Pabrik Pengolahan Karet (PPK) PTPN VII Unit Tulungbuyut di Desa Kalipapan, Kecamatan Tulungbuyut, Kabupaten Way Kanan. (IDN Times/Istimewa).
Beberapa poin penting dilakukan Agus bersama tim dari hilir, ia mempersyaratkan bahan baku berupa lateks dan karet remah (beku) dengan kualitas terbaik, tanpa kontaminan, dan treatmen yang tepat. Aspek ini membutuhkan pembinaan dan pengawasan yang ketat oleh para mandor dan asisten tanaman yang bergelut di kebun (on farm).
Bersamaan dengan penjagaan kualitas, penambahan kuantitas atau jumlah produksi getah juga terus ditingkatkan. Hal ini dilakukan selain agar kapasitas terpasang pada pabrik yang mengolahnya tercukupi dan terhindar dari idle capacity, juga agar produktivitas secara keseluruhan bisa ditingkatkan.
“Pabrik kita mengolah lateks untuk menghasilkan karet kualitas tinggi atau high grade berupa RSS (ribbed smoked sheet), SIR-20 (Standard Indonesian Rubber) low grade yang berbahan baku karet beku. Jadi, selain mengejar jumlah produksi, kami harus pastikan lateks dan crumb rubber, juga bokar tanpa kontaminan. Ini sangat kami jaga jangan sampai lolos,” kata manajer yang pernah menjadi General Manager Distrik Bengkulu itu.
Aspek kedua, menurut Agus adalah memastikan performa pabrik sesuai dengan kapasitas terpasang, bahkan lebih. Dia mengatakan, teknologi pengolahan karet menjadi bahan baku industri tidak serumit teknologi tinggi lain dan lebih banyak yang manual mekanis konvensional. Hal itu juga yang menguatkan bahwa serangkaian elemen pabrik yang dibangun Zaman Belanda masih berfungsi dengan baik.
Ia mencontohkan, tungku pengasapan dengan bahan bakar kayu yang dibangun 1930 masih difungsikan dengan baik. Dengan teknik sederhana, oven ini menghasilkan lembar-lembar karet kualitas ekspor yang sangat diminati pasar dunia.
“Meskipun kami masih pakai teknologi lama, produk karet kami diburu buyer dari mancanegara. Beberapa tahun lalu muncul karet sintetik, tetapi sekarang para kembali pakai karet alam. Bukannya sombong, karet kami ini dibeli pabrikan brand terkenal yang memproduksi ban pesawat terbang, ban mobil balap, dan brand kelas dunia lainnya,” tambahnya.
Aspek ketiga, menurut Agus, adalah membangun tim yang mempunya visi yang kuat. Agus memberi catatan khusus kepada aspek ini karena manyangkut soft skill atau kepiawaian yang bersifat individualis-subjektif.