Asa Itu Masih Ada, Impian Pelajar Ada Jembatan Gantung Terwujud

Pelajar sebelum pandemik, lintasi dua sungai menuju sekolah

Bandar Lampung, IDN Times – Raut wajah Riko Nanda Saputra (12), pelajar Kelas 6 SD Negeri 1 Batu Putuk, tampak ceria melihat proses pembangunan jembatan gantung dikerjakan Vertical Rescue Indonesia (VRI), Senin (28/12/2020). Keceriaannya itu membuncah lantaran membayangkan apabila jembatan itu selesai dibangun, bakal menjadi pemantik semangat baru baginya, teman sekolah serta warga Kampung Kihung.

Pemantik semangat itu lantaran, Riko merupakan warga Kampung Kihung RT 08/LK 1, Kelurahan Sukarame Dua, Kecamatan Telukbetung Barat, Kota Bandar Lampung tadinya jika ingin menuju ke SD Negeri 1 Batu Putuk harus menyeberangi dua sungai. Itu lantaran, kampung tempat tinggalnya dengan sekolah dipisahkan dua sungai yakni Sungai Way Betung dan Sungai Kuripan.

Sungai Way Betung berada di wilayah Kampung Kihung, Kelurahan Sukarame Dua. Sedangkan Sungai Kuripan, masuk wilayah Kampung Batu Putuk, Kelurahan Batu Putuk. Sebelum ada pandemik dan kegiatan belajar mengajar digelar di SD Negeri 1 Batu Putuk, menyeberangi dua sungai tersebut sudah menjadi rutinitas keseharian Riko bersama teman-teman sekolahnya. Itu lantaran, tidak ada akses jembatan penghubung antar Kampung Kihung dan Kampung Batu Putuk.

1. Tenteng sepatu dan seragam basah hal biasa bagi pelajar menuju ke sekolah

Asa Itu Masih Ada, Impian Pelajar Ada Jembatan Gantung TerwujudPelajar dari Kampung Kihung sebelum pandemik COVID-10 ada berjalan kaki melintasi dua sungai menuju SD Negeri 1 Batu Putuk. (IDN Times/Martin Lumban Tobing).

“Kalau nanti sudah boleh ke sekolah lagi, jembatan sudah selesai (dibangun) jadinya gak perlu lagi seberang sungai,” ujar Riko. Pernyataan itu bak pematik asa Riko dan warga Kampung Kihung tak sebar menanti jembatan gantung selesai dibangun.

Ia memiliki beberapa kisah menarik saat menyeberangi dua Sungai Way Betung dan Sungai Kuripan menuju ke SD Negeri Batu Putuk. “Pernah lewat sungai, pas abis hujan deras, air naik, jadinya pake sandal dan sepatu ditenteng,” kenangnya.

Pengalaman lain dirasakannya adalah, seragam sekolahnya basah lantaran terkena air saat menyeberangi sungai. Bahkan, saat debit air sungai tinggi dan tak memungkinkan untuk diseberangi, ia dan beberapa temannya terpaksa melalui jalur alternatif melewati kampung lainnya demi bersekolah.

“Kalau muter (jalur alternatif) lebih jauh jadinya. Dari kampung saya ke sekolah nyebrang sungai lebih dekat. Senang ada jembatan ini, gak perlu lagi saya nyebrang sungai, basah-basahan,” kata Riko.

2. Saat debit air tinggi, warga gotong royong gendong anak antar ke sekolah

Asa Itu Masih Ada, Impian Pelajar Ada Jembatan Gantung TerwujudMasyarakat Kampung Kihung yang tak memiliki kendaraan bermotor jalan kaki melintasi dua sungai menuju Kampung Batu Putuk. (IDN Times/Martin Lumban Tobing).

Suparno (48), Ketua RT 08/LK 1, Kampung Kihung, Kelurahan Sukarame Dua, Kecamatan Telukbetung Barat, Kota Bandar Lampung mengemukakan, sekitar 30 pelajar berada di kampung ini saban hari sebelum pandemik menyeberangi Sungai Way Betung dan Sungai Kuripan menuju SD Negeri 1 Batu Putuk.

“Mereka ini orang tuanya ada yang tak punya motor. Kalaupun ada anak yang diantar orang tuanya pake motor, jarak ke sekolah lebih jauh karena jalurnya mutar,” jelasnya.

Suparno menambahkan, saat debit air sungai tinggi, warga kampung bahkan menggendong siswa yang akan ke sekolah demi keselamatan. Bahkan, saat hujan deras air sungai meluap, kedalaman bisa sampai tiga meter.

“Sepatu sekolah hanyut, seragam anak-anak basah sudah biasa. Sangat penting jembatan ini dibangun untuk akses pendidikan anak-anak dan kemajuan kampung,” jelas pria berprofesi sebagai petani ini.

Baca Juga: Lengkung Langit Bandar Lampung Viral! Tiket Murah dan Gratis Minuman

3. Kondisi jalan tanah dan berbatu

Asa Itu Masih Ada, Impian Pelajar Ada Jembatan Gantung TerwujudVertical Rescue Indonesia membangun jembatan gantung penghubung Kampung Kihung dan Kampung Batu Putuk, Kecamatan Telukbetung Barat, Kota Bandar Lampung, Senin (28/12/2020). (IDN Times/Martin Lumban Tobing).

Berdasarkan pantauan IDN Times, pelajar atau warga Kampung Kihung yang akan menuju Kampung Batu Putuk, dari tempat tinggal mereka, menuruni jalan tanah menuju dua sungai. Usai melintasi dua sungai itu, saat menuju ke Kampung Batu Putuk, akses jalan masih tanah dan saat musim hujan kondisinya  licin dan berlumpur.

Bahkan, akses jalan sampai menuju SD Negeri 2 Batu Putuk pun masih tanah dan berbatu dan ada kontur jalan tanjakan, Jarak dari rumah warga Kampung Kuripan menuju sekolah ini sekitar 2,5 kilometer (km) dan durasi tempuh berjalan kaki sekira 20 menit-25 menit.

4. Warga sempat putus asa tak ada jembatan penghubung

Asa Itu Masih Ada, Impian Pelajar Ada Jembatan Gantung TerwujudVertical Rescue Indonesia membangun jembatan gantung penghubung Kampung Kihung dan Kampung Batu Putuk, Kecamatan Telukbetung Barat, Kota Bandar Lampung, Senin (28/12/2020). (IDN Times/Martin Lumban Tobing).

Sebelum jembatan gantung dibangun tim VRI, warga swadaya membangun jembatan bambu 2014 silam. Saat jembatan belum selesai dibangun, ada banjir dan menyebabkan jembatan itu hancur.

“Hampir putus asa (tidak ada jembatan penghubung). Warga di sini sampai siap korbankan tanah, bikin jalan sampai kampung demi anak sekolah. Sampai akhirnya 2019 dipertemukan relawan Lampung dan kami berharap ada solusi agar anak-anak sekolah gak perlu seberangi sungai,” ujar Suparno.

Ia menambahkan, baru Desember 2020 ini bantuan yang diharapkan terwujud. Jembatan gantung dibangun tim relawan dan diharapkan selesai dibangun akhir tahun ini.

“Sebelumnya kami sudah melakukan berbagai upaya meminta bantuan sejak 2016 agar membangun jembatan. Kami mendatangi berbagai pihak unsur pemda, dewan, dan sebagainya, tapi karena pembangunan jembatan butuh dana besar, jadinya belum bisa terlaksana," ujar Suparno.

5. Akses pendidikan, ekonomi, dan kesehatan jadi pertimbangan utama

Asa Itu Masih Ada, Impian Pelajar Ada Jembatan Gantung TerwujudM Kariskun Coordinator Lampung Vertical Rescue Indonesia (VRI). (IDN Times/Martin Lumban Tobing).

Pentingnya akses pendidikan, ekonomi, dan kesehatan menjadi motivasi utama tim Vertical Rescue Indonesia (VRI) membangun jembatan gantung penghubung Kampung Batu Putuk dan Kuripan. Hal itu disampaikan M Kariskun (47) Coordinator Lampung VRI.

Ia menyampaikan, tim relawan VRI enam hari terakhir membangun jembatan gantung. Dijadwalkan, Rabu (30/12/2020) jembatan selesai dibangun.

“Ada tantangan membangun jembatan gantung apalagi dibawahnya sungai. Saat hujan, gak maksimal kerja,” jelasnya.

Terkait spesifikasi jembatan, Kariskun menjelaskan, panjangnya 120  meter, lebar 120 centimeter (cm). Pihaknya menggunakan material besi dan kabel sling. Untuk lantai jembatan, memakai plat. Menurutnya, jembatan ini selesai dibangun bisa dilintasi pejalan kaki dan sepeda motor.

6. Ingin hidup lebih bermakna membantu orang lain

Asa Itu Masih Ada, Impian Pelajar Ada Jembatan Gantung TerwujudVertical Rescue Indonesia membangun jembatan gantung penghubung Kampung Kihung dan Kampung Batu Putuk, Kecamatan Telukbetung Barat, Kota Bandar Lampung, Senin (28/12/2020). (IDN Times/Martin Lumban Tobing).

Vilda (21) salah satu relawan VRI yang berpartisipasi membangun jembatan gantung penghubung Kampung Kihung dan Batu Putuk. Ia tertarik menjadi relawan lantaran suka tantangan.

Itu juga didukung ia bergabung dengan perkumpulan pecinta alam Unit Kegiatan Mahasiswa Mahusa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Ia bergabung dengan VRI 1,5 tahun terakhir.

“Pengin coba ilmu baru, isi kuliah agar lebih berkesan dan membuat hidup lebih bermakna untuk orang lain. Mulanya (gabung VRI) tertarik panjang tebing, ternyata ada kegiatan sosial juga,” ujar mahasiswa semester lima ini.

Vilda menambahkan, membangun jembatan gantung menjadi pengalaman pertamanya. Bahkan, ia bersama relawan lainnya bermalam di tenda di sekitar lokasi tenda.

“Pernah juga nginap di rumah warga atau pak RT. Tapi selama pembangunan, kami juga tinggal di sini. Tantangan bangun jembatan ini hujan, banjir, transfer barang terkendala saat air tinggi,” jelasnya.

Berdasarkan pantauan, Vilda dan relawan lainnya menggunakan perangkat pengamanan saat bertugas mengikat tali sling satu ke lainnya di jembatan gantung. Tinggi jembatan dari sungai sekitar tiga meter. “Gak takut gelantungan, karena alat-alatnya safety,” terangnya.

7. Sudah bangun 14 jembatan gantung di Lampung

Asa Itu Masih Ada, Impian Pelajar Ada Jembatan Gantung TerwujudVertical Rescue Indonesia membangun jembatan gantung penghubung Kampung Kihung dan Kampung Batu Putuk, Kecamatan Telukbetung Barat, Kota Bandar Lampung, Senin (28/12/2020). (IDN Times/Martin Lumban Tobing).

Vertical Rescue Indonesia (VRI) merupakan organisasi save and rescue yang mayoritas anggotanya memiliki keahlian pemanjat tebing. Khusus di Lampung, organisasi ini sudah membangun 14 jembatan gantung.

M Kariskun (47), Coordinator Lampung VRI, menjelaskan, jembatan gantung penghubung Kampung Batu Putuk dan Kuripan merupakan jembatan gantung pertama dibangun di Kota Bandar Lampung. Sebelumnya, VRI membangun dua jembatan di Pringsewu, Lampung Timur (1); Tulangbawang Barat (1), Pesisir Barat (1), Lampung Tengah (1); Pesawaran (6), dan Lampung Selatan (1).

“Lokasi, akses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi jadi pertimbangan kami membangun jembatan. Sampai saat ini secara nasional kami sudah bangun 120 jembatan. Visi ke depan, membangun 1.000 jembatan,” jelasnya.

Baca Juga: Melongok Dua Aksi Simpatik Personel PJR Ditlantas di Tol Lampung

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya