56 Bank Sampah Mangkrak di Lampung, Peran Pengelola jadi Kunci Utama

TPA dan TPS bukan solusi masalah sampah

Bandar Lampung, IDN Times - Persoalan sampah plastik makin memprihatinkan. Produksinya terus meningkat di Indonesia setiap tahun. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah sampah nasional mencapai 70 juta ton.

Dari total tersebut, sebanyak 69 persen sampah masuk ke TPA dan hanya 7 persen saja terdaur ulang dengan baik. Daur ulang pun hanya dilakukan pada kemasan plastik bening atau berjenis Polyethylene Terephthalate (PET).

Padahal daur ulang menjadi hal krusial dalam pengelolaan sampah, misalnya dengan skema bank sampah. Jika dilakukan dengan tepat, daur ulang pun bisa menjadi sumber pendapatan ekonomi sirkular. Sayangnya, keberadaan bank sampah di Indonesia justru tidak sepenuhnya terlihat di tengah masyarakat.

Menurut data Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Lampung, saat ini ada sebanyak 151 bank sampah tercatat di Lampung. Namun hanya 94 bank sampah saja yang masih aktif sedangkan 56 bank sampah tak tahu kabarnya.

Data lainnya, ada juga Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) sebanyak 35 unit dan rumah pengomposan sebanyak 21 buah per Tahun 2022.

1. Peran pengelola menjadi kunci mangkrak tidaknya bank sampah

56 Bank Sampah Mangkrak di Lampung, Peran Pengelola jadi Kunci UtamaBank Sampah Emak.id Lampung. (IDN Times/Istimewa)

Sub Koordinator Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Lampung, Achmad Jon mengatakan, mangkraknya 56 bank sampah di Lampung disebabkan beberapa faktor, di antaranya bank sampah tersebut belum menemukan teknik pengelolaan bank sampah dengan baik.

“Seperti cara mengedukasi orang untuk ikut bank sampah dia, rekrutmen nasabah, belum ketemu tekniknya sehingga keanggotaannya seidikit. Kalau keanggotaannya sedikit kan gak ekonomis. Gak bisa berjalan dan akhirnya berhenti,” katanya pada IDN Times, Jumat (6/9/2023).

Achmad menyebutkan, peran pengelola bank sampah juga sangat menentukan keberlangsungan hidup bank sampah. Apakah pengelola dapat mengedukasi masyarakat, menarik minat masyarakat, sampai kemampuan dalam mencari rekanan atau mitra untuk projek bank sampah.

“Seperti Bank Sampah Emak.id, itu perekrutannya bagus. Dia pintar membuat variasi kegiatan sehingga masyarakat tertarik nabung ke bank sampahnya. Terus saya tahu pengelolanya dulu ketua BEM jadi dia temannya banyak, dia ambil kesempatan itu untuk memperluas mitra bank sampahnya,” ujarnya.

2. Lampung baru bisa mengurangi 6,7 persen saja dari 1,6 juta ton per tahunnya

56 Bank Sampah Mangkrak di Lampung, Peran Pengelola jadi Kunci UtamaSub Koordinator Pengelolaan Sampah DLH Provinsi Lampung, Achmad Jon. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Menurut data DLH Provinsi Lampung, setiap tahunnya masyarakat Lampung menghasilkan sampah sebanyak 1,6 juta ton. Dengan jenis sampah plastik sebesar 4 ribu ton. Achmad mengklaim, dari jumlah tersebut baru sebesar 6,75 persen berhasil dikurangi dan sampah tertangani hanya 33,65 persen.

“Strategi pengelolaan sampah itu ada dua garis besar yakni pengurangan dan penanganan. Semua ini ada dalam prinsip 3R. Seperti halnya memakai tumbler supaya tak beli air mineral kemasan itu pengurangan (reduce), lalu menggunakan kembali sampah plastik (reuse) dan pengolahan sampah menjadi barang baru misalnya botol plastik dibuat kerajinan (recycle),” paparnya.

Meski begitu, ia mengatakan dibanding reuse dan recycle, hal paling penting adalah pada tahap reduce. Di mana masyarakat dapat menekan dan mengurangi sampah seminimal mungkin. 

“Itu konsep yang memang digagas KLHK. Jadi di setiap rumah tangga sudah mempraktekan bagaimana sampah dipilah. Jadi manfaatkan sampah yang masih bernilai jual baru sampah yang benar-benar tak bisa diapa-apakan lagi dibuang. Jadi kita mengurangi dari hulunya supaya di hilir ini sudah mudah,” ujarnya.

Baca Juga: Bandar Lampung Baru Bisa Tangani 0,42 Persen Sampah di Bank Sampah 

3. TPA dan TPS bukan solusi permasalahan sampah

56 Bank Sampah Mangkrak di Lampung, Peran Pengelola jadi Kunci UtamaBank Sampah Emak.id Lampung. (IDN Times/Istimewa)

Achmad mengatakan, sebenarnya TPA dan TPS bukan merupakan solusi terbaik untuk mengatasi masalah sampah. Justru TPA dan TPS tanpa pengelolaan lebih lanjut hanya dapat menumpuk sampah lebih tinggi dan menghabiskan banyak biaya.

“KPK, ombudsman, KLHK itu gak menyarankan sampah berujung di TPA. Sampah itu kalau bisa harus selesai di tingkat rumah tangga dengan penerapan 3R. Jadi gak digotong-gotong ke TPS dan TPA. Itu kan biaya semua,” jelasnya.

Agar 3R tingkat rumah tangga berjalan, ia menyarankan agar bank sampah bisa dimasukan ke dalam sistem kebutuhan pokok masyarakat. Contohnya kartu keanggotaan bank sampah dijadikan syarat membuat surat ke kelurahan atau ke kecamatan.

“Belum ada yang adopsi ini. Tapi kemarin saya sudah tawarkan ide ini sama Pertamina di Panjang untuk negosiasikan ke kecamatan biar bisa diterapkan. Dan sebenarnya ini pun bisa diterapkan dengan baik kalau ada komitmen dari wali kota dan bupatinya,” katanya.

4. Skema bank sampah harus disesuaikan dengan keadaan masyarakat

56 Bank Sampah Mangkrak di Lampung, Peran Pengelola jadi Kunci UtamaWASH SDGs Youth Initiative officer SNV Indonesia, Iffah Rachmi. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Hal senada disampaikan salah satu aktivis lingkungan dari Stichting Nederlandse Vrijwilligers (SNV), Iffah Rachmi. Ia mengatakan, inovasi dalam membangun bank sampah memang sangat diperlukan di tengah keberagaman karakter masyarakat.

“Secara garis besar khususnya di Bandar Lampung inisiatif bank sampah itu sudah banyak baik dari pemerintah, swasta, maupun pegiat. Tapi dalam pandangan saya memang masih harus didorong dalam artian harus banyak dievaluasi,” katanya.

Oleh karenanya memang perlu ada diskusi mendalam antar stakeholder untuk mengembangkan skema bisnis sosial bank sampah. Selain itu satu skema tidak bisa diterapkan sama rata pada semua bank sampah.

"Saya ambil contoh tahun lalu, kan kita ada juga inisiasi di kecamatan. Pembelajarannya adalah masyarakat di sana gak semua mau menabung karena kebutuhan masing-masing. Ada yang butuh uang hari itu juga sehingga dia lebih memilih menjual langsung ke pengepul. Jadi mungkin produk uang bisa ganti sayur, minyak dan kebutuhan masyarakat. Intinya adalah skema bank sampah harus disesuaikan dengan keadaan masyarakat,” paparnya.

5. Volume sampah terkumpul oleh bank sampah di Bandar Lampung mencapai 100 ton per bulan

56 Bank Sampah Mangkrak di Lampung, Peran Pengelola jadi Kunci UtamaFounder Bank Sampah Emak.id, Ahmad Khairudin Syam. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Ketua Forum Bank Sampah Lampung sekaligus founder Bank Sampah Emak.id, Ahmad Khairudin Syam menyampaikan, bank sampah miliknya saat ini telah memiliki sekitar 5.600 nasabah dan 250 bank sampah unit di Kota Bandar Lampung, Natar dan Hajimena Lampung Selatan, dan Kabupaten Pesawaran.

“Emak.id merupakan bank sampah induk di Kota Bandar Lampung. Volume sampah yang berhasil dikumpulkan Emak.id itu sekitar 100 ton per bulannya. Tapi jika melihat produksi sampah masyarakat Bandar Lampung yang 800 ton per hari, angka 100 ton per bulan itu masih kecil,” katanya pria akrab disapa Syam ini.

Meski begitu, Syam mengatakan jika semua orang terlalu fokus pada angka persentase dan menyerah di awal hanya karena kontribusi pengurangan sampah dari bank sampah memang tak begitu signifikan, maka tak akan ada bank sampah berjalan hingga saat ini.

“Setidaknya kita mencoba mengurangi. Karena memang tujuan utama bank sampah adalah untuk edukasi, bagaimana sampah itu jangan langsung dibuang semua ke TPA tapi perlu dipilah dulu, lalu manfaatkan sampah yang punya nilai dan pada akhirnya sampah yang masuk TPA itu semakin berkurang,” terangnya.

6. Cara unik menggaet dan menghidupkan bank sampah

56 Bank Sampah Mangkrak di Lampung, Peran Pengelola jadi Kunci UtamaBank Sampah Emak.id Lampung. (IDN Times/Istimewa)

Syam mengatakan, selama kurang lebih tiga tahun Emak.id berdiri, bank sampah ini merintis sendiri dari mulai mencari nasabah hingga pengadaan operasional. Emak.id saat ini sudah memiliki 9 karyawan termasuk dua orang sebagai pengangkut dan penimbang sampah.

“Awal kita bentuk Emak.id itu ada sekitar 500 nasabah yang berhasil kita rekrut. Di tahun kedua itu sudah masuk 2.000 nasabah, dan sekarang sudah 5.600an nasabah. Alhamdulillah memang saat awal kita masuk, warga justru open dengan kita. Hampir 99 persen masyarakat tertarik dengan bank sampah,” ujarnya.

Tak sampai di situ, Syam dan tim Emak.id pun tak kehabisan akal membuat semakin banyak masyarakat mulai ibu-ibu sampai anak-anak mau menabung ke bank sampahnya. Ia mengatakan, Emak.id punya banyak kegiatan menarik sehingga masyarakat senang untuk menabung sampah.

“Pertama kita harus bisa memberikan alasan kuat kenapa mereka harus memilah dan menabung di bank sampah. Setelah mereka yakin, ikuti dengan memberikan program menarik. Kalau di Emak.id itu ada undian kupon berhadiah. Hadiahnya seperti minyak, gula dan sebagainya. Atau untuk anak-anak kita ada ajarkan calistung sama mereka tapi mereka bayarnya musti pakai sampah,” katanya.

7. Bank sampah sebagai sumber perekonomian masyarakat

56 Bank Sampah Mangkrak di Lampung, Peran Pengelola jadi Kunci UtamaBank Sampah Emak.id Lampung. (IDN Times/Istimewa)

Syam mengatakan, meski menabung ke bank sampah tidak membuat kaya raya, namun ada dua keuntungan menabung di bank sampah. Pertama bisa mengurangi sampah dan belajar mengelola sampah. Kedua, hasil keuntungan bank sampah setidaknya bisa dipakai untuk membayar listrik, air, pulsa atau bahkan menabung emas.

“Jadi kalau di sini gak cuma bisa tukar uang. Tapi layanan kita juga ada hasil menabungnya dituker pakai pulsa, gopay, bayar listrik, dan sebagainya. Itu bisa membantu masyarakat karena uang yang seharusnya untuk bayar itu semua bisa dialokasikan untuk kebutuhan lainnya,” jelasnya.

Ia juga menjalin banyak mitra dengan berbagai komunitas maupun produsen untuk menjaring lebih banyak nasabah. Misalnya produsen maggot, komunitas perajin ibu-ibu dan sebagainya.

Sedangkan untuk dukungan pemerintah, Syam mengaku belum pernah ada bantuan berupa dana pemerintah untuk bank sampah Emak.id. Namun September 2023 lalu, Pemerintah Provinsi Lampung sudah mulai membuat forum bank sampah. Bank sampah kini bisa dilibatkan dalam diskusi pengolahan sampah di Lampung bersama pemerintah.

Baca Juga: AJI Bandar Lampung Kecam Pelecehan Seksual di UKPM Teknokra Unila

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya