Simulasi program makan bergizi gratis pada siswa SD di Kecamatan Lingsar Lombok Barat. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Menyoal pelaksanaan program MGB ini, Ahli Gizi di Provinsi Lampung, dr. Tutik Ernawati M.Gizi Sp.GK mengatakan, anggaran Rp10 ribu per porsi diyakini tak akan bisa mengakomodir kebutuhan gizi yang cukup pada seporsi makanan. Itu bila mempertimbangkan harga-harga kebutuhan pokok saat ini.
"Saya rasa sulit memadukan kebutuhan kalori, komposisi dan jumlah zat gizi dengan harga seperti itu. Dimana makan siang itu adalah porsi yang paling banyak di antara 3 waktu makan pokok pagi, siang, dan malam," tuturnya.
Jumlah nominal Rp10 ribu per porsi makanan ini dirasa sulit untuk mencapai target kecukupan gizi pada anak maupun ibu hamil. "Kalau untuk anak TK mungkin bisa saja cukup, tapi anak SMP, SMA, SD pun seperti 10 ribu untuk mencapai kecukupan gizi ini akan sulit," sambung dia.
dr Tutik melanjutkan, idelnya komposisi makan bergizi gratis ini harus bisa memberikan kebutuhan makro dan mikro nutrisi. Artinya, makanan itu wajib dilengkapi dengan komposisi karbohidrat, protein, dan lemak yang mencukupi.Kebutuhan karbohidrat tersebut bisa didapatkan dari nasi, jagung, kentang, ubi, hingga talas. Sedangkan protein dan lemak dapat diperoleh dari lauk hewani semisal ayam, ikan, telur, daging dan lauk nabati semacam tahu, tempe, dan sayur mayur.
"Jadi keanekaragaman makanan ini penting untuk mencakupi gizi pada makanan itu nantinya, sehingga targetnya lengkap. Jadi untuk harga ini patutnya dipertimbangkan, tapi untuk ide progam ini jelas sangat bagus," imbuhnya.