Akses Air Bersih Belum Berpihak Warga Pesisir Bandar Lampung

SPAM hanya menjangkau 8 kecamatan, tak ada wilayah pesisir

Intinya Sih...

  • Krisis air terjadi di hampir semua wilayah Bandar Lampung, termasuk dataran tinggi
  • Proyek SPAM Bandar Lampung hanya menjangkau 8 kecamatan, tanpa wilayah pesisir yang rentan krisis air
  • PDAM masih menjadi sumber air utama bagi warga, namun sering mengalami gangguan pasokan air

Bandar Lampung, IDN Times - Air merupakan salah satu sumber penghidupan bagi manusia. Air dibutuhkan manusia dihampir sepanjang hidupnya. Manusia mencuci, memasak, mandi, bersuci, hingga mengonsumsi air untuk bisa bertahan hidup.

Sayangnya, akses terhadap air bersih tak selalu bisa didapatkan oleh semua orang. Krisis air yang dialami oleh masyarakat saat ini meliputi kekeringan, air tak layak komsumsi, putusnya sumber air, dan sebagainya.

Hal ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia termasuk Kota Bandar Lampung. Direktur Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) Lampung Febrillia Ekawati mengatakan, krisis air di Bandar Lampung terjadi di hampir semua wilayah.

Umumnya, krisis air terjadi di wilayah pesisir. Wilayah tersebut rentan krisis air dikarenakan sanitasi masih relatif buruk, jauhnya sumber mata air, dan tingginya risiko banjir (rob). Namun, Febrillia mengatakan, krisis air di Kota Bandar Lampung tak hanya terjadi di pesisir saja tapi juga dataran tinggi.

“Krisis air di hampir semua wilayah Lampung itu gak hanya terjadi di masyarakat pesisir saja. Masyarakat yang berada di wilayah dataran tinggi juga mengalami krisis air,” katanya, Minggu (16/6/2024).

1. Padahal menyediakan air bersih adalah tanggung jawab pemerintah

Akses Air Bersih Belum Berpihak Warga Pesisir Bandar LampungSungai Jagabaya I Wayhalim, Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Febrillia menjelaskan, empat indikator sumber daya air yakni kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan belum terpenuhi di hampir seluruh wilayah pesisir Bandar Lampung. Bahkan tak hanya di Kota Tapis Berseri, tapi juga kabupaten/kota lain di Provinsi Lampung.

“Masyarakat pesisir Bandar Lampung belum seratus persen mendapat akses air bersih. Jadi untuk minum mereka harus beli. Kalau pun pakai PDAM, kualitas air PDAM juga masih dipertanyakan karena kaporitnya tinggi,” katanya.

Sementara di wilayah dataran tinggi, krisis air juga dirasakan oleh masyarakat terlebih pada musim kemarau. Bahkan saat El Nino pada Agustus hingga Desember 2023 lalu, pemkot dan pemkab setempat harus mendistribikan belasan ribu liter air per kecamatannya.

“Yang paling terdampak saat El Nino kemarin kan yang dataran tinggi. Kenapa mereka bisa krisis air? Dataran tinggi itu sebenarnya ada sumber mata air dari gunung. Cuma penampungan dan pipa ini yang mereka tidak bisa membangunnya karena butuh biaya yang besar. Padahal, menyediakan air bersih ini menjadi kewajiban dan tanggung jawab pemerintah,” jelasnya.

2. Pemerintah dan program SPAM

Akses Air Bersih Belum Berpihak Warga Pesisir Bandar LampungSPAM Kota Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Pemerintah pusat akhirnya membangun Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) sebagai respon atas maraknya krisis air minum yang terjadi di Indonesia. Beberapa daerah dijadikan pilot proyek strategis nasional dengan Bandar Lampung sebagai salah satu pilot proyeknya.

Pada 14 Februari 2024 lalu, kerja sama antara PDAM Way Rilau dan PT Adya Tirta Lampung untuk proyek ini pun dilakukan. SPAM Bandar Lampung diproyeksikan dapat menggandakan layanan air minum perpipaan dari sebelumnya 30 persen menjadi 60 persen, atau memenuhi kebutuhan air minum hingga 300.000 jiwa (60.000 sambungan).

Ada delapan kecamatan di Kota Bandar Lampung yang mendapat proyek SPAM yakni Kecamatan Labuhan Ratu, Rajabasa, Kedaton, Way Halim, Tanjung Senang, Sukarame, Kedamaian, dan Sukabumi.

Sayangnya dari daftar kecamatan untuk proyek SPAM tersebut, tidak ada satupun wilayah pesisir yang mendapatkannya. Padahal SPAM memiliki keunggulan yang sangat dibutuhkan masyarakat pesisir seperti air diklaim bisa langsung dikonsumsi dan mampu mendistribusikan air selama 24 jam.

Baca Juga: 6 Rencana Pembangunan Infrastruktur Kota Bandar Lampung 2025-2045

3. Air PDAM bisa mati selama dua hari nonsetop

Akses Air Bersih Belum Berpihak Warga Pesisir Bandar LampungSamsudin, warga Bumi Waras. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Samsudin, salah seorang warga di kawasan pesisir Bandar Lampung tepatnya di Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumi Waras mengatakan, di wilayah RT setempat hampir semua warga hanya mengandalkan PDAM sebagai sumber air bersih di rumah mereka.

Pasalnya, di lingkungan rumahnya sangat tidak memungkinkan untuk membuat sumur bor. Jika pun bisa, air yang dihasilkan payau dan keruh serta berwarna kekuning-kuningan. Sehingga tak layak untuk digunakan apalagi dikonsumsi.

Meski hanya bertumpu pada air PDAM untuk kebutuhan sehari-hari, Samsudin mengatakan di wilayah RT tempat tinggalnya sering kesulitan air karena air PDAM kerap tak keluar sama sekali.

“Air mati (tidak keluar) itu bisa dua harian. Kadang-kadang cuma sehari. Sebulan saya lupa berapa kalinya tapi yang jelas sekali itu pasti ada kejadian mati air,” ujarnya.

Samsudin mengatakan, PDAM biasanya akan memberi tahu terlebih dahulu sebelum air PDAM tak dapat mengalir. Pada waktu ini, warga akan segera memenuhi seluruh tong dan bak dirumahnya dengan air.

“Biasanya alasannya sih pemeliharaan. Tapi tetap aja sih, kalau PDAM mati itu kita tetap beli air juga di jeriken untuk kebutuhan sehari-hari. Soalnya gak cukup, di rumah saya gak ada toren,” jelasnya.

4. Warga pesisir harus keluarkan biaya tambahan untuk air besih dan air minum setiap bulan

Akses Air Bersih Belum Berpihak Warga Pesisir Bandar Lampungilustrasi hemat biaya (freepik.com/freepik)

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih ketika musim kemarau atau PDAM berhenti beroperasi, Samsudin biasanya mengeluarkan biaya sebesar Rp100-Rp200 ribu untuk memenuhi bak kamar mandinya.

“Satu jeriken itu Rp10 ribu. Biasanya kita minta isiin aja di rumah gitu sama yang jual air, nanti udahnya kita bayar berapa gitu. Soalnya satu bak mandi saya itu bisa lebih dari 10 jerigen. Itu aja pakainya irit-irit buat mandi dan cuci,” paparnya.

Apalagi penjual air dalam jerigen tersebut tidak banyak. Sementara semua warga membutuhkan air bersih tersebut. Sehingga mereka harus berebut dan mengantre untuk membelinya.

Sedangkan untuk kebutuhan konsumsi, Samsudin memilih membeli air minum dalam kemasan (AMDK) berbentuk galon atau air minum galon dari depot air minum untuk dikonsumsi.

“Pernah sih rebus air PDAM tapi jarang. Lebih suka galon aja dan kalau saya pribadi pun belinya yang Rp13.000 (AMDK), kalau minum yang Rp5.000 (dari depot air minum) saya muntah-muntah. Gak tahu ya ini cuma saya atau orang lain juga,” katanya.

5. Warga dataran tinggi Bandar Lampung tak khawatir kebutuhan air bersih karena SPAM

Akses Air Bersih Belum Berpihak Warga Pesisir Bandar LampungArdila, warga Kedaton Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Berbeda dengan Samsudin, rumah dari Ardila Susanti yakni seorang warga di Kelurahan Sukamenanti Kecamatan Kedaton Bandar Lampung ini sudah dialiri air SPAM dari PDAM Way Rilau Bandar Lampung.

Ia mengatakan, wilayahnya memang merupakan salah satu daerah yang sulit air bersih karena berada di perbukitan atau dataran tinggi. Selama ini ia bersama warga setempat lainnya memanfaatkan sumur bor program nasional pemberdayaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.

“Tapi sudah beberapa tahun ini sumur bor itu gak bisa diandelin lagi soalnya airnya kecil dan sedikit. Jadi waktu kemarau, kita bingung juga mau ngambil air dari mana. Tapi Alhamdulillahnya pemkot kan ada ngirim air bersih tuh keliling kecamatan tiap harinya termasuk ke sini,” jelasnya.

Ardila menyebutkan, ia dan keluarganya memasang aliran SPAM sejak 2020 lalu. Tak hanya dirinya, hampir semua warga Sukamenanti pun saat ini telah memasang SPAM. Ia senang karena air SPAM cukup bersih, tidak berbau, dan dapat mengalir selama 24 jam.

Selain Ardila, Sugiarto warga setempat juga sudah memasang SPAM sejak 2022. Dulu ia harus membeli air sekitar 500 liter dalam sehari dengan biaya Rp7.000. Sehingga dalam sebulan dirinya harus mengeluarkan sekitar Rp300.000 untuk mencukupi kebutuhan air bersih.

"Tapi kalau pas mati SPAM nya kadang suka tiba-tiba. Jadi kita gak tahu dan gak persiapan dulu. Mungkin lebih baik kalau ada pemberitahuan sebelumnya jadi kita bisa siap-siap dulu nampung air,” katanya.

6. Delapan kecamatan memang sudah ditunjuk pemerintah pusat untuk proyek SPAM

Akses Air Bersih Belum Berpihak Warga Pesisir Bandar LampungSPAM Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Direktur Utama PDAM Way Rilau Maidasari mengatakan, KPBU-SPAM Bandar Lampung dengan air baku dari Sungai Way Sekampung dibangun pada 2020 untuk memenuhi kebutuhan air bersih di delapan kecamatan.

Ia menjelaskan, delapan kecamatan tersebut memang sudah ditunjuk oleh pemerintah pusat untuk diberikan proyek SPAM. Sehingga bukan pemda yang menentukan kedelapan kecamatan tersebut.

“Kami memprioritaskan di delapan kecamatan karena daerah tersebut memang belum bisa terlayani dengan baik akses airnya. Mayoritas dari mereka masih menggunakan sumur bor atau sumur resapan,” katanya.

Proyek ini ditargetkan dapat melayani 60.000 sambungan rumah (SR) dalam jangka waktu lima tahun. Sayangnya, Maidasari mengatakan sejak 2020 hingga awal 2024, PDAM Way Rilau baru memberikan akses layanan air bersih kepada 11.820 pelanggan saja.

“Kendalanya itu seperti masih adanya masyarakat dan pelaku usaha yang menggunakan air bawah tanah, belum tercapainya akses pelayanan jaringan pipa air minum di beberapa wilayah, dan kebocoran di wilayah SPAM Bandar Lampung,” ujar Maidasari.

Meski saat ini SPAM baru menjangkau delapan kecamatan saja, ia berharap layanan ini nantinya juga mampu menyuplai air bersih ke kecamatan lainnya sehingga kebutuhan air bersih di Kota Bandar Lampung secara menyeluruh bisa terpenuhi.

Baca Juga: Bandar Lampung Ultah ke 342, Intip Rangkaian Acaranya

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya