ilustrasi konsultasi kesehatan reproduksi (freepik.com/freepik)
Dokter Spesialis Gizi Klinis, Karin Wiradarma menjelaskan, 90 persen BPA yang masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan oleh tubuh melalui urine dan feses. Sedangkan 10 persen sisanya masih sangat kecil dan jauh dari ambang batas aman untuk dapat mengganggu kesehatan.
Badan kesehatan, seperti FDA (Food and Drug Administration) dan WHO (World Health Organization), menetapkan ambang batas paparan BPA yang masih dalam batas aman. Penggunaan galon polikarbonat yang sesuai standar tidak menghasilkan paparan BPA yang melebihi batas ini, sehingga aman digunakan.
Pengamat Hukum Persaingan Usaha, Dr Ningrum Sirait mensinyalir, ramainya isu BPA belakangan dapat saja dipicu oleh adanya persaingan merebut pasar AMDK. Masyarakat diminta untuk aktif mencari informasi dan lebih cerdas dalam menyikapi isu tersebut.
Perlu diperhatikan adalah penelitian terkait BPA tidak pernah dilakukan spesifik pada BPA dalam galon, namun secara umum pada kemasan berbahan BPA seperti botol susu, kemasan makan dan lainnya. Secara keseluruhan, ada banyak kemasan pangan yang menggunakan BPA lebih tinggi dari pada galon.
Dari fakta fakta di atas dapat disimpulkan belum ada bukti sangat kuat memperlihatkan hubungan antara berbagai penyakit dengan migrasi BPA pada kemasan galon air minum yang digunakan sehari hari. Penting untuk dicatat, BPA yang masuk ke dalam tubuh akan melalui proses metabolisme, di mana tubuh akan memecah dan mengeluarkannya secara otomatis melalui urin.