Setiaji Bintang Pamungkas saat memeriksa hama pada tanaman hidroponik miliknya. (IDN Times/Silviana)
Aji menuturkan, pertama kali mengenal hidroponik belajar dari temannya yang sudah terlebih dahulu menekuni budidaya tersebut. Melihat peluang yang cukup besar akhirnya Aji memberanikan diri untuk mengeluarkan modal demi memulai bisnis hidpronik ini.
Dia langsung memesan kerangka media tanam sebanyak tiga meja. Waktu itu menghabiskan biaya sekitar Rp3,5 juta sudah termasuk tanaman dan perlengkapan untuk menanamnya.
Tiga meja tersebut langsung diisi dengan tanaman pakcoy dan kangkung. Hasilnya menggembirakan. Dia bisa memasak sayuran dari hasil budidaya hidroponik dari hasil panennya sekaligus bisa dibagikan ke tetangga sekitar.
Namun pada periode kedua menanam, hasilnya tak sesuai ekspetasi. Pasalnya, hanya satu meja saja yang berhasil, sedangkan dua meja lainnya habis terkena hama.
Menurutnya permasalahan hama tersebut memang tak bisa disepelekan. “Kalau hama yang nempel di daun itu bisa dilap pakai tangan, tapi kalau ulet itu dia ngabisin daun dan kalau banyak, juga jadinya menghambat pertumbuhan,” jelas alumnus Sosiologi FISIP Universitas Lampung ini saat ditemui di kebun hidroponiknya, Jumat (30/10/2020).