Ini Tanggapan Unila Soal Dugaan Kampus Diminta Puji Kinerja Jokowi

Jangan anggap suara perguruan tinggi sebagai noise

Intinya Sih...

  • Dosen Fisip Unila, Ari Darmastuti, membantah adanya tekanan terhadap Rektor Unila untuk memuji pemerintahan Jokowi.
  • Pernyataan sikap perguruan tinggi dianggap wajar dan karakteristik sivitas akademika dalam menyampaikan kritik terhadap kondisi bangsa.
  • Ari berharap suara perguruan tinggi dianggap sebagai voice yang keberpihakan terhadap rakyat Indonesia dalam upaya memperbaiki kondisi saat ini.

Bandar Lampung, IDN Times - Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universias Lampung, Ari Darmastuti mengatakan tidak ada tekanan terhadap Rektor Unila untuk memuji atau menyatakan pemerintah Jokowi berjalan baik.

Hal ini merujuk pada pernyataan Cawapres Nomor Urut Tiga Mahfud mengatakan adanya upaya penekanan terhadap rektor perguruan tinggi di Indonesia untuk memuji masa pemerintahan Jokowi saat berbagai universitas ramai mengkritik Jokowi.

“Di Unila sendiri kita gak mendengar itu. (Untuk menyelenggarakan pernyataan sikap ini pun) kita sudah minta izin pimpinan (rektor). Beliau bilang silakan. Ga ada intervensi apapun,” katanya, Rabu (7/2/2024).

Soal pembacaan pernyataan sikap tidak langsung dibacakan oleh Rektor Unila, Ari menjelaskan hal itu dikarenakan Rektor Lusi melihat perlunya orang yang paham dibidangnya (Fisip) untuk menyampaikan hal ini.

“Kalau soal itu hanya soal bidang ilmu saja ya. Karena beliau kan bidang keilmuannya dari teknik ya,” imbuhnya.

Baca Juga: Pernyataan Sikap Unila dan 6 Kampus Lampung Ihwal Demokrasi Indonesia

1. Pernyataan sikap perguruan tinggi adalah wajar

Ini Tanggapan Unila Soal Dugaan Kampus Diminta Puji Kinerja JokowiDosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universias Lampung, Ari Darmastuti. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Ari menilai, pernyataan sikap tiap perguruan tinggi khususnya di Lampung ini bukan suatu hal yang salah atau melanggar norma. Perguruan tinggi memang sepatutnya menyampaikan pemikirannya ketika Indonesia sedang tak baik-baik saja.

"Pernyaaan yang elegan dari perguruan tinggi ini pun tidak menggunakan kata-kata kasar. Kita tidak menghina siapapun, kita hanya punya konsen atau keprihatinan atas kondiri bangsa. Saya kira ini wajar," ujarnya.

Menurutnya, menyampaikan pendapat dan kritik juga menjadi karakter perguruan tinggi. Karena sivitas akademika perguruan tinggi dibayar negara memang untuk bersuara atas ketidakbenaran atau ketidakadilan terjadi dan semua itu akan dipertanggung jawabkan.

2. Jangan anggap suara perguruan tinggi sebagai noise, tapi sebagai voice

Ini Tanggapan Unila Soal Dugaan Kampus Diminta Puji Kinerja JokowiPernyataan sikap Unila dan 6 PT lain di Lampung atas demokrasi Indonesia saat ini. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Ari berharap, suara perguruan tinggi tidak dianggap sebagai noise (gangguan) tapi sebagai voice (suara). Di mana suara ini keberpihakannya terhasap rakyat Indonesia.

"Apalagi aat negara kita mengalami ancaman. Jadi ini bukan soal gagah-gagahan. Monggo didengarkan dan suara kami jangan dianggap sebagai noise, karena saya kira ini adalah voice," imbuhnya.

Ia menambahkan, jika pun pernyataan sikap kampus saat ini dilarang, ia akan melakukannya secara pribadi di Bundaran Unila sebagai bentuk keprihatinannya.

3. Jangan sampai demokrasi Indonesia mundur

Ini Tanggapan Unila Soal Dugaan Kampus Diminta Puji Kinerja Jokowiwebsite

Ari mengatakan, hal ini menjadi konsen perguruan tinggi untuk memperbaiki kondisi saat ini. Ia menilai demokrasi di Indonesia membutuhkan pengorbanan dan waktu lama untuk mencapainya. Jangan sampai demokrasi tersebut mundur.

“Saya kira, kita masih berada di batas kesopanan perguruan tinggi karena kita masyarakat beradab. Jangan sampai kita memperburuk kondisi, konsen kita adalah memperbaiki kondisi, memperbaiki kondisi saat ini,” katanya.

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya