Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Momen warga Muhammdiyah Bandar Lampung usai melaksanakan salat Idul Fitri 1444 H di Masjid Muhammadiyah Baiturrahim, Jumat (21/4/2023). (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).
Momen warga Muhammdiyah Bandar Lampung usai melaksanakan salat Idul Fitri 1444 H di Masjid Muhammadiyah Baiturrahim, Jumat (21/4/2023). (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Intinya sih...

  • Perbedaan metode hisab dan rukyahTerkait penetapan awal Ramadan, Muhammadiyah menggunakan hisab sementara pemerintah memakai rukyatul hilal.

  • Sosialisasi ke daerah hingga amal usaha MuhammadiyahPWM Lampung menyampaikan informasi penetapan awal Ramadan ke seluruh pimpinan daerah Muhammadiyah.

  • Sikapi perbedaan sebagai hal wajarMuhammadiyah menegaskan perbedaan dengan pemerintah atau ormas Islam lain merupakan hal wajar dan tidak perlu dipermasalahkan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah resmi mengumumkan dan menetapkan awal Ramadan 1447 Hijriah jatuh Rabu, 18 Februari 2026 Masehi dan Hari Raya Idul Fitri pada Jumat, 20 Maret 2026.

Penetapan tersebut tertuang dalam Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 2/MLM/I.0/E/2025 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1447 Hijriah.

Maklumat itu juga ditandatangani langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dan Sekretaris Umum, Ahmad Sayuti, pada 22 September 2025.

"Pasti, kami mengikuti dan menindaklanjuti maklumat tersebut," ujar Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Lampung, Prof Sudarman dikonfirmasi, Sabtu (25/10/2025).

1. Perbedaan metode hisab dan rukyah

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Provinsi Lampung, Prof Sudarman. (IDN Times/Istimewa).

Terkait maklumat tersebut, Sudarman menjelaskan, perbedaan metode penetapan dengan pemerintah menjadi alasan Muhammadiyah bisa mengumumkan tanggal awal Ramadan dan Idul Fitri jauh lebih cepat.

“Kalau Kementerian Agama memakai rukyatul hilal yang harus melihat langsung hilal. Sedangkan Muhammadiyah menggunakan hisab atau perhitungan astronomi," katanya dikonfirmasi.

Pascamelalui penghitungan secara cermat, ia melanjutkan penetapan tersebut bisa diumumkan dari jauh hari, agar masyarakat bisa mempersiapkan diri menyambut hari awak Ramadan, Idul Fitri, maupun Idul Adha.

"Bila Kementerian Agama menggunakan kriteria Imkanur Rukyah, di mana hilal harus dapat dilihat terlebih dahulu. Maka melihat bulan itu tidak bisa jauh-jauh hari, tapi baru di tanggal 29 Syaban. Lalu diputuskan dalam sidang isbat. Itulah perbedaan mendasar antara metode hisab dan rukyah,” terangnya.

2. Sosialisasi ke daerah hingga amal usaha Muhammadiyah

Ilustrasi Idul Fitri (pexels.com/Photo by Mohit Hambiria)

Setelah menerima maklumat resmi dari PP Muhammadiyah, Sudarman menyampaikan, PWM Lampung langsung meneruskan informasi itu ke seluruh pimpinan daerah Muhammadiyah kabupaten/kota, organisasi Aisyiyah, majelis, lembaga, dan amal usaha Muhammadiyah.

“Kami juga menyampaikan melalui berbagai forum seperti pertemuan pimpinan dan pengajian umum. Bahkan di lembaga pendidikan dan amal usaha Muhammadiyah juga disosialisasikan, agar warga Muhammadiyah dan Aisyiyah terinformasi dengan baik,” ucap dia.

Menurutnya, sosialisasi dini ini penting agar umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah dapat mempersiapkan diri secara spiritual. "Harapannya masyarakat bisa meningkatkan kualitas ibadah dari tahun ke tahun," lanjut dia.

3. Sikapi perbedaan sebagai hal wajar

Momen warga Muhammdiyah Bandar Lampung usai melaksanakan salat Idul Fitri 1444 H di Masjid Muhammadiyah Baiturrahim, Jumat (21/4/2023). (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Menanggapi kemungkinan adanya perbedaan dengan pemerintah atau ormas Islam lain, Sudarman menegaskan, warna-warni perbedaan merupakan hal wajar dan tidak perlu dipermasalahkan.

“Kita tidak perlu khawatir dengan perbedaan tersebut. Yang penting, sebagai warga Muhammadiyah kita harus dewasa dalam menyikapinya. Mudah-mudahan umat Islam di luar Muhammadiyah juga bisa bersikap sama,” imbuhnya.

Editorial Team