Long Weekend Isra Miraj dan Imlek, Okupansi Hotel di Lampung 80 Persen

Tamu menginap di long weekend 2024 banyak dari luar Lampung

Intinya Sih...

  • Okupansi hotel di Lampung mencapai 80 persen selama long weekend Isra Miraj dan Imlek 2024, menunjukkan potensi staycation masyarakat.
  • Tamu menginap didominasi oleh warga Jabodetabek, Palembang, dan luar Lampung, dengan kemungkinan peningkatan okupansi dari wisatawan lokal.
  • Perekonomian di sektor pariwisata dan hotel di Lampung menunjukkan perkembangan yang baik setelah dampak COVID-19, dengan konsumen personal lebih memilih hotel nonberbintang karena harga terjangkau.

Bandar Lampung, IDN Times - Long Weekend Isra Miraj dan Imlek 2024, tingkat okupansi hotel di Lampung mencapai 80 persen.

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Lampung Friandi Irawan ketika dihubungi IDN Times, Kamis (8/2/2024).

Friandi mengatakan, penambahan okupansi hotel di Lampung ini akan terus berjalan karena libur panjang ini menjadi potensi masyarakat untuk menghabiskan akhir pekannya untuk staycation.

“Peningkatan long weekend ini terakhir semalem ya kami mencatat sudah 80 persen dan bahkan mendekati 90 persen. Mungkin karena perayaannya bertepatan dengan akhir pekan jadi ini bisa menjadi potensi,” katanya.

Baca Juga: Intip Tingkat Okupansi dan Promo Imlek 2024 Hotel di Lampung!

1. Tamu menginap di long weekend lebih banyak dari luar Lampung

Long Weekend Isra Miraj dan Imlek, Okupansi Hotel di Lampung 80 PersenOYO 2225 Catur Adi Putra (google.com/maps/hotels.com)

Untuk tamu menginap, Friandi mengatakan periode ini tamu masih didominasi warga Jabodetabek, p Palembang, dan tentunya Provinsi Lampung.

“Kalau long weekend gini, tamu yang nginap itu memang paling banyak dari luar (Lampung). Tamu lokal biasanya ada di weekend biasa. Tapi gak menutup kemungkinan juga long weekend ini orang Lampung mau menghabiskan akhir pekan panjangnya di hotel,” jelasnya.

Sementara untuk pertunjukan khas Imlek seperti tari barongsai, Friandi mengatakan memang sudah sejak lama hotel di Lampung tidak mengadakan pertunjukan tersebut.

“Kalau yang mengadakan seni tari barongsai itu belum ada. Tapi hiasan atau atribut Imlek itu hampir semua hotel memasangnya seperti di lobi, restoran, dan spot lainnya,” ujarnya.

2. Long weekend jadi potensi hotel di Bandar Lampung karena padatnya wisatawan

Long Weekend Isra Miraj dan Imlek, Okupansi Hotel di Lampung 80 PersenIlustrasi tempat karaoke di Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Pengamat Ekonomi Universitas Lampung (Unila) Usep Syaifuddin menyampaikan, perekonomian di Lampung khususnya di sektor pariwisata dan hotel saat ini menunjukkan perkembangan cukup baik.

“Apalagi setelah kurang lebih 2-3 tahun COVID-19 itu memang sangat berdampak di beberapa sektor salah satunya perhotelan. Pertengahan 2022, mereka (perhotelan) reborn dan kini pertumbuhan itu sudah semakin baik,” katanya.

Menurutnya, long weekend ini bisa menjadi salah satu potensi bagi hotel di Bandar Lampung. Apalagi Kota Tapis Berseri merupakan ibu kota provinsi sehingga padat akan wisatawan lokal maupun luar Lampung seperti dari Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Jakarta.

3. Konsumen personal banyak memilih menginap di hotel non berbintang

Long Weekend Isra Miraj dan Imlek, Okupansi Hotel di Lampung 80 Persen(Dok. OYO)

Usep menyebutkan, di dalam sektor perhotelan memiliki dua jenis konsumen yakni koorporasi/pemerintahan dan konsumen mandiri (personal). Kedua konsumen ini pun memiliki segmen pasar berbeda.

“Kalau pemerintahan itu relatif jarang mengadakan kegiatan (di hotel) di awal tahun. Paling banyak di akhir tahun, karena biasanya mereka mengadakan rapat akhir tahun. Kalau perusahaan mungkin banyak yang adakan acara di awal tahun, biasanya karena menyambut tahun baru atau meeting rutinan,” paparnya.

Sehingga pilihan konsumen dari korporasi/pemerintahan biasanya merujuk pada hotel berbintang 3 ke atas. Sementara konsumen personal atau rumah tangga biasanya lebih memilih untuk menginap di hotel non berbintang.

“Konsumen personal itu biasanya punya kebutuhan bisnis atau traveling. Mereka ini justru lebih banyak yang mencari penginapan non bintang yang bergabung dengan platform seperti Reddoorz atau OYO. Maka kalau kita lihat ada okupansi hotel yang baru 70 persen, kemungkinan karena itu hotel bintang 3 ke atas,” jelasnya.

4. Meningkatkan nilai jual hotel sesuai segmen pasar atau konsumennya

Long Weekend Isra Miraj dan Imlek, Okupansi Hotel di Lampung 80 PersenSheraton Lampung. (Google Review/Sheraton)

Hotel nonberbintang banyak dipilih oleh konsumen personal dikarenakan beberapa faktor salah satunya adalah harga terjangkau. Oleh karena Usep mengatakan setiap hotel memiliki pasarnya masing-masing dan cara meningkatkan daya tariknya adalah disesuaikan dengan segmen konsumen.

“Misalnya hotel berbintang kan konsumennya koorporasi/pemerintah nih. Mereka lebih banyak pakai ballroom atau ruang merting. Maka mereka sebaiknya tingkatkan dari segi fasilitas agar lebih memadai, konsumsinya, dan lain-lain,” imbuhnya.

Sementara hotel nonberbintang dengan segmen pasar konsumen personal bisa meningkatkan dari aspek hospitality misalnya kebersihan tempat tidur, kenyamanan, keramahan dan sebagainya.

“Kalau di hotel berbintang aspek makanan bisa jadi poin utama, saya rasa hotel nonberbintang tak terlalu ke sana. Karena konsumen perorangan biasanya tidak menikmati makanan di hotel. Ia lebih mencari makanan di luar atau kulineran,” ujarnya.

Baca Juga: Punya Unit Pengolahan Standar HACCP, Teri Lampung Go Internasional

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya