Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-07-15 at 5.41.47 PM.jpeg
ASEAN Media Capacity Building Workshop di Nina Hotel Island South, Wong Chuk Hang, Hong Kong, Selasa (15/7/2025). (IDN Times/Istimewa). 

Intinya sih...

  • Penggunaan AI mentranformasi cara kerja jurnalistik

  • Kondisi terkini cara publik mengonsumsi informasi

  • Tetap ada sisi kelemahan media digital

Hong Kong, IDN Times -  Jurnalis tidak disarankan menulis artikel berita mengandalkan sepenuhnya kecerdasan buatan atau Artifical Intelegence (AI). Kemungkinan terburuk dapat terjadi apabila mengandalkan AI mengerjakan tugas jurnalistik adalah jurnalis dapat kehilangan pekerjaan.

Hal itu disampaikan Romulo T Luib selaku Deputy Director, Multimedia Department, China Daily Asia Pacific saat menjadi pembicara diskusi bertajuk The Evolving Media Landscape: What Does The Future Hold? yang menjadi salah satu rangkaian acara ASEAN Media Capacity Building Workshop di Nina Hotel Island South, Wong Chuk Hang, Hong Kong, Selasa (15/7/2025).  

“AI dapat membantu wartawan dengan tugas-tugas awal seperti pengumpulan informasi, kurasi, dan tahap awal mengecek kebeneran informasi. Tapi jangan ketergantungan sepenuhnya karena AI tetap ada risiko kesalahan fakta yang serius,” tukas pria asal Filipina itu.

 

1. Penggunaan AI mentranformasi cara kerja jurnalistik

ilustrasi artificial intelegence (unsplash.com/steve_j)

Romulo tak menampik, tren kekinian meningkatnya penggunaan teknologi buatan mentransformasi cara kerja jurnalistik terkait liputan dan pembuatan berita, terkhusus meningkatkan efisiensi secara signifikan. Tapi ia mengingatkan, kondisi tersebut bagi para jurnalis dan editor juga perlu mewaspadai ketergantungan yang berlebihan pada AI.

"Kalaupun dalam tugas jurnalistik menggunakan AI, perlu diberi tahu kepada publik, bahwa artikel itu ada beberapa bagian diproduksi oleh AI, entah itu foto, data, dan sebagai. Itu semacam disclaimer kepada pembaca. Tapi ingat, jangan berlebihan menggunakan AI untuk kerja jurnalistik," tegasnya.

Zanini Alfred Gaston, Multimedia Producer of China Daily, menambahkan, peran AI sebagai asisten yang berharga dalam penyuntingan laporan berita. Tapi ia menekankan, AI unggul dalam mendeteksi kesalahan ejaan dan tata bahasa, serta mengekstraksi informasi penting dari kumpulan data besar.

“Oleh karena itu, efisiensi penulisan berita dapat ditingkatkan secara signifikan dengan penggunaan AI. Tapi saya ingatkan agar tidak terlalu bergantung pada AI untuk tugas jurnalistik,” ujar pria asal Perancis ini.

2. Kondisi terkini cara publik mengonsumsi informasi

ilustrasi gawai (pexels.com/fauxels)

Romulo juga menyoroti kondisi terkini cara publik mengosumsi informasi dalam lanskap media kontemporer. Menurutnya, evolusi teknologi yang pesat dan beragamnya platform digital selaras dengan transformasi mendalam cara masyarakat mengonsumsi informasi berita.

“Media tradisional (koran) dan perannya dimasa lalu sebagai sumber berita utama masyarakat. Sekarang semua serba digital, melalui smartphone menciptakan akses informasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kini kapan pun, di mana pun mudah mencari berita,” papar pria berkacamata ini.

Merujuk mudahnya mencari informasi imbuhnya, merubah cara pandang masyarakat. Pasalnya, mereka mencari informasi sesuai keinginan diri sendiri. Contohnya, pembaca bebas memilih konten disukai, senang membaca berita atau informasi singkat.

“Kondisi itulah di era saat ini berhasil diwujudkan melalui media digital. Media digital mampu memenuhi keinginan konsumen tersebut dari penyampaian secara real-time, multimedia, dan interaktivitas. Ditambah lagi, gen Z lebih menyukai konten yang menarik secara visual dan mudah dicerna. Bandingkan dulu dengan media tradisional, pendekatan komunikasi satu arah, butuh waktu lama membaca, dan ukuran kertas koran yang besar. Kalau media digital, pembaca dan pengelola media dapat berinteraksi langsung,” urai Romulo.

3. Tetap ada sisi kelemahan media digital

ilustrasi orang menggunakan media digital (unsplash.com/@sosialcut)

Kendati perkembangan media digital begitu masif, Romulo mengingatkan tetap ada sisi kelemahan. Contohnya, akurasi, kredibilitas, menyajikan informasi palsu, misinformasi, minim konfirmasi dan hanya fokus mencari sensasi.

“Kondisi ini seharusnya bisa ditangkap media tradisional untuk beradaptasi, berinovasi dan modernisasi. Apalagi media tradisional dikenal lebih dulu kredibilitas dan kualitas pelaporan berita. Mereka juga berkomitmen terhadap standar editorial dan pelaporan yang ketat. Selain itu, protokol verifikasi informasi berkembang seiring perkembangan teknologi baru perlu ada akurasi menghadapi masifnya informasi  di media digital,” ujarnya.

Untuk itu, Romulo menyampaikan, selalu terbuka peluang kolaborasi atau konvergensi antara media tradisional dengan media digital membentuk masa depan media baru. Masa depan media baru itu membentuk lanskap berbagi informasi dan menjadi kekuatan baru melalui kedekatan dan interaktid dengan pembaca tapi ditopang kredibilitas dan kedalaman informasi bisa dipertanggungjawabkan.

“Konvergensi memungkinkan organisasi untuk memenuhi preferensi konsumen yang berbeda. Apakah konvergensi merupakan solusi yang menjanjikan? Selalu ada cara berpikir positif untuk menyikapi hal tersebut, tapi yang pasti, cara masyarakat mengonsumsi informasi sudah berbeda merujuk perkembangan dunia digital,” kata Romulo.

4. ASEAN Media Capacity Building Workshop

ASEAN Media Capacity Building Workshop digelar di Hong Kong 14-18 Juli 2025. Event ini diselenggarakan oleh Mission of the People’s Republic of China to ASEAN dan China Daily. (IDN Times/Istimewa).

Diketahui ASEAN Media Capacity Building Workshop digelar di Hong Kong 14-18 Juli 2025. Event ini diselenggarakan oleh Mission of the People’s Republic of China to ASEAN dan China Daily.

Tujuan workshop, memberdayakan organisasi media di negara-negara ASEAN guna meningkatkan daya saing di tengah masifnya transformasi yang sedang berlangsung dalam jurnalisme, terutama dengan munculnya AI. Ada 20 peserta terdiri dari reporter, editor dan managerial dari berbagai negara ASEAN berpartisipasi dalam kegiatan ini termasuk IDN Times.

 

Editorial Team