Alasan Nelayan Bandar Lampung Tak Pernah Cari Ikan di Daerah Sendiri

Pemkot tak punya wewenang kelola laut

Bandar Lampung, IDN Times - Meski bukan daerah pesisir, ternyata Kota Bandar Lampung memiliki cukup banyak masyarakat profesi sebagai nelayan.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung, Erwin, Minggu (5/3/2023). Ia mengatakan Bandar Lampung memiliki sekitar 700 nelayan terdata hingga saat ini. Di luar angka itu, tentu masih banyak lagi nelayan-nelayan kecil di luar sana.

Namun uniknya, para nelayan ini ternyata tak pernah sekalipun mencari ikan di pesisir daerahnya sendiri. Salah satu alasannya adalah karena laut Bandar Lampung tak ada ikan.

Seperti kata Soni, nelayan di Gudang Lelang Bandar Lampung. Ia menyatakan hampir tak pernah mencari ikan di Pesisir Bandar Lampung. Tak hanya dirinya, bahkan hampir semua teman nelayannya pun selalu berlayar ke Pesisir Barat Lampung atau Pulau Jawa untuk mencari ikan di banding sekitar Bandar Lampung saja.

“Macam-macam kadang kita ke sekitar Anak Krakatau, Pulau Malang, kadang di Labuhan Maringgai, tergantung ikannya ada di mana. Kalau dekat sini kapal kita gak boleh. Bolehnya buat perahu kecil yang nyarinya harian,”ujarnya.

Soni juga mengatakan untuk kapal ikan muatan besar seperti 30 GT ke atas tidak boleh sembarangan dalam berlayar. Itu karena ada daerah larangannya sendiri misalnya karena perairannya dangkal, ekosistem lautnya dilindungi, dan sebagainya.

Baca Juga: Nelayan Sulit Dapat Solar, DKP Kota: Beli Solar harus Ada Surat Kapal

1. Ekosistem laut Bandar Lampung sudah rusak

Alasan Nelayan Bandar Lampung Tak Pernah Cari Ikan di Daerah SendiriKapal nelayan di Dermaga Gudang Lelang. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Menanggapi hal ini, Erwin mengatakan Pesisir Bandar Lampung memang hampir tak pernah dijadikan sasaran nelayan dalam mencari ikan karena ekosistem sudah rusak.

Erwin menjelaskan, Bandar Lampung merupakan kota industri dan padat penduduk sehingga aktivitas manusia di sekitar laut membawa dampak pada sumber daya laut di dalamnya. Alhasil, makin jarang ditemukan ikan-ikan berkelompok.

“Kita bisa lihat sendiri wilayah pesisir kita sudah banyak pabrik dan penduduk, sudah banyak tercemar. Jadi ikan itu banyaknya di daerah pedalaman laut lepas yang jarang ada aktivitas manusia karena memang ekosistem (laut) kita sudah banyak rusak,” katanya.

2. Pemkot tak bisa apa-apa karena tak memiliki kewenangan kelola laut

Alasan Nelayan Bandar Lampung Tak Pernah Cari Ikan di Daerah SendiriKepala DKP Bandar Lampung, Erwin. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Meski begitu, Erwin mengatakan dikarenakan peraturan pemerintah tentang wewenang pemda terhadap wilayah laut tidak bisa membebaskan Pemkot Bandar Lampung mengelola laut di wilayahnya. 

“Proses pengembalian ekosistem laut yang rusak itu adalah wewenangnya pemerintah pusat dan provinsi. Batas 0-12 mil dari bibir pantai itu punya provinsi, sisanya diatur pusat,” katanya.

Menurutnya, kerusakan ekosistem laut pihaknya tak berpangku tangan. Beberapa langkah diambil Pemkot Bandar Lampung di antaranya menanam mangrove di pesisir pantai dan mengerahkan petugas lapang untuk mengawasi upaya perusakan laut dari oknum-oknum tertentu.

“Tapi bukan tidak berbuat apa-apa, kita bantunya seperti nanam mangrove, kemudian aparat juga terjun menangkapi orang yang merusak terumbu karang dengan cara mengebom ikan, kita sosialisasi di sana,” ujarnya.

3. Ikan hanya sedikit, Pesisir Bandar Lampung hanya untuk nelayan kecil

Alasan Nelayan Bandar Lampung Tak Pernah Cari Ikan di Daerah SendiriWarga pesisir Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Tak sepenuhnya hilang, sumber daya ikan di pesisir laut Bandar Lampung juga sebenarnya masih ada hanya saja sangat sedikit sehingga hanya diperuntukan bagi nelayan kecil dengan perahu motor.

“Kalau kapal besar memang tidak mungkin carinya ke sini. Yang namanya muatannya besar, pasti mereka cari yang banyak ikannya aja sekalian,” kata Erwin. 

Ia juga menyebutkan di beberapa wilayah Bandar Lampung juga sudah banyak kelompok nelayan KJA (keramba jaring apung). Ia mengatakan salah satu pemulihan ekosistem laut juga bisa dilakukan secara buatan seperti KJA.

“Memang gak banyak sih di sini, sebagian besar juga di Pulau Pasaran. Tapi ya itu tadi, kita ini lebih ke arah pembinaan para nelayan ini bagaimana mereka bisa mencari ikan tanpa merusak alam,” jelasnya.

Baca Juga: Jumlah Pengguna Ambulans Gratis Sepanjang 2022 Menurun, Kok Bisa?

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya