Pabrik Mampu Giling 7.000 Ton Tebu per Hari

Kebun tebu PTPN VII seluas lebih dari 10 ribu hektare

Bandar Lampung, IDN Times - Tim Inspektorat Komoditas Tebu PTPN Holding berkunjung ke Patok 91, Afdeling III, Perkebunan Tebu PG Bungamayang, Lampung Utara, beberapa waktu lalu. Kunjungan tim yang dipimpin Daniyanto bertujuan untuk memastikan proyek pembangunan embung penyimpan air itu sesuai rencana.  

Turut hadir dalam kegiatan itu Direktur PTPN VII Doni P Gandamihardja dan Direktur PT Buma Cima Nusantara (BCN), Putu Sukarmen. Rombongan juga menyempatkan mendayung getek kayu untuk sekadar mengecek luas dan kedalaman danau.

Di pinggir danau buatan seluas lebih satu hektare itu ada pohon Bunut setinggi sekira 12 meter. Pada ketinggian sekitar delapan meter di pohon tersebut dipasang sebentuk shelter bordes. Itu difungsikan menjadi menara lengkap dengan tangga guna memantau kebun tebu.

1. Luas kebun tebu lebih 10 ribu hektare

Pabrik Mampu Giling 7.000 Ton Tebu per HariSuasana area Patok 91, Afdeling III, Perkebunan Tebu PG Bungamayang, Lampung Utara. (IDN Times/Istimewa)

PG Bungamayang milik PTPN VII yang kini dikelola PT BCN, salah satu anak perusahaannya dibangun kebun tebu seluas lebih dari 10 ribu hektare dengan satu unit pabrik berkapasitas giling 7.000 ton tebu per hari ini. Di sini ada mobilisasi modal, investasi, tenaga ahli, produk baru, dan resources modernitas lain yang kontras dengan wilayah sekelilingnya.

Direktur PT BCN Putu Sukarmen mengatakan, keberadaan PG Bungamayang maupun Cintamanis di tengah masyarakat adalah magnet yang menarik resources ke simpul baru ekonomi. Oleh karena itu, dia minta dukungan semua pihak, terutama para tokoh dan stakeholder agar PTPN VII dengan aset dan kegiatan usahanya tetap berjalan.

“Kalau tidak ada usaha di sini, duit itu nggak akan pernah mampir ke sini. Duit triliunan cuma berputar di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Nah, dengan usaha ini, kita bisa menarik dana itu beredar ke sini sehingga kita, dari buruh tebang, pedagang pecel, toko sembako, sampe sopir truk bisa sejahtera,” kata pria Bali kelahiran Lampung Timur itu dalam rilis diterima IDN Times, Selasa (11/8/2020).

Baca Juga: PTPN VII Pasarkan Gula Merek Walini Masuk Ritel se-Sumbagsel

2. Butuh 4.000 pekerja borong tebang tebu setiap hari

Pabrik Mampu Giling 7.000 Ton Tebu per Hari(Ilustrasi pekerja migran asing ilegal di Malaysia) Kantor berita Bernama

Irma Kurniawati, salah satu petinggi PT BCN menyatakan, kebun tebu yang membentang seluas sekitar 10 ribu hektare selalu “dikeroyok” ribuan orang untuk memenuhi kapasitas pabrik setiap hari. Pabrik dengan kapasitas terpasang 7.000 TCD (ton cane per day, ton tebu per hari), dibutuhkan lebih dari 4.000 orang penebang tebu setiap hari.

“Kalau dalam kondisi normal, paling tidak kita mempekerjakan 4.000 pekerja borong tebang setiap hari. Kalau satu orang dibayar Rp100 ribu, sudah berapa uang yang beredar di masyarakat seharinya,” katanya.

Irma menambahkan, relasi antara perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar di PG Bungamayang sudah seperti hukum ekonomi lokal. Jika perusahaan terganggu operasionalnya, baik oleh sebab teknis maupun faktor eksternal, ekonomi warga ikut sakit. Sebaliknya, jika giling lancar, tanaman bagus, cuaca mendukung, harga bagus, dan tidak ada gangguan dari luar, kesejehtaraan rakyat sangat terasa.

“Hubungan ini sudah sangat lama dan seperti mengikat di dua pabrik kami, PG Bungamayang dan Cintamanis di Sumsel. Jadi, walaupun ada berdiri pabrik baru dari swasta di sekitarnya, ikatan ekonomi kami dengan masyarakat sudah sangat kuat dan saling membutuhkan,” kata Irma yang sangat konsen dengan manajemen sumber daya manusia ini.

3. Dibuka sejak 1980

Pabrik Mampu Giling 7.000 Ton Tebu per HariSuasana area Patok 91, Afdeling III, Perkebunan Tebu PG Bungamayang, Lampung Utara. (IDN Times/Istimewa)

Kebun tebu Patok 91, Afdeling III, Perkebunan Tebu PG Bungamayang, Lampung Utara mulai dibuka sekitar 1980. Mulai bangun pabrik itu sekitar tahun 1982.

“Waktu itu disini masih hutan lebat. Saya masih kecil, tetapi tahu persis karena bapak saya memang tetua di sini,” kata Suryadi Hipni, salah satu tokoh yang kini menjadi mitra perusahaan.

Ia menambahkan, tanah kelahirannya itu dikenal dengan sebutan Ketapang. Daerah yang masuk teritorial Kabupaten Lampung Utara itu adalah salah satu daerah tujuan transmigrasi dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, karena medan yang berat, tanah perladangan yang tidak terlalu subur, setelah masa pembinaan dengan pemberian natura (jadup) berupa makanan pokok dari pemerintah selesai, para transmigran tak mampu bertahan.

“Memang tanah daerah sini kurang subur kalau untuk padi. Jadi, para transmigran begitu jadupnya habis, mereka pada pulang ke Jawa. Tetapi begitu dengar di sini didirikan pabrik gula, mereka balik lagi,” kata petani tebu rakyat yang saat ini menggarap 30 hektare bermitra dengan PTPN VII itu.

4. Ekonomi masyarakat bergeliat

Pabrik Mampu Giling 7.000 Ton Tebu per Haribappeda.jatimprov.go.id

Wahyu, Sekretaris Koperasi Tebu Rakyat mitra PTPN VII mengatakan, sejak proses pembangunan pabrik gula ini, ekonomi masyarakat bergeliat. Masyarakat wilayah Ketapang dan sekitarnya sangat erat hubungan ekonominya dengan pabrik gula dan kebun tebu PTPN VII. Pada musim tanam dan perawatan tebu di kebun, ada ribuan tenaga kerja mendapat rezeki dari perusahaan BUMN ini. Dari buruh tanam tebu, pemupukan, penyiangan, klentek, hingga tebang.

“Terus terang, saya sulit menggambarkan kalau nggak ada pabrik gula Bungamayang ini di sini. Bungamayang ini kampung Suku Lampung dengan sebutan Marga Sungkai Bungamayang yang jauh dari kota. Nah sekarang, orang-orang kalau mau belanja onderdil mobil truk, ya pada ke sini. Bukan ke Kotabumi (kota kabupaten terdekat),” kata Wahyu.

Terkait multiflier effect pabrik gula, Kusriyanto (47) menjadi salah satu saksinya. Buruh tani yang tinggal di Desa Sidodadi, Kecamatan Sungkai Selatan ini berharap PG Bungamayang musim giling terus sepanjang tahun. Sebab, pada musim giling, bapak empat anak ini bisa bekerja sebagai tenaga tebang yang mendapat penghasilan cukup lumayan.

“Kalau pas musim giling begini, saya tenang. Setiap hari saya ada kerjaan. Sehari, kalau kerja serius bisa dapat Rp100 ribu,” katanya didampingi istri yang menyusul bersama dua anaknya yang masih kecil-kecil menjelang waktu pulang, awal Agustus 2020 lalu.

Baca Juga: PTPN VII Sumbang Hewan Kurban 30 Ekor Sapi dan 60 Ekor Kambing

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya