Radin Inten II, Tak Kenal Ayah Kandung, Gugur Dikhianati Kerabat

Pahlawan nasional asal Lampung

Bandar Lampung, IDN Times – Tak pernah mengenal ayah kandung dari sejak dalam kandungan ibu, berjuang melawan penjajah Belanda, tewas dikhinati kerabat, hingga diabadikan menjadi nama bandar udara serta perguruan tinggi adalah kisah hidup pahlawan nasional asal Lampung Radin Inten II.

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalamanan unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

1. Tak pernah mengenal ayah kandung

Radin Inten II, Tak Kenal Ayah Kandung, Gugur Dikhianati KerabatSilsilah keluarga Radin Inten II (Indra Pradya/duniaindra.com)

Radin Inten II lahir di Negara Ratu 1 Januari 1834 (wilayah Kecamatan Natar, Lampung Selatan). Ia adalah putra tunggal Radin Imba II (1828-1834). Radin Imba II adalah putra sulung Radin Inten I gelar Dalam Kesuma Ratu IV (1751-1828). Merujuk hal itu, Radin Inten II adalah cucu dari Radin Inten I.

Berdasarkan penelitian, Radin Inten II masih keturunan Fatahillah yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati dari perkawinannya dengan Putri Sinar Alam, seorang putri dari Minak Raja Jalan Ratu dari Keratuan Pugung, cikal-bakal pemegang kekuasaan di keratuan tersebut.

Lantaran sang ayah Radin Imba II memimpin perlawanan bersenjata menentang kehadiran Belanda di Lampung, ditangkap dan diasingkan ke Pulau Timor. Kala itu, sang istri yakni Ratu Mas sedang hamil tua (mengandung Radin Inten II) dan tidak dibawa ke pengasingan. Kondisi itu membuat Radin Inten II tidak pernah mengenal ayah kandungnya.

Kendati demikian, sang ibu kerap menceritakan perjuangan ayahnya melawan penjajah. Saat Radin Inten II dinobatkan sebagai Ratu Negara Ratu, ia melanjutkan perjuangan memimpin rakyat di daerah Lampung untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayahnya. Perjuangannya didukung secara luas oleh rakyat daerah Lampung dan mendapatkan bantuan dari daerah lain, seperti Banten.

Tokoh asal Banten yang membantu perjuanan Radin Inten II adalah H Wakhi. Radin Inten II mengangkat H Wakhia sebagai penasihatnya. Diketahui H  Wakhia menggerakkan perlawanan di daerah Semangka dan Sekampung dengan menyerang pos-pos militer Belanda. Tokoh lain yang juga menjadi pendukung utama Radin Inten II ialah Singa Beranta, Kepala Marga Rajabasa.

2. Belanda mainkan taktik tawarkan perjanjian, menghasut penduduk membenci Radin Inten II

Radin Inten II, Tak Kenal Ayah Kandung, Gugur Dikhianati KerabatPinterest.com

Sejak 1851 hingga Oktober 1856, Radin Inten II bersama pasukannya terlibat dalam berbagai pertempuran melawan Belanda. Radin Inten II memperkuat benteng-benteng yang sudah ada dan membangun benteng-benteng baru. Benteng-benteng ini dipersenjatai dengan meriam, lila, dan senjata-senjata tradisional.

Bahkan untuk bahan makanan seperti beras dan ternak disiapkan dalam benteng untuk menghadapi perang yang diperkirakan akan berlangsung lama. Semua benteng tersebut terletak di punggung gunung yang terjal, sehingga sulit dicapai musuh. Beberapa panglima perang ditugasi memimpin benteng-benteng tersebut. Singaberanta, misalnya, memimpin benteng Bendulu, sedangkan Radin Inten II sendiri memimpin benteng Ketimbang.

Belanda seolah tak kehabisan akal demi menghentikan perlawanan Radin Inten II dan pasukannya. Menawarkan perjanjian, menghasut penduduk untuk membenci Radin Inten II, mengadu domba antar penduduk, dan sebagainya mencari cara dilakukan para penjajah. Tapi beragam cara itu tak mampu menghentikan perjuangan Radin Inten II.

Baca Juga: 5 Negara Pertama Mengakui Kemerdekaan Indonesia

3. Radin Inten II mainkan taktik sebar berita palsu demi kecoh Belanda

Radin Inten II, Tak Kenal Ayah Kandung, Gugur Dikhianati KerabatIlustrasi Merdeka (IDN Times/Mardya Shakti)

Kolonel Watson adalah pemimpin pasukan Belanda yang paling getol menyerang Radin Inten II dan pasukannya. Radin Inten dan pasukannya pun tak kalah cerdik menghalau serangan penjajah.  Iring–iringan kapal perang Belanda dicegat pasukan Radin Inten menuai sukses. Sementara pasukan Belanda yang mengincar benteng-benteng kubu pertahanan Radin Inten II bak bertepuk sebelah tangan.

Selama periode pertempuran, Kolonel Watson tak mengenal kata lelah untuk mencari Radin Inten II. Sebaliknya, untuk mengacaukan pasukan Belanda, Radin Inten II menyebarkan berita-berita palsu melalui orang-orang kepercayaannya. Beredar berita bahwa ia sudah menyerah di Way Urang.

Welson pun segera menuju Way Urang. Ternyata, orang yang dicarinya tidak ada di tempat itu. Seorang perempuan melaporkan pula bahwa Radin Inten II ada di Rindeh dan hanya ditemani oleh beberapa orang pengikutnya. Berita itu pun ternyata berita bohong. Suatu kali, Belanda mengetahui tempat persembunyian Radin Inten II. Tempat itu pun dikepung di bawah pimpinan Kapten Kohler. Akan tetapi, Radin Inten II berhasil meloloskan diri.

4. Radin Inten II saat sedang santap makanan diserang Radin Ngerapat dan anak buahnya

Radin Inten II, Tak Kenal Ayah Kandung, Gugur Dikhianati KerabatMakam Radin Inten II (Indra Pradya/duniaindra.com)

Sampai bulan Oktober 1856 sejak Belanda melancarkan operasi militer, satu demi satu benteng pertahanan Radin Inten II berhasil mereka duduki. Namun, Radin Inten II masih belum tertangkap. Sementara itu, Belanda mendapat laporan Radin Inten II sudah pergi ke bagian utara Lampung, menyeberangi Way Seputih. Berita lain mengabarkan bahwa Singaberanta berada di Pulau Sebesi.

Akhirnya, Welson menemukan cara lain. Ia berhasil memperalat Radin Ngerapat. Maka pengkhianatan pun terjadi. Radin Ngerapat mengundang Radin Inten II untuk mengadakan pertemuan. Pertemuan itu ingin membicarakan bantuan yang diberikannya kepada Radin Inten II.

Tanpa curiga, Radin Inten II memenuhi undangan itu. Pertemuan diadakan malam tanggal 5 Oktober 1856 di suatu tempat dekat Kunyanya. Radin Inten II ditemani oleh satu orang pengikutnya. Radin Ngerapat disertai pula oleh beberapa orang. Akan tetapi, di tempat yang cukup tersembunyi, beberapa orang serdadu Belanda sudah disiapkan untuk bertindak bila diperlukan.

Radin Ngerapat mempersilahkan Radin Inten II dan pengiringnya memakan makanan yang sengaja dibawanya terlebih dahulu. Pada saat Radin Inten menyantap makanan tersebut, secara tiba-tiba ia diserang oleh Radin Ngerapat dan anak buahnya. Perkelahian yang tidak seimbang pun terjadi.

Serdadu Belanda keluar dari tempat persembunyiannya dan ikut mengeroyok Radin Inten II. Radin Inten II wafat dalam perkelahian itu karena pengkhianatan yang dilakukan oleh orang sebangsanya. Saat malam kejadian, mayatnya yang masih berlumuran darah diperlihatkan kepada Kolonel Welson.

5. Meninggal usia muda 22 tahun

Radin Inten II, Tak Kenal Ayah Kandung, Gugur Dikhianati KerabatPatung Radin Inten II (seruit.id)

Radin Inten II meninggal di Negara Ratu, Lampung, 5 Oktober 1856 pada umur 22 tahun. Makam Raden Inten II terletak di Desa Gedung Harta dikenal dengan nama Benteng Cempaka, jarak tempuh 18 kilometer (km) dari Kalianda, Lampung Selatan.

Makam pahlawan ini sampai sekarang masih ramai dikunjungi masyarakat. Di area gerbang masuk makam, terpajang diorama di sisi kiri dan kanan mengisahkan perjuangan Radin Inten II melawan penjajah. Masuk di pelataran dalam area makam, ada patung Radin Inten II berdiri megah. Di dalam area makam juga terdapat rumah yang menyimpan banyak benda bersejarah.

Pada 1986 Pemerintah Republik Indonesia menganugerahinya gelar pahlawan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 082 Tahun 1986 tanggal 23 Oktober 1986. Namanya diabadikan sebagai Bandar Udara Internasional Radin Inten II dan perguruan tinggi Universitas Islam Negeri Radin Inten. Nama pahlawan nasional ini juga diabadikan menjadi jalan protokol di Bandar Lampung dan beberapa kabupaten lainnya.

Baca Juga: Kisah Sukarno, Sakit Malaria Saat Bacakan Naskah Proklamasi

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya