Sawah di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat Alami Kekeringan. (Bangkit Rizki/IDN Times)
Tidak mau terlarut menghadapi tantangan musim kemarau dan kekeringan, ternyata ada juga masyarakat di berbagai daerah berupaya mencari solusi mengatasi kondisi tersebut. Ada beragam cara dan cerita inspiratif mereka lakukan.
Tengok saja petani di Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Mereka bergotong royong memelihara saluran irigasi di Bendung Bagor. Mereka juga membuat pengairan persawahan tidak lagi kering selama musim kemarau.
Hal tersebut merupakan solusi sangat diperlukan untuk bisa mempertahankan pertanian Klaten yang dikenal sebagai sentra padi Jawa Tengah. Sekaligus, bisa menghemat biaya pengairan ratusan ribu per musim panen untuk biaya bahan bakar mesin pompa bor selama bertahun tahun digunakan untuk pengairan sawah.
Ketua Forum Relawan Irigasi (FRI), Sumartono mengatakan, awalnya banyak petani di wilayah hilir Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur tidak kebagian air. Masyarakat petani di tujuh desa ada di Kecamatan Juwiring tersebut dengan seenaknya menutup dan membuka saluran air yang ada di Bendung Bagor.
Kondisi itu membuat salah satu produsen minuman air mineral di Klaten yang bermitra dengan Gita Pertiwi memfasilitasi pembentukan FRI untuk membantu pengaturan air dari Bendung Bagor agar terbagi merata ke semua lahan pertanian yang ada di Juwiring. Bendung Bagor dibangun tahun 1954 berfungsi untuk mengaliri irigasi sawah petani di hilir. Meski umurnya sudah 67 tahun, hingga kini bendung tersebut masih berfungsi dengan baik.
Pembentukan FRI itu dilegalisasi melalui peraturan bersama (Perkades) tujuh desa meliputi Desa Pundungan, Juwiring, Bulurejo, Kwarasan, Kaniban, Tanjung dan Bolopleret, untuk mengelola saluran irigasi secara kolaboratif.
Cerita inspiratif lainnya adalah warga yang memanfaatkan air hujan. Sekolah Air Hujan Banyu Bening di Ngaglik, Sleman menjadi inisiator untuk mengurai masalah kekeringan dengan memanfaatkan air hujan.
Sekolah Air Hujan ini awalnya terbentuk dari Komunitas Banyu Bening pada tahun 2019. Sekolah nonformal ini ingin mengajak seluruh masyarakat memanfaatkan air hujan menjadi solusi pemenuhan air bersih saat ini dan ke depan.
Founder Sekolah Air Hujan, Sri Wahyuningsih, Jumat 8 September 2023 mengatakan, penanganan masalah kekeringan atau kurangnya air selama ini saat ini kebanyakan berkutat pada penanganan jangka pendek. Idealnya pola pikir seharusnya penanganan untuk jangka panjang hingga permanen.
Karena itu Sekolah Air Hujan mengajarkan konsep 5M. M pertama, mengajak masyarakat menampung air hujan ini dengan cara tepat dan saat yang tepat. Langkah itu agar orang tidak ada kekhawatiran lagi air hujan kotor dan sebagainya. Ada dua metode untuk bisa menampung air hujan yang tepat dan secara waktu juga tepat.
Pertama dengan cara manual. Cara ini cukup mudah, masyarakat bisa menyediakan penampungan atau ember. Saat mulai menampung hujan sebaiknya dilewatkan 10-15 menit pertama. Setelah itu bisa dilakukan penyaringan menggunakan kain atau yang lainnya, hal itu untuk semakin meyakinkan air tidak kotor. Metode kedua, Gama Rain Filter yang digunakan untuk memanen air.
M kedua, mengajak masyarakat mau memanfaatkan air hujan itu dengan mengolahnya. "Me-manage air sesuai kebutuhan. Terutama diperhitungkan saat musim kemarau," ujarnya.
M ketiga, mengajak masyarakat mau meminum air hujan. Harapannya masyarakat ketika sudah mau meminum air hujan ini, akan merasakan manfaatnya di dalam tubuh. M keempat, mengajak masyarakat menabung air hujan. Konsep M kelima, mandiri. Harapannya masyarakat bisa mandiri air, memanfaatkan air hujan ini.
Sementara di Bekasi, Penjabat (Pj) Bupati Bekasi Dani Ramdan, berbagi tugas penanganan kekeringan. “Selain BPBD, sekarang semua perangkat daerah, ikut diturunkan dengan sistem pendamping atau Liaison Officer (LO). Jadi satu kecamatan terdampak ditangani 5 sampai 8 perangkat daerah untuk bisa melakukan upaya membantu warga terdampak kekeringan," ujar Dani.
Pemkab Bekasi akan membuat toren (penampungan air) berkapsitas 2.000-5.000 di desa-desa terdampak kekeringan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan masyarakat mengambil air bersih.
Di Banten, Kepala BPBD Nana Suryana mengatakan telah menyusun program jangka panjang untuk mengantisipasi bencana kekeringan saat kemarau panjang dengan organisasi-organisasi di daerah. Salah satunya, membuat sumur pantek di area lahan persawahan tadah hujan.
"Rencana aksi kita buat bersama, misal untuk kekurangan air bersih distribusinya siapa, lalu melakukan pemboran. Untuk distribusi air bersih bisa dilakukan langsung tidak dilakukan pemboran," katanya.
Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto menyebutkan, di wilayahnya Dinas Pekerjaan Umum (PU) telah mengebor air tanah di beberapa titik. Pengeboran ini dimaksudkan untuk mencari sumber air baku demi mengantisipasi kekeringan.
Mengantisipasi kekeringan sebagai dampak dari El Nino mengakibatkan kemarau panjang. Danny mengatakan timnya telah melakukan pendekatan sumber air, pengelolaan, distribusi dan juga penghematan air. "Saat ini PU sudah bor di beberapa titik. Kalau tidak salah lebih 10 titik," kata Danny, Selasa 5 September 2023.
Danny juga menginstruksikan agar seluruh elemen masyarakat menerapkan empat hal penting menghadapi kekeringan akibat El Nino. Salah satunya pencarian sumber air dengan memanfaatkan teknologi geolistrik yang melibatkan Universitas Hasanuddin. Teknologi geolistrik ini mampu menggambarkan kualitas dan PH.
Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi memastikan kebutuhan air bersih masyarakat Lampung dilakukan dalam bentuk penyediaan pompa air permukaan, dengan sasaran pemukiman masyarakat terdampak.
"Sudah disiapkan sumur bor 11 unit, irigasi perpompaan dan embung 1 unit di Way Kanan. Ini juga dibuatkan di sejumlah kabupaten yakni Lampung Barat, Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Utara, Tulang Bawang, Pringsewu, Pesawaran, hingga Pesisir Barat," terangnya.
Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, solusi penanggulangan kekeringan dibantu PAM setempat dengn menyiapkan mobil tangki yang mendistribusikan air bersih kepada warga.
"Kita melayani tangki air bersih gratis untuk warga yang membutuhkan. Warga bisa saja menghubungi kami, ini dalam rangka kesiapsiagaan kami mengenai dampak kemarau yang melanda sekarang ini," ujar Humas PAM Banjarmasin Agus Rifani.
Tim penulis:
Muhammad Nasir, Fariz Fardianto, Larasati Rey, Khaerul Anwar, Debbie Sutrisno, Tri Purnawati, Rangga Erfizal, Riyanto, Herlambang Jati Kusumo, Anggun Puspitoningrum, Ashrawi Muin, Agung Sedana, Hamdani, Tama Yudha Wiguna