Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ferry Irwandi Sebagai Narasumber dalam Acara Economic Symposium dalam rangkaian FEBI Fest 2025 Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) (Dok.UIN Raden Intan Lampung
Ferry Irwandi Sebagai Narasumber dalam Acara Economic Symposium dalam rangkaian FEBI Fest 2025 Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) (Dok.UIN Raden Intan Lampung

Intinya sih...

  • Pentingnya fundamental ekonomi yang kuatFerry Irwandi menekankan pentingnya pemahaman ilmu ekonomi bagi mahasiswa dan tanggung jawab mereka terhadap jalannya ekonomi.

  • Pentingnya ekosistem ekonomi terdidikFerry menyoroti isu bonus demografi dan menekankan pentingnya menciptakan solusi konkret serta menyediakan lapangan pekerjaan untuk generasi produktif.

  • Pentingnya sikap berani menghadapi risikoFerry menekankan pentingnya inovasi, kolaborasi, kontribusi nyata, dan keberanian yang lahir dari perhitungan rasional dalam menghadapi dunia baru.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times - Acara Economic Symposium dalam rangkaian FEBI Fest 2025 Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) menghadirkan narasumber nasional, Ferry Irwandi, founder Malaka Project yang populer dengan konten edukasi seputar pendidikan, politik, ekonomi, hingga fenomena sosial.

Dalam paparannya, Ferry menjelaskan, ilmu ekonomi sejatinya adalah tentang bagaimana manusia menjalani hidup sehari-hari. Ia bahkan mengutip sebuah riset yang menyebutkan dalam satu jam manusia rata-rata membuat dua ribu pilihan dalam hidup.

“Bayangkan kita dalam satu jam bisa membuat dua ribu pilihan, mau ke kiri atau kanan, mau cuci muka atau tidak, mau langsung pergi atau pulang dulu, mau minum kopi atau teh, memilih jurusan. Semua hidup kita itu soal pilihan. Nah, untuk itulah ekonomi tercipta supaya manusia bisa memilih mana yang terbaik untuk hidupnya,” kata Ferry di Ballroom UIN RIL.

1. Pentingnya fundamental ekonomi yang kuat

Illustrasi Kenaikan Keuangan (Pexel/crazy motions)

Ferry mengatakan, sering terjadi kekeliruan dalam memahami ilmu ekonomi. Karena itu, para insan cendekia, khususnya mahasiswa ekonomi, harus benar-benar mengerti alasan mereka belajar ekonomi.

“Ekonomi itu tidak dipelajari semua orang, tapi dibicarakan semua orang. Karena itu, orang yang menekuni ilmu ekonomi punya tanggung jawab terhadap jalannya ekonomi, termasuk memberi masukan agar pemerintah mengambil kebijakan yang tepat,” katanya.

Ferry juga menekankan pentingnya fundamental ekonomi yang kuat, yang menurutnya hanya bisa lahir dari masyarakat yang terdidik. Pertumbuhan ekonomi, lanjutnya, merupakan keharusan yang tidak bisa ditawar.

2. Pentingnya ekosistem ekonomi terdidik

Illustrasi Anggran Belanja (Pexel/Sora Shimazaki)

Sejalan dengan tema Economic Symposium: Membangun Ekosistem Ekonomi Terdidik dan Ekonomi Digital Indonesia di Era Bonus Demografi, Ferry menyoroti isu bonus demografi. Indonesia akan memasuki masa tersebut pada 2030 dan diperkirakan mencapai puncaknya pada 2045, di mana mayoritas penduduk berada dalam usia produktif.

“Bonus demografi itu gift, seperti yang dimiliki China dan India. Tapi produktif hanya bisa terjadi kalau ada yang bisa diproduksi. Kalau tidak, ini bisa jadi bencana demografi. Ketika ekonomi hancur, manusia bisa saling memakan satu sama lain,” tegasnya.

Karena itu, Ferry menekankan pentingnya ekosistem ekonomi terdidik. Mahasiswa, menurutnya, tidak boleh hanya berkutat pada teori, melainkan harus mampu menciptakan solusi konkret. Negara pun harus hadir menyediakan lapangan pekerjaan agar generasi produktif dapat terserap dengan baik.

3. Pentingnya sikap berani menghadapi risiko

Illustrasi Digital (Pexel/Karolina Grabowska)

Selain itu, Ferry menyinggung perkembangan teknologi digital, kecerdasan buatan (AI), dan pola komunikasi berbasis internet yang menjadi ruang baru bagi generasi muda. Ia menyebut, mahasiswa generasi Z adalah penghuni pertama dunia tersebut.

“Ini dunia baru. Generasi kalian yang akan hidup di dalamnya, berkompetisi bahkan dengan generasi berikutnya. Maka diperlukan inovasi, kolaborasi, dan kontribusi nyata,” ujarnya.

Ferry juga menekankan pentingnya sikap berani menghadapi risiko. Namun, keberanian tersebut harus lahir dari perhitungan rasional. “Keberanian itu lahir dari rasionalitas. Bedakan antara berani, nekat, dan bodoh. Berani itu hadir dari hitungan, dari angka, dari realitas yang rasional,” jelasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team