ilustrasi bercerita pada psikolog (pixabay.com/olegsturm)
Disampaikan Cindani, klien usia remaja yang melakukan konseling di kliniknya dari tahun ke tahun meningkat. Terutama, paling signifikan setelah pandemik COVID-19. Hal itu menunjukkan kesadaran mereka meningkat untuk datang ke psikolog. Menurutnya, hampir 80 persen klien pada usia anak remaja tersebut masih dalam permasalahan kategori umum dan kategori ringan ke sedang. Sehingga, prosesnya bukan hanya terapi kategori ringan ke sedang tapi juga untuk untuk pengembangan diri proses belajar.
“Paling banyak datang dengan orang tua. Biasanya orang tua ini sudah membawa ke dokter atau spesialis anak dulu kemudian baru disarankan anak-anak ini menemui psikolog atau psikiater. Tapi anak-anak remaja juga sudah mulai memiliki kesadaran untuk mendatangi profesional jika merasa ada yang aneh dalam dirinya,” terangnya.
Menurutnya, ditengah kemajuan teknologi pesat ini, akses mendatangi psikolog atau psikiater menjadi lebih mudah. Meski di Lampung terutama di daerah-daerah pedesaan masih minim tenaga kesehatan mental, kini sudah banyak psikolog bersertifikat mengadakan konseling secara online dengan biaya terjangkau dan jarak mudah diakses.
Cindani berharap, pemerintah dan psikolog bisa mengambil peran bersama untuk terus menyuarakan dan menyadarkan bahwa, teman-teman klien dengan permasalahan psikologis ini ada dan kasusnya nyata.
"Harapannya bisa lebih digencarkan lagi untuk memahamkan bahwa mereka perlu sekali uluran tangan kita untuk bisa bertahan menjalani perkembangan usia. Sehingga mereka bisa bermanfaat dan berkontribusi di masyarakat. Minimal mereka mampu beradaptasi sehingga minim kejadian yang melukai diri sendiri atau orang sekitar," harapnya.