Pesisir Lampung Timur Diterjang Storm Surge, Ini Penjelasan Pakar

- Storm surge terjadi di Pantai Kerang Mas, Lampung Timur pada 14 Juni 2025, merusak bangunan semi permanen dan dipicu oleh angin kencang yang mendorong air laut ke daratan.
- Menurut pakar Teknik Kelautan dari Institut Teknologi Sumatera, fenomena ini disebabkan oleh dorongan angin kencang yang lebih mudah mengangkat muka air karena perairan dangkal di Lampung Timur.
- Solusi mitigasi yang disarankan adalah strategi jangka panjang berbasis pemetaan risiko, penanaman mangrove, dan peningkatan literasi kebencanaan kepada masyarakat pesisir.
Lampung Timur, IDN Times - Warga Muara Gading Mas, Kecamatan Labuan Maringgai, Lampung Timur, dikejutkan oleh peristiwa limpasan air laut atau storm surge terjadi pada 14 Juni 2025 lalu. Pantai yang biasanya tenang mendadak berubah menjadi riak liar, disapu angin kencang dan ombak besar yang menembus hingga ke daratan, merusak sejumlah bangunan semi permanen di kawasan Pantai Kerang Mas.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis peringatan dini dua hari sebelumnya terkait potensi cuaca ekstrem dengan kecepatan angin mencapai 47 km/jam. Namun, daya rusaknya tetap tak bisa dihindari.
1. Fenomena ini bukan anomali cuaca biasa

Menurut Muhammad Fatkhurrozi, Dosen Teknik Kelautan Institut Teknologi Sumatera (Itera), fenomena ini bukan sekadar anomali cuaca biasa. Storm surge adalah fenomena ilmiah terjadi akibat dorongan angin kencang yang mengarahkan massa air laut ke daratan.
"Perairan dangkal di Lampung Timur memperkuat efek ini karena dorongan angin lebih mudah mengangkat muka air,” jelasnya.
Fatkhurrozi menyebut, dengan pendekatan sederhana berdasarkan kondisi batimetri lokal, tinggi limpasan saat itu diperkirakan mencapai 0,3–0,5 meter. “Angka ini sejalan dengan pengamatan lapangan, meskipun belum diperkuat oleh data sensor profesional,” ujarnya.
2. Pesisir Lampung Timur sudah pernah diterjang gelombang tinggi

Menurut Fatkhurrozi, fenomena limpasan laut seperti ini bukan yang pertama. Pada Juni 2020, kawasan yang sama juga pernah diterjang gelombang tinggi. Hal ini mengindikasikan wilayah pesisir Lampung Timur memiliki kerentanan periodik terhadap bencana laut.
Sebagai solusi, Fatkhurrozi menekankan pentingnya langkah mitigasi yang komprehensif.
“Pemerintah daerah dan pusat harus menyusun strategi jangka panjang berbasis pemetaan risiko. Penanaman mangrove adalah contoh pendekatan semi-keras yang terbukti efektif menahan energi gelombang dan menjaga ekosistem,” katanya.
3. Literasi kebencanaan masyarakat pesisir menjadi kunci

Selain itu, lanjutnya, literasi kebencanaan kepada masyarakat pesisir menjadi kunci. Pengetahuan dasar membaca tanda-tanda cuaca ekstrem bisa menjadi penyelamat di tengah keterbatasan alat pemantauan.
“Lampung Timur adalah kawasan pesisir yang rawan. Storm surge bukan cuma wacana dalam jurnal ilmiah, tapi kenyataan yang terjadi di halaman rumah kita. Kita tidak bisa terus menyalahkan cuaca, tapi harus memperkuat ketahanan,” tambahnya.