Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Contoh poster Hari Pahlawan 2024. (canva.com/Rudhi Sasmito)

Intinya sih...

  • Lampung memiliki pahlawan nasional baru, Radin Inten II dan KH Ahmad Hanafiah.
  • Pengajuan pahlawan daerah butuh penelitian mendalam dan memenuhi kriteria pusat.
  • Usulan Gele Harun Nasution sebagai pahlawan nasional juga diajukan oleh LVRI.

Bandar Lampung, IDN Times - Hari Pahlawan merupakan momen penting diperingati di seluruh Indonesia untuk mengenang dan menghormati jasa para pahlawan telah berjuang demi kemerdekaan bangsa. Dalam moment bersejarah ini, bangsa Indonesia kembali dihebohkan dengan wacana pemberian gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto.

Lalu bagaimana dengan nasib pahlawan daerah yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia namun masih banyak yang terlupakan? Seperti di Lampung juga memiliki banyak pahlawan berjasa melawan penjajah. 

Berikut cerita salah satu pejuang di Lampung berupaya mengusulkan para pejuang daerah menjadi pahlawan nasional. 

1. Para pejuang melawan penjajah Belanda memasuki Lampung

Ilustrasi Pejuang Merah Putih (Freepik.com/freepik)

Ketua DPD LVRI Provinsi Lampung, Subardi menceritakan, pada 1947 para pejuang di Lampung menyiapkan strategi melawan Belanda yang sudah menguasai Palembang, Baturaja dan Martapura. Menurutnya pada saat itu para angkatan perang di Lampung memprediksi Belanda akan masuk lewat sektor utara.

"Perkiraan kita, Belanda masuk dari Martapura, kemudian masuk ke Bukit Kemuning. Tapi ternyata tidak, jadi begitu Belanda tahu pejuang kita dikerahkan ke sana, Belanda justru menggunakan kapal laut dan masuk lewat Kalianda dan Panjang yang akhirnya pasukan yang masih tersisa di Tanjungkarang, Teluk Betung itu lah yang melakukan perlawanan pada Belanda," kenang Subardi kepada IDN Times, Sabtu (9/11/2024).

Namun menurutnya, karena jumlah angkatan perang di kota tersisa sedikit karena sudah dikerahkan di utara, akhirnya Belanda dengan mudah menguasai Kalianda, Tanjungkarang, Teluk Betung dan bergerak sampai Metro dan Pringsewu. Bahkan, jampir semua kecamatan yang ada di wilayah Lampung dijadikan pusat pertempuran.

2. Lampung baru memiliki 2 pahlawan nasional

Tokoh pahlawan Lampung Raden Inten II (Web/humas polri)

Menurut Subardi, kini Lampung baru memiliki dua pejuang diangkat menjadi pahlawan nasional, yakni Pahlawan Radin Inten II lahir di Desa Kuripan, Lampung Selatan. Sejak usia 16 tahun Radin Inten sudah berperang melawan Belanda. Kemudian baru saja diresmikan sebagai pahlawan nasional asal Lampung adalah KH Ahmad Hanafiah kelahiran Sukadana, Lampung Timur.

"Kemarin kita bersama pemerintah Kabupaten Lampung Timur dan UIN Raden Intan Lampung mengajukan pada gubernur agar KH Ahmad Hanafiah diusulkan ke pemerintah pusat sebagai pahlawan nasional. Alhamdulilah sudah ditetapkan sekarang," kata Subardi.

Menurutnya, KH Ahmad Hanfiah gugur di daerah Batu Marta, antara Baturaja dan Martapura saat memimpin pasukan bergolok menghadang Belanda di wilayah Martapura. Tetapi gugur bersama anak buahnya di sana.

"Dengan riwayat hidup dan sejarah perjuangannya kita usulkan dan diterima pemerintah pusat. Sekarang di Lampung sudah ada dua pahlawan nasional," jelasnya.

3. Pengajuan pahlawan nasional butuh waktu lama

Logo Hari Pahlawan 2024 (kemensos.go.id)

Subardi menjelaskan, pengajuan pahlawan daerah menjadi pahlawan nasional membutuhkan banyak informasi untuk melakukan penelitian lebih dalam. Setelah dinyatakan lolos tingkat daerah, masih harus menunggu hasil dari pusat.

"Pusat juga ada kriteria harus dipenuhi sebagai pahlawan nasional. Yang membuat terpenuhi itu butuh waktu cukup lama, kurang lebih hampir setahunan. Kriterianya ada banyak sekali, salah satunya jiwa dan raganya memang benar-benar untuk Indonesia," ujarnya.

4. Sudah usulkan satu nama pahlawan lagi, belum diterima

ilustrasi pejuang kemerdekaan (instagram.com/tentara_indonesiarepublik)

Baru-baru ini menurutnya LVRI juga mengusulkan Gele Harun Nasution sebagai pahlawan nasional. Gele Harun merupakan pejabat gubernur saat pemerintahan darurat Belanda menyerang di Tahun 1949.

Subardi mengatakan, pada saat itu Gele Harun harus menghindari sergapan Belanda sampai ke Tataan, Pringsewu, Talang Padang hingga naik ke Gunung Tanggamus dan ke Liwa. Bahkan, dalam perjalanannya itu ada satu putrinya meninggal karena sakit di dalam hutan.

"Sudah coba kita angkat tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda diterima," ujarnya.

Editorial Team