Bandar Lampung Bisa Peroleh Rp54 Juta per Bulan Hanya dari IPLT

Ampas tinja ditumbuhi subur oleh tanaman tanpa ditebar benih

Bandar Lampung, IDN Times - Kota Bandar Lampung bisa memperoleh hingga Rp54 juta perbulan hanya dari Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).

Koordinator IPLT Kota Bandar Lampung, Aji Wijaya mengatakan, IPLT kota hampir setiap hari menerima truk tangki lumpur tinja. Secara rutin, biasanya truk yang masuk keluar IPLT bisa mencapai 15 truk setiap hari.

“Kalau di sini bayarnya per meter kubik 40 ribu. Kalau sehari itu kan bisa 10-15 mobil, sedangkan tangki truk tinja itu biasanya 3 meter kubik atau bayar 120 ribu. Jadi kalau total tiap harinya itu sekitar 30-45 meter kubik,” kata Aji Wijaya, Kamis (14/7/2022).

1. Mesin konvesional dan mekanik

Bandar Lampung Bisa Peroleh Rp54 Juta per Bulan Hanya dari IPLTSalah satu mesin pengolah lumpur tinja di IPLT Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

IPLT Bandar Lampung pertama kali dibangun dan beroperasi pada 2016. Saat itu IPLT masih menggunakan cara konvensional untuk mengelola lumpur tinja. Aji melanjutkan, baru lah pada 2021 dibangun kembali IPLT untuk pengelolaan secara mekanik atau dengan mesin dan mulai beroperasi pada April 2022.

“Kalau asal lumpur tinjanya sendiri itu macam-macam, kebanyakan dari Bandar Lampung, tapi juga banyak dari luar kota juga misal Natar atau Pesawaran. Tergantung mitra jasa sedot ini nyedotnya kemana aja ngambilnya,” katanya.

Namun ia mengatakan, untuk jumlah mobil masuk ke IPLT ini tidak jauh berbeda baik sebelum dan sesudah pembangunan ulang. Sejak dulu hingga sekarang masih sekitar 10-15 mobil tiap hari.

“Bedanya hanya lebih cepat saja mengolahannya. Kalau dengan mesin itu, masuk 10 meter kubik sampai selesai pemilahan hanya 10 menit saja,” akunya.

2. Proses penjernihan air

Bandar Lampung Bisa Peroleh Rp54 Juta per Bulan Hanya dari IPLTKolam IPLT Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Truk lumpur tinja masuk ke IPLT akan langsung mengalirkan lumpur tinja ke mesin pengolahan. Setelah itu ampas akan dipisahkan dengan airnya.

Ampas dipindah secara manual, sedangkan airnya akan mengalir ke kolam-kolam filterisasi untuk proses biologis. Ada empat kolam utama di IPLT Bandar Lampung, yaitu kolam konvensional, aerob, fakultatif, dan matirasi.

Di dalam kolam konvensional terdapat lapisan pasir, ijuk, dan koral untuk penjernihan. Setelah itu nanti air yang telah tersaring ini akan masuk ke Kolam Aerob. Di kolam ini akan melalui proses pengembangan bakteri alami.

“Gak ada bakteri khusus yang kita berikan sih, karena emang harganya mahal, jadi kita sampai sejauh ini pakai bakteri alami disitu aja. Kita juga beri turbin atau blower juga untuk pengembangan,” ujarnya.

Dari Kolam Aerob, air akan mengalir ke Kolam Fakultatif untuk proses mengendapkan. Biasanya air di proses aerob masih menganduk flok (lumpur sisa). Pada kolam ini lah flok dilepas dan hanya mengalirkan air tanpa lumpur ke Kolam Maturasi.

“Di Maturasi ini kita hanya pembiaran aja. Kita hanya berikan kaporit saja untuk penjernihan. Komposisinya 2 kilogram untuk 1x24 jam. Nanti ketika volume airnya sudah penuh dia akan mengalir sendiri keluar ke perairan,” tutupnya.

3. Ampas sisa pengolahan ditumbuhi tanaman secara sendirinya

Bandar Lampung Bisa Peroleh Rp54 Juta per Bulan Hanya dari IPLTAmpas tinja ditanami pohon rempai tanpa ditebar benih dan pupuk. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Aji menjelaskan, untuk saat ini ampas hasil pengolahan tinja baru diletakan di depan mesin pengolahan, ditimbun di halaman belakang IPLT, dan sebagai campuran dekomposisi sampah TPA Bakung.

“Kalau pengelolaan ampas belum ada. Jadi sementara ditaruh di depan sini aja dan buat timbunan di belakang. Tapi saya lihat ada potensi pupuk juga soalnya di tumpukan ampas ini tiba-tiba tumbuh aja tanaman rempai sama pohon seri,” katanya.

Ia menjelaskan, tidak menanami benih apapun pada ampas tinja tersebut namun diduga, ada sisa biji-biji rampai dan tanaman lain pada ampas tinja sehingga tumbuh subur di sana.

“Tapi sampai saat ini kita hanya teliti kandungan EColi nya saja disini dan Alhamdulillah negatif. Kalau penelitian untuk melihat karakteristik supaya bisa jadi komposnya belum pernah,” imbuhnya.

4. Lab daerah masih kurang memadai

Bandar Lampung Bisa Peroleh Rp54 Juta per Bulan Hanya dari IPLTKoordinator IPLT Bandar Lampung, Aji Wijaya (kanan) dan petugas teknis IPLT, Filar (kiri). (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Pihaknya mengaku pernah mengusulkan ke dinas lingkungan hidup kota untuk penelitian lebih lanjut terkait ampas tinja ini. Namun terkendala lab daerah yang belum memadai.

“Kita aja masih ngirim ke Jakarta kalau mau uji. Ampas udah uji soal kandungan EColi itu negatif, nah kalau airnya dites untuk dilihat aman atau enggak kalau dibuang ke perairan, seperti pH dan lain-lain, dan hasilnya aman,” jelasnya.

Untuk kontrol mingguan, Aji dan kawan-kawan hanya menggunakan kertas lakmus untuk mengukur pH air. Sejauh ini indikator pH hanya berada diangka 6-8 yang berarti pHnya normal.

5. Campuran dekomposisi sampah

Bandar Lampung Bisa Peroleh Rp54 Juta per Bulan Hanya dari IPLTIPLT Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Sedangkan ampas sebagai campuran dekomposisi sampah TPA Bakung, pun juga masih dalam uji coba untuk mencari komposisi yang pas.

“Kita coba pakai ampas supaya (dekomposisinya) lebih cepat. Tapi itu masih uji juga, soalnya masih mau dicari tahu juga komposisinya yang pas, sampahnya berapa, lumpurnya berapa, dan harus pakai lumpur hari keberapa itu masih itung-itungan kita,” jelasnya.

Ide seperti itu didapatkan oleh mereka dari instalasi di Jakarta. Aji menyebutkan Instalasi di Bantar Gebang telah berhasil mendapatkan komposisi dekomposisi dengan baik bahkan menggunakan campuran sampah plastik.

Baca Juga: Melongok IPLT Bakung, Tinja Jadi Pupuk dan Potensi PAD Rp2,1 Miliar

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya