Bandar Lampung, IDN Times - Uap panas menyeruak di udara, membawa wangi lauk dan sayur segar dari dapur kecil yang sibuk tepatnya di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Rajabasa Musiraya Jalan Kedelai Nomor 1, Kelurahan Gedongmeneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, Senin (15/9/2025).
Di sudut ruangan, Kepala SPPG Rajabasa Musiraya, Lucyani Putri Wulandari menatap dengan senyum lembut para petugas yang memastikan setiap food tray (nampan) terisi sempurna lauk pauk. Itu lantaran terselip misi setiap hidangan siap menguatkan langkah anak-anak bangsa. Bahkan, di antara denting alat masak dan semangat para pekerja, tersimpan harapan agar gizi bukan lagi kemewahan, melainkan hak yang dijaga bersama.
Lucyani mengatakan, keberadaan dapur SPPG tersebut mulai beroperasi sejak 1 September 2025. Sejak resmi beroperasi, dapur gizi ini setiap harinya berkewajiban mendistribusikan sebanyak 3.029 porsi makanan sehat ke 12 sekolah penerima manfaat mulai dari satuan pendidikan taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), hingga sekolah menengah pertama (SMP).
Meski demikian, jumlah kewajiban penyediaan porsi makanan tersebut nantinya diperkirakan akan menyusut seiring bertambahnya keberadaan jumlah dapur baru. "Ya, kalau porsinya sejauh ini ada di 3.029 meliputi 12 sekolah, tapi kemungkinan nanti kami menyiapkan sekitar 2 ribu sekian, andai dapur umum lainnya nantinya bertambah," kata Lucy sapaan akrabnya.
Terkait menu makanan, Lucy menyebutkan, SPPG Rajabasa Musiraya menyajikan menu terbilang bervariasi dan tidak melulu menyuguhkan menu makanan berkomposi nasi, bahkan pihak sekolah juga kerap memberikan masukan. Selain itu, petugas SPPG setempat juga acapkali menerima saran permintaan menu makanan unik melalui anak-anak sengaja meninggalkan tulisan “surat cinta” di dalam kemasan usai menikmati makanan.
“Anak-anak kadang minta burger, spageti, sampai siomay. Tentu tidak semua bisa dipenuhi, karena ada pertimbangan biaya dan ketentuan makanan. Tapi menu tetap kami variasikan, ada ayam, telur, hingga ikan dori. Semua resep ditangani langsung oleh chef dapur,” jelasnya.
Lucy menegaskan, dapur gizi Rajabasa Musiraya selalu mengutamakan kualitas dan keamanan makanan. Pasalnya, setiap kegiatan diawali dengan rapat persiapan bersama tim, serta melibatkan ahli gizi. Selain itu, SPPG Rajabasa Musiraya komunikasi intensif terus dijaga dengan pihak sekolah, agar pelaksanaan program berjalan dengan lancar dan baik.
“Di dapur ini ada 47 relawan, ditambah tiga orang dari BGN yang terdiri dari kepala SPPG, akuntan, dan ahli gizi. Alhamdulillah, sejauh ini tidak pernah ada kasus keracunan dan kami pastikan apapun yang ditentukan pusat bisa terdistribusi dengan baik,” tegasnya.
Kala perhatian pemerintah memperketat pengawasan dapur umum, SPPG Rajabasa Musiraya di Kota Bandar Lampung mengklaim menjaga kebersihan dan kualitas makanan. Lucy menyebutkan, setiap petugas telah dibekali pengarahan sebelum mulai bekerja. Termasuk memprioritaskan kebersihan dapur sejak persiapan hingga selesai aktivitas memasak. “Bagian memasak sebelum mulai pengolahan makanan area dan alat-alat wajib sudah dibersihkan. Begitu juga saat selesai, area masing-masing harus kembali steril,” ucapnya.
Selain mengandalkan relawan direkrut melalui mitra atau yayasan sesuai juknis BGN, Lucy menyampaikan, turut memberdayakan masyarakat sekitar, guna menunjang sarana meningkatkan ekonomi warga setempat. “Kami juga melibatkan chef yang sudah bersertifikat untuk memastikan standar menu tetap terjaga,” tambahnya.
Terkait sertifikasi, ia menjelaskan saat ini SPPG Rajabasa Musiraya masih dalam proses pemenuhan dokumen. Misalnya sertifikat air, penyimpanan makanan, hingga sanitasi lingkungan. Namun demikian, saat kunjungan Gubernur Lampung beberapa waktu lalu sudah dilakukan pengujian kadar air.
“Alhamdulillah hasilnya PH rendah, tidak ada temuan bermasalah. Untuk instalasi pengolahan air limbah juga sudah aman. Sambil menunggu sertifikat, kami tetap mengedepankan operasional sesuai SOP,” jelasnya.
Adanya dinamika kasus keracunan di sejumlah daerah, Lucy menegaskan pengawasan distribusi bahan makanan hingga penyajian ke sekolah terus diperketat. Evaluasi rutin juga dilakukan dengan meminta konfirmasi langsung dari pihak sekolah jika ditemukan kendala. “Intinya harus tetap terkontrol. Kebersihan dijaga ketat, bahan baku harus sesuai permintaan, dan distribusi selalu kami pantau. Kalau ada permasalahan, pihak sekolah langsung follow up ke kami,” imbuh dia.
