Pijar Asa Pemanfaatan PLTS di Lampung, Dilirik ITERA dan Sektor Swasta

Energi alternatif ramah lingkungan dan hemat biaya listrik

Bandar Lampung, IDN Times - Kehadiran Energi Baru Terbarukan (EBT) tentu tidak terlepas dari target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 telah disuarakan pemerintah. Tidak hanya itu, beralih menggunakan energi baru terbarukan seperti energi surya dalam kegiatan bisnis dinilai mampu meningkatkan eksistensi industri dan bisnis di pasar global.

Itu mengingat, tuntutan publik semakin mengedepankan produk ramah lingkungan dan berkelanjutan. Seperti halnya pemanfaatan energi surya melalui pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hadir sebagai pilihan alternatif bagi sektor industrial dalam mensuplai energi listrik untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya dan sektor lainnya seperti pendidikan untuk efisiensi biaya operasional.

Lebih dari itu, selain menjadi energi alternatif menawarkan keramahan lingkungan, pemasangan PLTS diketahui mampu menciptakan optimasi bisnis melalui penghematan biaya listrik. Menariknya, di Provinsi Lampung, PLTS mencuri perhatian sektor pendidikan yakni Institut Teknologi Sumatera (ITERA) dan sektor swasta PT Visi Prima Artha, sebagai perusahaan bergerak di bidang industriwoven bags atau karung plastik dan Flexible Intermediate Container Bag (FICB).

ITERA memiliki PLTS berkapasitas 1 Megawatt-peak (MWp) beroperasi di kampus setempat wilayah Kabupaten Selatan. Sedangkan PT Visi Prima Artha mengoperasikan PLTS Atap berkapasitas 544,18 kWp di kantor berlokasi di Kota Bandar Lampung. Beroperasinya PLTS di lingkungan kampus dan perusahaan ternyata memberikan beragam manfaat positif memanfaatkan menggunakan energi baru terbarukan seperti energi surya. Berikut ulasan selengkapnya.

ITERA punya 3.036 panel surya, kurangi emisi karbon hingga 5.600 ton CO2 per tahun

Pijar Asa Pemanfaatan PLTS di Lampung, Dilirik ITERA dan Sektor SwastaPembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kampus Institut Teknologi Sumatera (ITERA) dibangun dari 3.036 panel surya dan berkapasitas 1 Megawatt-peak (MWp). (Dok. ITERA).

PLTS di kampus ITERA dibangun atas kerja sama ITERA, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dan PT Surya Utama Nuansa (SUN) Energy, di kawasan kampus ITERA dan diresmikan 7 Januari 2021.

PLTS ITERA dibangun dari 3.036 panel surya dan menghasilkan energi listrik sebesar 4 Megawatt hour (MWh) per hari dan mampu mengurangi emisi karbon hingga 5.600 ton CO2 per tahun. Dengan memiliki PLTS tersebut, ITERA telah mampu memenuhi 50% kebutuhan energi listrik secara mandiri. Bahkan, energi listrik tersebut di suplai untuk memenuhi kebutuhan energi listrik ke 3 gedung di ITERA yaitu Gedung Kuliah Umum 1, serta Gedung Laboratorium Teknik 1 dan 2.

Mantan Rektor ITERA Prof Mitra Djamal, menyampaikan, pendirian PLTS ITERA adalah ide almarhum Rektor ITERA Prof Ofyar Z Tamin memiliki keinginan besar ITERA menjadi eco green campus di masa mendatang.

“Almarhum pak rektor melihat, ITERA perlu memiliki PLTS sekaligus laboratorium. Meski dengan kendala dan tantangan ITERA sebagai kampus baru dan berstatus satker, namun kami membuktikan bisa membuat PLTS ini dengan bekerjasama dengan SUN Energy dan Wika,” cerita Mitra, Selasa (18/10/2022).

Pendirian laboratorium PLTS terbesar di Indonesia lanjutnya, ITERA bertekad mengembangkan penelitian di bidang energi terbarukan, dan bercita-cita mendorong 100 kampus lain di Sumatra dan 500 kampus di Indonesia untuk mempunyai PLTS dan laboratorium energi surya.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 1 Mwp dimiliki ITERA bahkan menjadi percontohan pengembangan energi terbarukan di tingkat nasional. Tak hanya itu sebagai pusat laboratorium pembelajaran dan penelitian energi terbarukan kampus ini juga mendapat apresiasi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, melalui Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam.

“Kami sangat mengapresiasi ITERA dan SUN Energy yang sudah mengembangkan PLTS dan laboratorium 1 Mwp di kampus ITERA. Mudah-mudahan inovasi ini memicu lahirnya kampus-kampus mandiri energi ke depannya,” kata Nizam.

Nizam menyebut, perguruan tinggi memiliki peran penting mendorong pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Untuk itu, sudah semestinya kampus menyediakan laboratorium energi terbarukan sebagai pusat pembelajaran dan untuk melahirkan riset dan inovasi di bidang energi.

“Dengan adanya laboratorium energi terbarukan di kampus, maka bisa menjadi lokasi eksperimen, dan membuat prototipe, untuk menuju kampus mandiri energi,” terangnya.

PLTS ITERA dimanfaatkan mahasiswa Sumatra dan Jawa untuk praktikum, observasi dan penelitian

Pijar Asa Pemanfaatan PLTS di Lampung, Dilirik ITERA dan Sektor SwastaKeberadaan PLTS berkapasitas 1 MWp di kampus ITERA terus dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk praktikum, observasi, dan penelitian. (Dok. ITERA).

Keberadaan PLTS berkapasitas 1 MWp di kampus ITERA terus dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk praktikum, observasi, dan penelitian. Tidak hanya mahasiswa ITERA, mahasiswa dari kampus lain di Sumatra hingga Pulau Jawa, turut memanfaatkan laboratorium PLTS terbesar di Indonesia ini.

Mahasiswa Program Studi Teknik Sistem Energi (TSE) ITERA yang juga asisten di UPT PLTS ITERA, Ahmad Rafi Apriliawan menjelaskan, selama ini laboratorium PLTS kerap dijadikan lokasi praktikum beberapa mata kuliah di Prodi TSE. Para mahasiswa melakukan kegiatan observasi di PLTS  dibangun di lahan seluas 1 hektare dengan 3.036 panel surya tersebut. Tidak hanya mahasiswa ITERA saja yang melakukan kegiatan di PLTS ITERA, mahasiswa Prodi Fisika Universitas Lampung juga pernah melakukan kegiatan penelitian.

“Beberapa mahasiswa ada yang sedang menyusun tugas akhir  atau kuliah praktik seperti dari Prodi Teknik Elektro ada meneliti monitoring kualitas PLTS hingga membuat robot pembersih PLTS,” ujar Rafi sapaan akrabnya.

Lebih lanjut Rafi menjelaskan, selain dimanfaatkan oleh mahasiswa dari berbagai program studi, saat ini di ITERA juga telah terbentuk komunitas Society of Renewable Energy (SRE). Komunitas jejaring nasional menghimpun para mahasiswa tertarik dengan energi terbarukan. Komunitas SRE kerap melakukan kegiatan di PLTS ITERA, seperti site visit PLTS hingga sebagian anggotanya menjadi asisten di UPT PLTS ITERA.

“Beberapa mahasiswa ada yang sedang menyusun tugas akhir  atau kuliah praktik seperti dari Prodi Teknik Elektro ada meneliti monitoring kualitas PLTS hingga membuat robot pembersih PLTS.

Kepala UPT PLTS ITERA, Dr. Sabhan Kanata, menjelaskan, saat ini UPT PLTS ITERA telah memiliki asisten merupakan mahasiswa dari berbagai program studi seperti Teknik Elektro, Kimia, Fisika, Teknik Fisika, dan Teknik Sistem Energi. PLTS juga sudah aktif dimanfaatkan oleh mahasiswa, khususnya Prodi Teknik Elektro melakukan praktik dan studi independen.

“Sudah ada beberapa melakukan kuliah praktik dan penelitian seperti dari Unila. Beberapa juga ada yang sedang mengajukan penelitian, seperti mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Lampung, hingga Institut Teknologi Yogyakarta,” ujar Dr. Sabhan.

Bagi mahasiswa ITERA dan kampus lain yang tertarik memanfaatkan PLTS ITERA, menurut Dr. Sabhan prosedurnya cukup mudah yaitu membuat surat permohonan dengan melampirkan surat persetujuan dari instansi asal, dan mengirimkan rencana topik penelitian melalui email plts@itera.ac.id. Setelah proposalnya disetujui, UPT PLTS ITERA akan mengirimkan surat persetujuan dan penetapan jadwal.

Dr. Sabhan berharap, keberadaan UPT PLTS ITERA, semakin banyak inovasi di bidang energi surya dihasilkan dan bermanfaat bagi masyarakat. Untuk sementara ini, beberapa inovasi yang sedang diciptakan diantaranya pembuatan solar tracker dual Axis PLTS, active cooler PLTS, dan robot cleaner PLTS. Semuanya inovasi yang diciptakan berbasis automasi dan memanfaatkan Internet of Things (IoT).

Chief Commercial Officer SUN Energy, Dion Jefferson, menyampaikan, SUN Energy selalu mendukung kampus dalam mengembangkan energy ramah lingkungan. Hal tersebut dilakukan agar kampus-kampus di Indonesia dapat mencetak SDM berkualitas dan unggul, untuk bersaing di bidang energi terbarukan.

“Kerja sama akan terus dikolaborasikan dengan kampus-kampus lain untuk membuat laboratorium, seperti yang saat ini ada di ITERA,” ujar Dion.

3. PLTS Atap PT Visi Prima Artha kapasitas 544,18 kWp

Pijar Asa Pemanfaatan PLTS di Lampung, Dilirik ITERA dan Sektor SwastaPT Visi Prima Artha menggandeng SUN Energy untuk instalasi PLTS Atap. (Dok. SUN Energy).

Bagaimana dengan pengoperasian PLTS Atap di PT Visi Prima Artha? Ternyata, PT Visi Prima Artha menggandeng SUN Energy untuk instalasi PLTS Atap di pabrik perusahaan tersebut. Director of Sales & Marketing PT Visi Prima Artha, Vicky Gunawan mengatakan, kapasitas PLTS Atap di perusahaan ini sebesar 544,18 kWp. Ini setara dengan pengurangan emisi karbon sebesar 497 ton per tahun dan bahkan setara dengan menanam pohon sebanyak 7.488.

"Kami berterima kasih atas dukungan berbagai pihak, sehingga pada hari ini kami dapat meresmikan PLTS Atap yang menjadi wujud komitmen keberlanjutan PT Visi Prima Artha," jelasnya beberapa waktu lalu.

Dion Jefferson selaku Chief Commercial Officer SUN Energy menjelaskan, optimasi biaya operasional melalui pemasangan PLTS pada sektor industrial dan komersial tentu telah dibuktikan oleh banyaknya perindustrian telah beralih menggunakan energi surya. Ia menyatakan, instalasi PLTS Atap di PT Visi Prima Artha ini merupakan portofolio ke-10 di Pulau Sumatera.

Sebelumnya, proyek SUN Energy di Pulau Sumatra tersebar di kota Palembang, Jambi, Riau, Medan, Pematangsiantar, dan Lampung. Dengan opsi pembiayaan yaitu SUN Rental, para pelanggan SUN Energy seperti PT Visi Prima Artha, bisa langsung memiliki sistem PLTS tanpa mengeluarkan biaya instalasi dan pemeliharaan.

Secara terintegrasi, SUN Energy akan melakukan studi, gambar enjiniring, instalasi, hingga pemeliharaan di lokasi konsumen dalam kurun waktu tertentu. "Data kami menunjukkan, lebih dari 90 persen para pelanggan memilih sistem SUN Rental dan mereka bisa mendapatkan penghematan biaya listrik hingga 30 persen setiap bulannya,” papar Dion.

4. Peran strategis perlu dilakukan berbagai pihak mengakselerasi pemanfaatan energi baru terbarukan

Pijar Asa Pemanfaatan PLTS di Lampung, Dilirik ITERA dan Sektor SwastaPembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kampus Institut Teknologi Sumatera (ITERA) dibangun dari 3.036 panel surya dan berkapasitas 1 Megawatt-peak (MWp). (Dok. ITERA).

Dion menyatakan, komitmen untuk terlibat langsung dalam aksi pengurangan dampak perubahan iklim membutuhkan kolaborasi dari seluruh sektor. Nyatanya, pemanfaatan energi surya ini selain sebagai langkah nyata mengurangi penggunaan energi fosil.

"Juga memberikan nilai lebih lainnya bagi perusahaan seperti optimasi biaya, reputasi, hingga kepercayaan dari konsumen. SUN Energy akan terus memperluas pemanfaatan energi surya di berbagai kota demi mewujudkan Indonesia yang ramah lingkungan," katanya.

Dion menambahkan, pentingnya peran strategis perlu dilakukan oleh berbagai pihak dalam mengakselerasi pemanfaatan energi baru terbarukan dan mendukung pemenuhan target bauran energi sebesar 23 persen pada tahun 2025 mendatang.

Senior Manager Perencanaan PLN UID Lampung, Agus Prasetyo menjelaskan, pemanfaatan energi bersih untuk menjadi sumber listrik di Provinsi Lampung penting. Hingga saat ini telah tercatat 12 pelanggan telah memanfaatkan PLTS Atap di Provinsi Lampung.

Terbesar yaitu PLTS di Institut Teknologi Sumatera (ITERA) berkapasitas 1 MWp, dan selanjutnya PT Visi Prima Artha dengan kapasitas 544,18 kWp yang keduanya dikembangkan oleh SUN Energy dan tentunya tersambung (on-grid) dengan PLN.

"Kami terus mendukung bagi para pelanggan yang ingin menggunakan PLTS Atap dengan regulasi tertentu sebagai bagian dari upaya bauran energi di Indonesia,” jelas Agus.

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya