Dwi Ariyansyah, Atau Anca, Seorang Pustakawan Muda yang Sejak Tahun 2021 Mendirikan Gubuk Literasi (instagram/gubuk.literasii))
Sejak awal, Anca menekankan, Gubuk Literasi adalah ruang bersama. Meski ia yang mendirikan, banyak orang baik ikut terlibat. Dukungan datang dari berbagai pihak, termasuk Muthia Balqis yang kini berperan sebagai CEO Gubuk Literasi, serta relawan yang konsisten mendampingi anak-anak. Saat ini, kepengurusan Gubuk dipimpin oleh Aryo Sulaiman dari UIN, bersama tim yang terus menjaga semangat gerakan literasi agar tetap hidup.
“Gubuk ini bukan punya saya sendiri. Awalnya memang saya mendirikan, tapi setelah itu banyak yang ikut membantu. Ada Mbak Muthia Balqis, juga teman-teman volunteer lainnya,” jelas Anca.
Kini, Anca merantau ke Jakarta dan meniti karier sebagai pustakawan di Perpustakaan Nasional Indonesia. Meski jauh dari Lampung, ia tetap memberi dukungan dan percaya bahwa Gubuk Literasi akan terus tumbuh bersama para relawan.
Bagi Anca, keberadaan Gubuk Literasi adalah pelajaran penting tentang arti kebersamaan. Ia percaya perubahan tidak selalu harus lahir dari langkah besar, tetapi bisa dimulai dari hal kecil yang konsisten dilakukan.
“Ada dua pilihan untuk mahasiswa: jadi yang berperan atau baperan. Semua boleh, tapi kalau jadi mahasiswa baperan, harus bawa perubahan. Karena tanggung jawab mahasiswa bukan hanya pada diri sendiri dan Tuhan, tapi juga pada masyarakat. Kalau bukan kita siapa lagi? Kalau bukan sekarang kapan lagi?” tegasnya.
Baginya, literasi bukan hanya soal membaca buku, tapi tentang membuka peluang lebih luas bagi anak-anak untuk tumbuh, belajar, dan berani bermimpi.