahun.

Banyak suka duka yang dirasakan oleh Usup selama menjadi petugas pemadam kebakaran. Karena tak hanya berurusan dengan api, ia juga dituntut untuk bisa menakhlukan semua medan seperti halnya tahan terhadap serangan lebah, berendam di air laut saat evakuasi buaya, atau memanjat atap rumah warga yang menjadi sarang ular piton dewasa.

1. Harus bekerja selama 24 jam dalam satu hari

Menilik Kisah Usup, Suka Duka Menjadi Petugas Damkar Selama 25 TahunMobil damkar Pemkot Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Selama 25 tahun menjadi petugas pemadam kebakaran, ia telah melakukan berbagai macam tugas mulai dari bidang penyelamatan seperti melakukan evakuasi terhadap korban bencana, hewan liar, memberi pertolongan pada masyarakat, sampai bidang pemadaman.

“Kalau kita, kerjanya itu beda dengan kerja kantoran. Kalau kerja kantoran kan berangkat jam 8, pulang jam 4 atau jam 5 (sore). Kalau kita 24 jam sehari,” katanya pada IDN Times, Senin (15/1/2024).

Ia menjelaskan, shift petugas pemadam kebakaran memang hanya sekitar 10 hari dalam satu bulan. Tetapi selama bertugas, pemadam kebakaran harus standby di mako tendean (markas pemadam kebakaran) sehari semalam.

"Biasanya gini, saya datang jam 8 pagi, pulang besoknya jam 8 pagi lagi. Nah setelah itu saya libur. Besoknya berangkat lagi jam 8 (pagi)," terang Usup.

2. Kecepatan mobil pemadam kebakaran bisa mencapai 100 km per jam

Menilik Kisah Usup, Suka Duka Menjadi Petugas Damkar Selama 25 TahunMobil damkar Pemkot Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Usup mengatakan, selama menjadi petugas, pernah menjadi sopir mobil pemadam kebakaran. Untuk mengendarai mobil besar tersebut, ia harus belajar atau ditraining oleh senior-seniornya terlebih dahulu.

“Kan ada trainingnya. Jadi pertama kita ngikut dulu biasa. Terus nanti senior-senior ngajarin kita yang memang sudah bisa bawa mobil. Setelah latihan beberapa kali baru kita bisa bawa mobil ini,” ujarnya.

Ia menyebutkan, rata-rata kecepatan mobil pemadam kebakaran adalah 80 sampai 100 km per jam. Jika melewati jalanan ibu kota yang macet, biasanya hanya bisa maksimal di kecepatan 80 km per jam saja.

“Kalau pas sepi atau jalanannya memang gak banyak mobil lewat situ, kita bisa sampai 100 (km per jam),” timpalnya.

Baca Juga: Serap Aspirasi Rakyat, Siti Atikoh Terkesan Safari Politik di Lampung

3. Pemadam kebakaran tak boleh sampai di lokasi lebih dari 15 menit

Menilik Kisah Usup, Suka Duka Menjadi Petugas Damkar Selama 25 TahunKebakaran di Perumahan Citraland. (IDN Times/Istimewa)

Dalam bertugas, biasanya ada puluhan personel turun ke lapangan untuk memadamkan si jago merah. Usup menceritakan, petugas pemadam kebakaran dituntut untuk sampai di lokasi paling lambat 15 menit setelah laporan diterima.

“Itu saja sudah telat sekali mbak. Pokoknya kita secepatnya harus sudah di lokasi. Sebisa mungkin kurang dari 10 menit sampai di lokasi. Makanya itulah kenapa ada pos-pos (pemadam kebakaran) di beberapa kecamatan, jadi mana lokasi kebakarannya, pos terdekat harus sampai duluan,” paparnya.

Usup mengatakan, kendala petugas pemadam kebakaran saat menuju lokasi ada banyak faktor. Mulai dari jalanan ibu kota yang ramai, jalan menuju lokasi sempit, sampai adanya kerumunan orang di lokasi kejadian.

4. Masih banyak pengendara abai, ini pesan petugas pemadam kebakaran untuk pengguna jalan raya

Menilik Kisah Usup, Suka Duka Menjadi Petugas Damkar Selama 25 TahunKantor Dinas Dankar Pemkot Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Soal jalanan ibu kota yang ramai, Usup menyebutkan hingga saat ini masih saja ada pengguna jalan atau pengendara yang terkesan tidak peduli atau tidak mau mengalah dengan kehadiran mobil pemadam kebakaran.

“Kalau dijalan yang gak ada trotoar di tengah itu, kita seharusnya lewat tengah supaya lancar. Tapi kadang masih ada aja mobil atau motor yang gak mau minggir ngasih jalan,” imbuhnya.

Jika sudah begitu, Usup melanjutkan sopir mobil pemadam kebakaran akan terus memberikan klakson sampai kendaraan di depannya menepi untuk memberi jalan mereka.

“Klaksonin terus sampai dia mau minggir. Karena memang dalam peraturan berkendara ada hal seperti itu. Mobil pemadam, ambulans, basarnas (badan rescue) itu prioritas. Jadi kalau dengar sirine mobil-mobil ini seharusnya langsung ambil jalur kiri atau menepi,” paparnya.

5. Menjadi saksi ketika temannya tertimpa tembok panas saat bertugas

Menilik Kisah Usup, Suka Duka Menjadi Petugas Damkar Selama 25 TahunPanglong kayu di Jalan Ryacudu, Kelurahan Korpri, Kecamatan Sukarame, Bandar Lampung, Sabtu (19/8/2023). (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Usup tahu betul menjadi petugas pemadam kebakaran merupakan pekerjaan penuh risiko tinggi. Ia bahkan sudah banyak menyaksikan rekan kerjanya yang mengalami kecelakaan kerja saat memadamkan api.

“Alhamdulillah kalau saya gak pernah dapat pengalaman begitu. Tapi teman-teman saya ada beberapa. Ada yang patah kaki sampai tertimpa tembok panas. Kalau sudah begitu mereka tida di lapangan lagi, tapi dipindah tugas di kantor,” katanya.

Usup mengatakan semua petugas sudah paham betul dengan tantangan dari pekerjaan mereka. Mereka siap untuk menyelamatkan orang lain meski nyawa mereka sendiri yang menjadi taruhannya.

Meski begitu, Usup mengaku bahagia dan cinta terhadap pekerjaannya. Ia juga memiliki banyak teman yang di sela-sela waktu kosong mereka akan ngopi bareng, ngobrol sampai karaokean untuk menghilangkan penat.

Baca Juga: Cerita Pendiri Doesoen Coffee, Milenial Sukses Bangun Kafe Diusia 20an

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya