Bandar Lampung, IDN Times - Menjadi badut boneka dan berjalan berkilo-kilo meter mau tak mau harus dilakukan Ida (50), seorang ibu tiga anak warga Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung. Hal itu terpaksa ia lakukan untuk mengisi kekosongan waktu lantaran tak bisa berdagang karena kehabisan modal.
“Kalau ngebadut saya baru 5 bulan. Aslinya saya dagang pempek keliling di sekitar Simpur Center. Tapi karena modalnya habis jadi ya ngebadut dulu. Nanti uang ngebadut saya ambil sedikit buat dagang pempek. Paginya dagang pempek, nanti jam 2 (siang) saya ngebadut,” ujarnya ketika ditemui IDN Times di salah satu ruas Jalan ZA Pagar Alam, Jumat (14/10/2022).
Ida biasanya memperoleh omzet harian sekitar Rp50 ribu tiap berdagang pempek. Namun Ia mengaku, pendapatan itu tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya dan selalu saja kurang.
“Dagang juga gak pasti, kadang ya sepi juga jadi gak dapat (penghasilan). Kalau ngebadut seenggaknya saya dapatlah 50-150 (ribu) tiap harinya. Tapi itu belum ongkos nyewa kostum sama radionya. Saya nyewa ini semua 50 (ribu), ongkos seringnya pakai Maxim mobil sama teman berdua patungan kadang 10 ribu kadang 15 ribu,” jelasnya.